...(Aku Sherry. Gadis yang jiwanya tertukar dengan orang lain. Saat ini jiwaku sedang berada pada tubuh seorang gadis bernama, Vermouth )...
.......
.......
.......
Elda mondar mandir di dalam kamar. Sementara Sherry duduk bersila dengan tenang di atas kasur. Tidak banyak cara untuk meyakinkan seseorang akan cerita seperti dongeng ini. Sherry hanya pasrah.
Elda mengusap wajahnya berkali-kali.
"Mustahil ... Tidak mungkin...." Dua kata itu terus di ulang-ulang oleh Elda. Lalu melihat sosok Ve di depannya. Meneliti dengan seksama.
Masih seperti dengan Nona Vermouth. Rambut panjang, wajah anggun dan cantik, tubuh kurus dan semuanya masih menunjukkan dia adalah Nona Vermouth anak dari majikannya. Elda berpikir keras.
Dia coba mengingat kejadian barusan. Di hadapan nyonya baru dia terlihat tenang tanpa merasa ketakutan sama sekali. Biasanya Ve akan menangis saat ada kejadian itu, apalagi ada seseorang menjelek-jelekkan Ibunya. Namun, kali ini dia biasa aja dan malah sibuk mengurusi kecoa terbang. Setelah itu hendak makan lagi. Kelakuan ibu tiri tidak membuatnya terpengaruh.
Kondisi perutnya yang mendadak sakit karena rasa tertekan oleh ibu tiri itu kini tidak ada. Jangankan mual atau muntah, rasa tegang saja tidak ada. Di tilik dari kejadian barusan jelas itu bukan kebiasaan Vermouth. Namun jika di pikir lagi, apa mungkin dia orang lain?
Ini seperti dalam dongeng.
"Saya tidak percaya. Tapi saya coba mengiyakan semua perkataan Anda." Elda akhirnya mengiyakan bahwa nona di depannya adalah orang lain.
"Yaayyy." Sherry bergembira karena kini dia tidak sendirian.
"Sst ... jangan sampai ada yang dengar," nasehat Elda. Sherry manggut-manggut setuju. Tangannya bertepuk tangan sendiri dengan pelan lalu memeluk Elda erat. Menyambut kedatangan anggota pertama dalam klub 'orang gila yang percaya dongeng'. Elda mencoba untuk percaya bahwa dalam tubuh Vermouth ada jiwa orang lain.
Elda hanya meringis canggung. Dia masih belum terbiasa dengan keramahan yang heboh seperti ini. Selama ini dia dan nona mudanya memang sudah dekat, tapi karena Ve anak yang pemalu dan penakut, jarang ada ekspresi seperti itu.
"Emmm ... Nona." Elda jadi bingung. Sherry tergelak. Karena merasa sudah bisa berekspresi dengan karakternya sendiri, Sherry geli mendengar Elda memanggil dengan sebutan itu.
"Jangan panggil nona."
"Harus panggil Nona. Karena orang-orang akan bingung kalau aku tidak panggil seperti itu. Apalagi nenek sihir itu...." ujar Elda gemas. Sherry ketawa. "Jadi siapa nama kamu sebenarnya?" tanya Elda. Sebuah pertanyaan penting.
"Sherry." Elda mengangguk angguk.
Akhirnya ada orang yang tahu namaku.
Dia percaya Elda mau membantunya menemukan jawaban dari dongeng ini. Dan dia adalah orang kepercayaan Vermouth. Dia keponakan Bi Sarah. Maka dari itu, Sherry mau bercerita tentang dirinya secara terbuka. Lalu Sherry merebahkan tubuhnya di atas. Bebannya terasa berkurang dengan adanya satu orang yang mengetahui kebenaran ini.
"Ayah Ve ada dimana?" tanya Sherry dengan masih terlentang di atas ranjang. Matanya melihat ke langit-langit.
"Dia sedang menyelesaikan masalah pekerjaan di luar kota."
"Kenapa tidak datang saat putrinya hampir saja meninggal?" Mendengar ini kening Elda mengerut.
"Aku tidak paham, tapi Bi Sarah sudah menghubungi sekretarisnya memberitahukan perihal bunuh diri Nona Ve."
"Bunuh diri?" tanya Sherry.
"Iya. Bukankah nona Ve waktu itu mau bunuh diri?" Kini justru Sherry yang terheran-heran. Dia langsung bangun dari tidurnya.
"Dia bukan bunuh diri, Elda. Karena saat itu tak sengaja aku ada di sampingnya. Jadi tahu kejadian semuanya." Elda mengerutkan keningnya. "Saat lampu hijau menyala aku dan dia hendak menyebrang. Tiba-tiba ada motor yang melintas dengan kecepatan tinggi. Karena instingku kuat dari latihan karate aku merasa dia menargetkan gadis ini ...." Sherry menunjuk ke tubuhnya sendiri menceritakan kejadian sesungguhnya. Elda mendengarkan dengan tidak percaya. Cerita yang beredar di sekitar rumah adalah Ve melakukan percobaan bunuh diri.
"Darimana berita Ve bunuh diri?" tanya Sherry.
"Aku kurang tahu. Bahkan Nenek sihir juga berkali-kali bilang kalau Nona Ve itu bunuh mau diri...." Elda berkata yakin dengan apa yang di dengarnya. Sherry memegang dagu berpikir keras.
"Sepertinya ada yang tidak beres dengan kecelakaan ini."
"Benarkah? Jika begitu, sebaiknya kamu hati-hati karena bisa saja ada lagi yang akan melukai tubuh yang kamu pakai." Elda menunjuk tubuh itu.
