Keesokan harinya...
"Nona, sepertinya Anda tampak sangat bahagia. Apa yang telah Tuan Melviano lakukan hingga Anda tampak tersenyum-senyum sendiri?" tanya Rani.
"Siapa yang tersenyum-senyum sendiri? Saya sedang tersenyum pada Ruby," balas Nona Alina, merujuk pada kucing peliharaannya.
"Nona Alina," panggil Nona Susy, istri kedua Tuan Melviano, yang datang ke rumah Alina.
"Nona Susy, ini langka. Anda datang ke kediaman saya, ada apa?" tanya Alina.
"Saya datang hanya untuk mengunjungi Anda. Saya merasa terhormat jika dapat berbicara dan bercanda dengan Anda, karena Anda adalah istri Tuan Melviano yang istimewa," ujar Nona Susy.
Tampaknya Nona Susy merencanakan sesuatu terhadap Nona Alina. Seorang pelayan Nona Susy berpura-pura ingin ke toilet untuk menyimpan racun di kamar Nona Alina. Tak lama setelah kepergian Nona Susy, semua istri dan Tuan Melviano berkumpul di rumah Nona Lina. Semua orang tampak terkejut karena Nona Lina telah meninggal dan tampaknya telah diracuni.
"Apa yang terjadi pada Nona?" tanya Tuan Melviano.
"Nona memakan makanan ini," ucap pelayan Nona Lina sambil menunjuk makanan tersebut dan menangis, "dan setelah itu Nona meninggal."
"Tuan, sepertinya ada seseorang yang melakukan semua ini," ujar Nona Susy.
"Tuan, mungkin di antara kami istri-istri Tuan yang melakukan ini," tambah Nona Weny, istri keempat.
"Jika memang di antara kami yang melakukan ini, pasti dia masih menyembunyikan obat itu," ucap Nona Radia, membuat istri-istri Melviano merasa ketakutan.
Segera, Pak Darman memerintahkan pengawal untuk memeriksa semua kamar istri-istri Tuan Melviano. Tak berselang lama, pengawal menemukan racun tersebut di kamar Nona Alina, membuat Nona Alina sangat terkejut.
"Jadi, kamu yang meracuni Nona Lina?!" tuding Nona Susy.
"Tidak, saya tidak pernah meracuni Nona Lina," bantah Nona Alina.
"Nona saya tidak akan mungkin melakukan ini semua, pasti ada yang memfitnah Nona Alina," ujar Rani, pelayan Alina.
Susy yang merasa kesal karena Rani berbicara lancang, menampar Rani.
"Kamu hanya pelayan di sini, sebaiknya kamu diam. Kamu tidak berhak berbicara," ujar Susy.
"Atas dasar apa kamu berani menampar pelayan saya?" balas Nona Alina, menampar balik Nona Susy.
"Itu balasan karena kamu sudah menampar pelayan saya," ujar Alina.
"Kamu tidak berhak menampar saya, saya menampar pelayan kamu karena berani berbicara lancang kepada saya," ujar Nona Susy.
"Pertama, saya berhak menampar kamu karena kamu tidak berhak menampar pelayan saya, yang berhak memarahi dia hanya saya. Kedua, kamu menampar pelayan saya tanpa alasan, apa pelayan saya menuduh kamu memfitnah saya? Tidak kan. Dan ketiga, saya berhak menampar kamu karena kamu menuduh saya yang melakukan ini semua, atau jangan-jangan memang kamu yang memfitnah saya," ujar Nona Alina.
"Apa?!" ucap Susy yang terlihat panik.
"Cukup, sebaiknya kita tidak mengambil kesimpulan dulu, kita harus menyelidiki ini semua terlebih dahulu," ujar Melviano.
"Tuan, sebaiknya selama penyelidikan, Nona Alina dikurung di gudang," usul Nona Radia.
"Nona, tuan, aku mohon, jangan. Nona saya tidak bersalah," ujar Rani yang menangis sambil berlutut.
"Nona Alina tidak akan dikurung di gudang," ujar Tuan Melviano.
"Apa?! Tuan...?" Nona Radia tampak kesal.
"Tapi, Nona Alina akan diasingkan ke dalam goa," ujar Tuan Melviano, mengejutkan semua orang, namun membuat Nona Radia, Susy, dan yang lain merasa sangat senang.
"Tuan, tapi kenapa harus di goa, bukankah itu terlalu berat?" ujar Nona Raina yang khawatir.
"Tapi menurut saya itu lebih sepadan," ujar Nona Susy.
"Tapi kita tidak bisa mengurung Nona Alina di goa yang jelas-jelas belum tentu bersalah," ujar Nona Raina.
"Saya tidak bersalah, mengapa saya dihukum?" ujar Nona Alina yang tampak marah.
"Cukup, keputusan saya sudah bulat dan tidak ada yang boleh menentangnya," ujar Tuan Melviano.
"Nona Alina, kamu memang selalu mencari masalah. Apa kamu ingin diperhatikan?" ujar Nona Radia.
"Sepertinya begitu," ujar Nona Susy.
"Pengawal, bawa Nona Alina ke goa dan kunci dia di sana. Jangan sampai satu orang pun yang boleh masuk," perintah Melviano.
"Tuan, ini tidak adil. Nona saya tidak bersalah, tolong lepaskan Nona saya," ujar Rani yang memohon sambil menangis.
"Bawa dia!" bentak Melviano.
"Baik," jawab pengawal yang membawa Nona Alina.
Di goa, Nona Alina dikurung dengan pintu besi yang menutupi goa dan tampak sangat gelap.
"Nona, saya akan menyalakan api untuk Anda agar Anda tidak kedinginan di dalam," ujar Rani yang berada di luar goa dan menangis.
"Rani, sebaiknya kamu kembali. Bagaimana kalau ada binatang buas?" ujar Nona Alina yang khawatir.
"Tidak, Nona. Saya tidak akan meninggalkan Anda sendiri. Walaupun saya dimakan binatang buas, itu tidak masalah bagi saya ketimbang harus meninggalkan Anda yang kedinginan di dalam sana," ujar Rani yang sedih.
"Nona, apakah Anda baik-baik saja di dalam?" tanya Rani yang khawatir sambil menghapus air matanya yang terus mengalir.
"Rani, kamu tidak usah khawatir. Saya baik-baik saja. Sebaiknya kamu pulang, kasihan Ruby (kucing peliharaan kesayangan Nona Alina) tidak ada yang akan memberinya makan," ujar Alina yang sudah tampak pucat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments