~Sejauh apa pun kamu melangkah, tetaplah ingat bahwa Allah selalu bersamamu.~
🌴🌴🌴🌴🌴🌴
🌴🌴🌴🌴
🌴🌴
Dunia ternyata memang sempit. Ya, seperti pepatah. Mata Riko tak henti memandangi setiap adegan di depan matanya. Lily, sosok yang ia lihat dan mampu mengobrak-abrik jiwanya, saat ini sedang melambaikan tangan kepada seorang wanita paruh baya yang menggendong anak perempuan.
Riko sempat terpana dengan kecantikan anak tersebut. Usianya mungkin sekitar satu tahunan menurut kisaran Riko. Pipinya yang gembul dengan rambut hitam lebat membuat siapa saja ingin menciumnya.
Usai puas melambaikan tangan, Lily segera balik. Ia hendak mengayunkan kaki, tetapi netranya lebih dahulu melihat kehadiran Riko. Mata sebiji kaca almond itu membulat sempurna. Kakinya pun kembali ke pijakan asal. Lily tertegun, begitu pun Riko. Mereka saling beradu pandangan.
Lily menarik napas dalam, meyakinkan diri bahwa semua baik-baik saja. Ia segera membawa langkahnya ke depan. Begitu jarak dengan Riko dekat, ia berhenti sejenak, mengangguk hormat, kemudian melanjutkan langkah tanpa berkata apa pun.
Riko bergeming. Mulutnya pun tak mengeluarkan sepatah kata. Pikirannya mengudara berkelana ke atas awan. Bayangan masa lalu kembali berputar, tetapi secepat kilat ia hempaskan. Ini saatnya bekerja, bukan waktunya mengurusi perasaan pribadi.
Riko segera masuk. Setiap karyawan yang ia temui melakukan hal yang sama dengan Lily, mengangguk pelan. Ia risih sebenarnya, tetapi mungkin itulah cara mereka menghormati atasannya.
Riko menggunakan lift untuk naik ke lantai atas. Begitu sampai, ia menengok ke arah kanan. Melihat meja seketaris Adnan telah terisi. Sejak kejadian beberapa tahun lalu, Adnan tidak ingin mempekerjakan sekertaris wanita kembali. Akhirnya seorang laki-laki muda yang dipilih langsung oleh Adnan menggantikan sekretarisnya yang dahulu.
Sembari melangkah masuk ruangan, Riko mengingat sosok Riko. Ah ... lelaki itu memang misterius. Hanya Adnan saja yang mengetahui keberadaannya.
Riko mendekati kursi, sebelum duduk ia terlebih dahulu melepas jaket dan menyimpan tasnya. Jadwal interview akan dilaksanakan lima menit lagi. Setidaknya ia masih punya waktu untuk sekadar diam menyiapkan hati.
Dari penampilan Lily, ia bisa menebak jika perempuan itu akan mengikuti seleksi hari ini. Kenapa harus dia? Adnan bahkan libur di saat sepenting ini. Ini benar-benar gila!
Bayangan Lily melompat-lompat di mata. Kata Mami yang wanita itu lontarkan terus teriang-iang di telinga. Riko tak bisa melupakan! Ini tidak baik.
Lima menit berlalu tanpa terasa. Riko bersiap. Ia berdiri, memakai jasnya kembali, kemudian keluar ruangan. Interview ini akan dilaksakan di lantai 6. Tepatnya di mana Riki bertugas. Ada beberapa lowongan yang sedang dibuka oleh perusahan Adnan termasuk bagian keuangan.
Riko turun ke lantai 6. Di sana ia melihat sekelibat bayangan kembarannya yang sedang memarahi karyawan. Lelaki itu memang kocak. Namun, soal pekerjaan Riki orang yang sangat serius.
Tak ingin ikut campur, Riko berjalan tanpa bertanya apa pun. Semua peserta interview pasti sudah menunggunya. Ketika langkahnya semakin mendekati ruangan yang dituju, ia bisa mendapati sosok Lily di antara kesepuluh peserta. Riko memalingkan wajah, menatap lurus ke depan, berpura-pura tak melihat.
Ia masuk. Duduk di kursi yang sudah disediakan. Seorang karyawan memanggil satu per satu peserta. Interview dimulai. Riko melihat daftar riwayat para peserta sembari memberikan beberapa pertanyaan.
Singkat cerita kesembilan peserta sudah terlewati. Kini bagian Lily. Perempuan itu ragu, tetapi ini adalah kesempatan besar. Ia tak punya pilihan.
Lily melangkah, mendorong pintu, masuk dengan hati-hati. Riko bertindak layaknya seorang atasan. Ia mempersilakan Lily duduk dan mulai melontarkan pertanyaan.
Pandangan mereka bertemu. Lily tak mungkin menghindari itu. Maka dari itu, ia mencoba menyembunyikan kegugupannya.
“Apa Anda punya pengalaman kerja sebelumnya?” tanya Riko tajam.
“Iya, Pak.” Lily menyebutkan sebuah perusahan dan jabatannya di sana.
Riko mengangguk. Tangannya ingin sekali meremas kertas yang tengah ia pegang. Namun, hatinya berkata lain.
“Begini ... di sini moto kami adalah bekerja dengan profesional dan saling menghargai. Andaikan Anda setelah bekerja di sini dan merasa tidak nyaman. Apakah Anda akan menghilang begitu saja tanpa jejak?”
Pertanyaan dari Riko berhasil membuat Lily terdiam. Sorot mata lelaki itu sama persis dua tahun lalu, menakutkan. Suasana pun terasa mencengkram. Apa ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Dwi setya Iriana
bamg riko interviw ato menghakimi ya😑😑😑😑😑😑
2021-10-13
0
pisces
waduh..interview pribadi bang
2021-09-11
0
alya Zahra
bang riko jangan emosi dong,,,nanti lily takut kabur lagi..😄😄
2021-09-11
0