"Pasti."
"Belum ada yang tahu kalau kamu bukan Ve kan?"
"Awal aku ada disini aku memberitahu Bi Sarah, tapi beliau tidak terlalu menghiraukan omonganku yang nyeleneh."
"Oke. Kamu harus bersikap seperti nona Ve supaya orang-orang tidak curiga. Jadi kita bisa bebas menyelidiki."
"Tidak mau." Elda menoleh cepat karena kaget.
"Apa maksudmu?"
"Biarkan aku menjadi seperti diriku. Ada kalanya aku harus menjadi diri sendiri. Kamu bisa beri alasan pada mereka tingkahku ini karena kejadian itu." Elda diam karena ragu. "Jangan cemas. Meskipun tingkah Ve berubah, mana ada orang percaya kalau aku ini bukan Vermouth. Lihat saja tubuh ini." Sherry berdiri dengan bangga menunjukkan dirinya. Itu memang benar. Tubuh Sherry sekarang adalah tubuh nona muda itu.
"Ookeeee..."
"Kalaupun ada orang yang percaya. Berarti dia sangat gila."
"Maksudmu aku juga masuk dalam kategori itu?" Elda pura-pura marah.
"Hahahaa ... bisa jadi. Kita berdua memang gila." Sherry merebahkan tubuh lagi di atas kasur. Meregangkan tubuh. Tiba-tiba dia bangun dengan kaget. Teringat akan sesuatu..
"Ada apa?" tanya Elda.
"Ayam pedas! Ayam pedas lupa enggak di bereskan."
Elda terperanjat kaget. Lalu mereka berdua menuruni tangga dengan tergesa. Takut Bi Sarah duluan yang menemukan sisa makanan belum di bereskan.
Sherry tertunduk lesu. Hhh ... Sherry menghela napas lelah. Bahkan saat jiwanya berpindah ke tubuh orang lain pun harus berangkat sekolah?
ARGGGHHH!!
Tadi malam Elda, pengurus rumah yang khusus mempersiapkan kebutuhan Ve sudah menjelaskan bahwa besok Sherry harus sekolah.
Oke, aku akan menjadi Vermouth. Semangat!
Terpampang gapura besar sebuah sekolah.
Bagaimanapun ini sekolah favorit jadi aku perlu berbangga bisa memasukinya walaupun dengan tubuh Vermouth. Saat masih jadi Sherry, aku mendengar reputasi sekolah ini. Seperti dongeng. Sekolah besar, mewah dan elit. Semuanya lengkap. Sekolah yang seperti mimpi bagi orang miskin sepertiku.
Sherry memasuki gedung sekolah di temani Elda. Pemandangan sekolah dengan 2 lantai ini memang bagus. Beda dengan sekolah Sherry yang dulu. Sekolah sangat luas dan asri. Lalu Sherry masuk ke ruang guru bertemu dengan Wali Kelas.
"Mulai hari ini Vermouth akan masuk sekolah lagi," kata Elda. Sherry yang berada dalam tubuh Ve akan mulai melakukan rutinitas sebagai Ve sebagaimana mestinya. Jadi mulai hari ini Sherry akan menjadi Vermouth seutuhnya. Orang luar akan mulai memanggil dirinya dengan nama baru, yaitu Vermouth.
"Sudah sehat ya ... Kalau masih belum pulih bisa ambil ijin lagi," kata bu Hannah ramah.
"Tidak Bu, Ve sudah sehat." Dan masih ada lagi obrolan yang Sherry tidak paham. Karena jam di dinding menunjukkan bel sekolah berbunyi 10 menit lagi. Bu Hannah mempersilahkan gadis ini kembali ke kelas dulu. Setelah di beritahu Elda letak kelas Ve, dia bergegas pergi.
Akhirnya Sherry sampai di depan kelas yang di maksud Elda, setelah melewati banyak rintangan.
Sherry mendelik kaget saat masuk ke dalam kelas di sambut dengan bola yang mendarat tepat di dekat telinga kanannya. Hanya berjarak beberapa senti saja tepat mengenai wajahnya. Wow, sambutan yang sangat luar biasa untuk pertama kali menjejakkan kaki di kelas ini.
"Ops, sorry ...." Seorang cowok mengatakan itu dengan wajah tanpa bersalah. Sherry hanya manggut-manggut saja. Lalu dia memungut bola yang jatuh ke lantai.
Sherry menghela nafas.
Bersikap biasa... Bersikap biasa... rapalnya di dalam hati.
Teeetttt!
Bel masuk berbunyi. Anak anak mulai menghentikan kegiatan bermainnya. Lalu duduk di tempatnya masing-masing. cowok yang tadi main bola juga kembali ke tempat duduknya setelah menyimpan bola ke dalam lemari tempat peralatan kebersihan kelas.
Sherry merasa panik dan bingung. Karena dia tidak tahu dimana biasanya tubuh yang di pakainya ini duduk.
Dimana tempat duduk Ve ya...
Semua sudah menempati tempat duduk masing-masing. Nah, itu ada 3 bangku kosong. Pasti itu tempat duduknya Ve, pikir Sherry. Lalu Sherry melangkah dengan pasti menuju bangku nomor dua dari belakang.
"Bukannya kamu duduk di belakang?" tanya seseorang heran. Rupanya dia pemilik bangku yang di tempati Sherry. Oh, salah nih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
senja
*darimana berita Kanaya bundir?
2020-10-05
0
JhenNy
suka sukaaaaaa....
2020-08-01
4
Seriani Yap
Smangat thor..
2020-06-18
1