Aren mengerjap. Permainan drumnya terhenti. Tangannya mengangkat tinggi kuas Ocha yang patah menjadi dua. Aren segera melempar kuas itu ke depan Ocha. Ocha sudah memasang wajah seperti akan menangis. Dua bola matanya berkilat karena air mata yang menggenang.
Gadis itu keluar meninggalkan klub musik, sedangkan Neyla masih bertahan di ruang klub musik. Gadis itu kini sedang memelototi Aren dengan penuh emosi. Aren hanya memasang wajah datarnya. Neyla semakin marah dengan reaksi biasa Aren yang sudah mematahkan kuas kesayangan Ocha.
"Aku tidak percaya kamu sudah merusak jimat Ocha." Neyla mengambil kuas yang sudah patah jadi dua itu. Dia berjalan dengan langkah yang terdengar menghentak. Dengan cepat keluar dari ruang klub musik tanpa menutup pintunya lagi. Lalu masuk ke ruang sebelah di mana ada Ocha di sana..
"Ocha mau ke mana?" Neyla bertanya karena melihat Ocha yang akan meninggalkan ruang klub tercinta. Dapat Neyla lihat, barang-barang milik Ocha sudah rapi. Lukisannya yang masih tercoret itu kini tidak tampak. Karena Ocha menyenderkannya di kumpulan karya miliknya. Untuk sementara waktu, Ocha malas sekali melihat lukisannya yang rusak untuk ketiga kalinya.
"Aku sudah tidak ingin melukis lagi, aku ke asrama saja." Jawab Ocha tanpa menatap Neyla. Tampak sekali raut wajah sedihnya. Neyla yang melihat Ocha sedih itu langsung kehilangan minat untuk melukis juga.
"Tunggu aku, aku juga ikut." Neyla bergerak cepat mengemasi barang-barang miliknya. Segala ukuran kuas, berwarna-warni cat, dan juga paletnya. Jangan lupakan lukisan bunga matahari Neyla yang cantik itu. Neyla sudah berusaha untuk mempercepat acara beres-beresnya. Tapi ternyata Ocha sudah lebih dulu pergi.
Anak klub musik masih saja dengan perasaan tenang dan suara berisiknya menjalankan latihan. Hal itu membuat Neyla kesal. Bagaimana bisa Aren yang sudah sangat kerterlaluan tidak merasa bersalah sama sekali. Dia juga tidak meminta maaf karena sudah mematahkan kuas Ocha. Neyla memiliki ide.
Neyla menarik pintu klub musik yang setengah terbuka itu dengan sekuat tenaga. Menariknya agar pintu itu tertutup. Tertutupnya pintu geser itu menimbulkan suara yang sangat berisik, membuat anak klub musik menghentikan aktifitasnya. Dari dalam ruangan, Zeno dan Aren tengah memperhatikan dalang pencipta suara mengerikkan itu.
Neyla menoletkan rambut kuas milik Ocha yang masih berlumuran cat pada kaca jendela klub musik. Neyla sengaja melakukan itu untuk mengotori kaca jendela klub musik. Zeno dan Aren yang memperhatikan Neyla itu hanya melongo. Rahangnya jatuh begitu saja melihat Neyla.
“Oi, yang benar saja!” Aren berteriak, berharap dengan begitu Neyla menghentikan aksinya. Tapi, Neyla malah mengejek Aren dari balik kaca yang belum tercoret sama sekali. Lalu dia menggambar sesuatu di kaca itu menggunakan kuas Ocha yang patah. Itu adalah gambar kepala anjing. Apakah Neyla berkata kasar melalui gambarannya? Tidak teman-teman, dia hanya asal menggambar saja.
Setelah menggambar wajah anjing yang lucu, Neyla langsung bergegas pergi dari tempatnya berdiri. Zeno yang melhat hal tersebut hanya tersenyum seperti biasa. Dia tampak santai sebagai ketua klub musik. Dia santai sekali karena nanti ada yang membersihkannya, siapa lagi kalau bukan Erian si tukang bersih-bersih. Sedangkan Aren, dia mengerinyit tidak suka karena melihat gambar karya Neyla di kaca.
Malamnya..
Saat makan malam tiba. Ocha terlihat sangat tidak berselera untuk makan. Gadis itu hanya mengaduk-aduk makanannya. Padahal dia adalah gadis yang sangat antusias saat melihat makanan. Tapi tidak saat ini. Dia bahkan terlihat melamun. Tak jauh dari meja mereka, ada Aren dan teman-temannya yang makan bersama. Tampak jelas sekali Aren memperhatikan Ocha.
"Ocha makanlah, nanti makananmu direbut Toshiro." Kata Neyla. Toshiro yang ada di sebelah Ocha hanya menatap gadis itu, dia merasa ada yang berbeda dengan Ocha hari ini. Kemudian dia mengambil sosis di wadah makan Ocha. Ocha hanya melirik Toshiro dan menghelakan nafasnya.
"Apa kau membuat Ocha marah Neyla?" Tanya Richie yang duduk di sebelah Neyla.
"Tidak! Bukan aku." Jawab Neyla mengelak.
"Lalu siapa?" Kini giliran Toshiro yang bertanya. Dia menghentikan aktifitas menyuapi mulutnya. Akhirnya dia mau berbicara serius. Ocha yang ada di sampingnya itu masih saja mengaduk makanannya hingga menjadi seperti es campur. Dia bahkan tidak mendengarkan apa yang sedang dibicarakan teman-temannya.
"Teman satu bandmu." Jawab Neyla. Richie mendongakkan kepalanya. Toshiro langsung menaruh sendoknya.
"Yang mana? Zeno, Aren, atau Erian?" Toshiro menyebutkan semua nama teman satu band-nya.
"Drum." Jawab Neyla singkat.
"Drum? Kau tidak tahu namanya? Bukankah kau dan Ocha sudah mengenal mereka saat pesta di toko kuemu? Dia itu Aren." Kini Toshiro terlihat kesal. Setelah mengomel panjang lebar, dia kembali mengambil sendok emasnya. Makan dengan lahap.
"Sudahlah, aku sudah mendengar ceramah Richie." Neyla mencoba menangkal ceramah dari Toshiro.
"Apa yang Aren lakukan?" Toshiro bertanya dengan sedikit berbisik. Meski meja makan mereka tak begitu dekat, percakapan mereka masih bisa terdengar. Lihat saja, Aren yang sedari tadi makan sambil memperhatikan Ocha saat ini mengerinyit sambil menatap tajam Toshiro.
"Ocha makanlah, kau bisa sakit kalau tidak makan." Richie mencoba membujuk Ocha yang masih menatap makanannya. Kali ini benaknya memunculkan sebuah kartun lucu di depannya. Dia mencoba menghibur diri. Mencoba melupakan kuasnya yang patah.
"Dia mematahkan kuas milik Ocha." Jawab Neyla.
"Kuas jimat?" Toshiro dengan sigap bertanya. Dia kembali terhenti dari aktifitas makannya. Neyla menjawabnya dengan anggukan.
"Tenang saja aku akan memintanya untuk mengganti kuasmu, sekarang makanlah." Richie masih mencoba membujuk Ocha.
"Apa kamu tahu rasanya kehilangan sesuatu yang berharga, tidak semudah itu. Kuas itu sangat berharga, hanya ada satu di dunia ini." Neyla terlihat marah pada Richie. Richie tidak memedulikan Neyla, dia tetap menatap Ocha yang seperti mayat hidup.
"Aku tahu, tapi makan itu lebih penting. Setidaknya biarkan perutmu terisi Ocha." Richie terus membujuk Ocha.
"Mama selalu melakukan ini saat aku merajuk." Toshiro menyendok makanan milik Ocha. Lalu sesendok makanan itu dia suapkan pada Ocha. Ocha menatap sesendok makanan yang disodorkan Toshiro. Di sendok itu ada sosis yang tampak lezat.
"Ayo buka pintunya, pesawat milik Toshiro akan segera memasuki rumahnya." Kata Toshiro dengan nada halus seperti seorang ibu yang penuh dengan kelembutan. Ocha masih diam, masih menatap sosis yang semakin terlihat lezat.
"Aku akan menciummu kalau kau tidak mau membuka mulut." Toshiro menambahi. Jauh di meja Aren, dia menjatuhkan sendoknya dengan dramatis. Tampak terkejut karena mendengar sahabatnya bisa berkata hal genit seperti itu. Zeno heran dengan tingkah aren itu menegurnya. Aren hanya menggeleng dan berdeham.
Neyla langsung menimpuk kepala Toshiro dengan tangannya.
"Yak! Sakit tahu!" Toshiro memegangi kepalanya.
"Niatmu memang baik, tapi terdengar seperti pria genit." Apa yang dikatakan Richie membuat Neyla menganggukkan kepalanya setuju. Toshiro menggosok kepalanya di bagian yang dipukul Neyla.
Tanpa mereka sadari Ocha tersenyum karena hal itu.
"Ocha tersenyum, ayo makan. Kalau kau tidak mau makan, aku akan menciummu." Toshiro kembali menggoda Ocha.
Tawa Ocha pecah karena sesuap makanan yang ada di sendok yang Toshiro pegang tumpah ke bajunya. Toshiro memang sangat ceroboh. Akhirnya Ocha kembali ceria, dia juga sudah mau makan. Hal itu membuat Aren tersenyum tipis dan melanjutkan acara makannya dengan tenang.
Selepas makan malam selesai, para murid kembali ke kamarnya masing-masing.
Asrama di KQ High School memiliki dua gedung tinggi yang digabungkan dengan ruangan tanpa lantai dua. Gedung tingkat tiga di sisi kiri adalah gedung asrama untuk para remaja putri, sedangkan gedung tingkat tiga di sisi kanan adalah asrama para remaja putra.
Jumlah seluruh kamar adalah sembilan puluh ruangan. Dengan empat puluh lima di setiap gedung. Setiap lantai berjumlah lima belas ruangan. Dengan setiap kamar berisi empat orang. Pada lantai bawah ditempati oleh remaja kelas tiga, lantai dua ditempati kelas dua, dan lantai tiga ditempati kelas satu.
Dalam sebuah kamar berisi dua buah ranjang bertingkat dan empat buah meja belajar. Selain itu, terdapat sofa set kecil yang nyaman dengan sebuah meja di depannya. Dalam satu kamar juga terdapat satu kamar mandi kecil yang nyaman.
Sungguh asrama yang nyaman.
Dan di sanalah Neyla dan Ocha berkutat dengan buku mereka. Mencoba mempelajari rumus-rumus mematikan. Maklum, besok adalah pelajaran matematika yang mematikan. Gurunya juga mematikan. Tapi kata semua gadis yang bersekolah di KQ High School, guru matematika yang mengajar itu tampan.
Neyla mengambil kuas Ocha yang masih dia simpan. Lalu gadis itu meletakkan kuas yang sudah patah jadi dua itu di sisi meja milik Ocha. Ocha memungutnya dan mulai berusaha menyatukan kuas tersebut. Tapi tidak bisa. Dia sedih sekail. Akhirnya gadis itu melemparkan kuas yang terbelah jadi dua itu ke tempat sampah.
Neyla diam-diam memungut kuas Ocha, gadis itu punya sebuah ide bagus untuk esok harinya.
“Hei guys, kalian sedang apa?” Muncul seorang gadis berkulit karamel dari balik pintu kamar, dia adalah Nadya. Disusul dengan gadis bermata lebar yang tampak mengenakan baju bergambar unicorn, dia adalah Stefanny atau Fanny.
“Hai hai!” Fanny muncul dengan senyuman lebarnya. Sementara Nadya nyelonong masuk begitu saja, Fanny menutup pintu. Nadya mendekat ke arah Neyla. Fanny juga ikut. Letak meja belajar Neyla dan Ocha memang berdampingan, jadi Nadya dan Fanny dapat dengan mudah mendekati mereka berdua sekaligus.
“Oh, kami sedang belajar matematika. Besok kan pelajarannya Pak Sugi.” Neyla menjawab pertanyaan Nadya.
“Ah! Benar juga! Pak Sugi kan garang, aku juga mau belajar.” Fanny beranjak ke arah meja belajarnya dan mulai membuka buku matematikanya.
“Oh iya, kalian saat makan malam tadi ke mana? Aku dan Ocha mencari-cari kalian.” Neyla bertanya sambil menatap Nadya. Nadya duduk di tempat duduk kecil yang ada di samping meja belajar Neyla.
“Oh tadi ya, seperti biasa. Aku ada urusan dengan Bu Wati. Masalah asrama.” Nadya menjawab pertanyaan Neyla.
“Oh iya, kamu kan ketua asrama perempuan kelas satu!” Neyla menyeletuk.
“Iya, itu maksudku. Oh iya, besok pelajarannya guru killer ya. Aku juga mau belajar.” Nadya beranjak dari tempat duduk empuk itu, dia pergi ke meja belajarnya yang berdekatan dengan meja belajar milik Fanny.
Esoknya...
Saat ini adalah waktunya jam pelajaran matematika, dengan guru yang sangat killer. Bernama Sugiyono atau biasa di panggil Pak Sugi. Beliau masih muda dan tampan tapi suka marah-marah. Anehnya karena hobi marah-marahnya, kerutan tidak muncul sataupun di wajahnya.
Saat ini Pak Sugiyono tengah menerangkan tentang persamaan dan pertidaksamaan linear. Ocha masih tidak bisa fokus sejak tadi. Meskipun dia sejak tadi terlihat memperhatikan, tapi tatapannya kosong. Seperti tengah melamun.
Tak!
Sebuah kapur melayang ke arah Ocha, tepat mengenai kepala gadis itu. Ocha mengaduh. Dia mengelus kepalanya yang terkena kapur. Berpasang-pasang mata menatap Ocha. Bahkan Neyla yang duduk di sebelahnya saat ini sudah memasang wajah horornya.
"Jadi apa yang membuatmu melamun sejak tadi?" Kini pak Sugiyono sudah berdiri di dekat Ocha.
Air mata Ocha mengalir begitu saja, membuat pak Sugiono tidak mampu mengeluarkan kata-kata lagi. Neyla melongo. Nadya dan Fanny meringis miris melihat salah satu sobat mereka ditegur Pak Sugi. Aren terkejut karena meski dia duduk di belakang Neyla, dia dapat melihat sebagian wajah Ocha. Sedangkan Toshiro yang duduk di belakang Ocha, dia diam karena takut mendengar suara Pak Sugi yang begitu dekat dengannya.
"Maaf pak, hari ini saya tidak enak badan." Kata-kata Ocha sedikit tersendat karena sambil menangis.
"Saya akan pergi ke UKS sekarang, sekali lagi mohon maaf." Ocha membungkukkan badannya lalu pergi meninggalkan kelas tanpa menunggu jawaban dari Pak Sugiono.
"Apa bapak tahu, hari ini Ocha sedikit tidak enak badan. Apa saya boleh menyusulnya? Saya akan memastikan dia benar-benar ke UKS." Neyla meminta ijin. Pak Sugiyono hanya menganggukkan kepalanya.
Saat sampai di UKS, ternyata Ocha sudah sampai duluan sejak tadi. Dia sudah tidur membelakangi Neyla yang kini berdiri di sisi tempat tidur. Dia sebenarnya tidak benar-benar tertidur, hanya berbaring. Jari telunjuknya menggambar di kasur tempat tidur UKS.
"Ocha, apa kamu tidur?" Neyla ingin memastikan.
"Kalau kamu tidur, aku akan kembali ke kelas. Aku bosan di sini." Neyla mengatakannya karena tidak ada jawaban dari Ocha. Dan benar dia memang bosan dan tidak tahu harus melakukan apa.
Neyla kembali ke kelasnya. Begitu dia masuk ke dalam kelas, tatapan tajam Pak Sugiyono menyambutnya. Beberapa temannya juga menatapnya dengan heran. Heran dengan gadis bersurai sebahu dengan kepangan di sebelah kiri poninya.
"Kenapa kamu kembali?" Pak Sugiyono melemparkan pertanyaan itu pada Neyla.
"Saya tidak mau mengganggu waktu istirahat Ocha." Setelah mengatakan itu Neyla kembali ke tempat duduknya. Sebelum itu, dia sempat melayangkan tatapan tajam ke arah Aren yang duduk di belakangnya persis. Toshiro yang duduk di samping Aren pun mengerti kenapa Neyla menatap tajam Aren.
Setelah semua pelajaran usai, seperti biasa Neyla berada di ruang klub kesayangannya. Neyla sedikit merasa bosan karena tidak adanya teman. Ocha tadi bilang akan menyusulnya, tapi gadis itu tak kunjung datang. Pasti sahabatnya itu masih merasa terpukul karena jimat kesayangannya patah.
Neyla mengeluarkan kuas milik Ocha yang masih dia simpan. Dia beranjak dan pergi meninggalkan ruang klub lukis. Melangkah ke arah ruang paling berisik di sebelah ruangannya. Menengok ke dalam melalui kaca kecil di pintu ruang klub. Wah, sepertinya Erian sudah membersihkan semua coretan Neyla di kaca ruang klub musik.
Terdengar suara alat musik dari dalam, seperti biasa gitar yang berisik dan juga drum yang berisik. Tak luput suara keras seperti bunyi kapal feri yang akan berlabuh di pelabuhan. Menambah kebisingan dan membuat Neyla emosi.
Neyla menggeser pintu ruang klub musik dengan sangat keras, membuat kedua pemuda yang sedang asik bermain gitar dan alat musik berbentuk seperti pipa rokok itu menghentikan aktivitasnya.
‘DUM DUM!’
Dengan sekuat tenaga, Neyla melemparkan kuas milik Ocha ke arah sang drumer yang masih tetap bermain. Patahan salah satu kuas mengenai simbal drum, sedangkan patahan yang satunya mengenai anak laki-laki sang drumer.
‘DESS!’
26/03/2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Dora☆
Keren ceritanya😃
2020-05-27
0
Dora☆
M angats thooor😉
2020-05-27
0
Dora☆
Nais👍
2020-05-27
0