lampu merah

~Nyatanya Allah selalu hadirkan kesedihan dengan kebahagiaan, meski tak selalu dalam waktu yang sama.~

😻😻😻😻😻😻

😻😻😻😻

😻😻

Senja datang menyapa. Azan Magrib akan berkumandang sekitar lima menit lagi ketika Riko keluar dari ruangannya. Saat ia turun ke bawah, masih ada beberapa karyawan yang berjibaku dengan pekerjaannya. Mereka menyapa Riko, mengangguk hormat sama seperti kepada Adnan.

Riko berjalan santai menuju parkiran. Malam ini lidahnya rindu masakan maminya. Ingin rasanya meminjam pintu ke mana saja milik Doraemon, sehingga dirinya bisa langsung sampai ke sana.

Riki lebih dahulu pulang. Ia ada janji bersama keluarga Amalia. Entah mereka akan membicarakan tentang apa, Riko pun tak ingin banyak terlibat. Lelaki bernama Riki itu sudah dewasa.

Riko masuk mobil, menyimpan tas, memasang sabuk pengaman, lalu mulai menyetir. Kendaraannya meluncur keluar parkiran dan mulia bergabung dengan kendaraan lain di jalanan.

Seperti hari-hari biasanya, perjalanan pulang selalu macet. Ia tahu akan hal itu. Oleh karena itu, ia akan mencari masjid lebih dahulu untuk menunggu waktu salat Magrib.

Masjid belum ditemukan, tetapi azan sudah berkumandang. Riko terjebak kemacetan. Ia hanya diam, sembari berharap semuanya segera terurai.

Dua menit berlalu, semua mobil kembali berjalan normal, dan Riko pun menemukan masjid. Ia mengarahkan kendaraannya ke arah sana. Sesampainya di sana, ia segera melaksanakan salat berjamaah, meskipun sedikit telat.

Salat selesai. Riko bergegas pulang, mengukur jalan kembali dengan kendaraan beroda empat tersebut. Jarak menuju rumahnya tinggal delapan menit lagi. Itu pun jika tidak terjebak macet kembali. Ya, seperti itu.

Ketika berada di lampu merah. Mobil Riko berhenti, menunggu berganti menjadi lampu hijau. Merasa gerah, tangan kanan Riko membuka kaca mobil. Seperdetik selanjutnya sebuah motor merah matic berhenti tepat di dekat mobil. Bukan motor yang membuat Riko terdiam, tetapi pengendaranya.

Seorang lelaki muda duduk di depan, dan Lily berada di belakang. Mereka menggunakan helm sebagai pengaman kepala. Riko diam, rambut panjang milik Lily terangkat ke atas terbawa angin, hingga menutupi wajahnya yang tirus. Ada jerawat memerah di bagian pipi kanan perempuan tersebut, meski begitu kecantikannya bisa menghipnotis Riko beberapa saat.

Cantik. Kata itu yang selalu terlontar di mulut Riko, sekali pun dirinya dan Lily tak ada lagi hubungan. Beberapa detik kemudian, manik-manik milik Lily menemukan kehadiran Riko. Ia sempat tersentak, dan langsung membuang pandangan ke arah lain.

Lelaki muda di depan menoleh ke belakang, lalu berkata, “Kamu mau langsung pulang?” tanyanya kepada Lily.

Lily mengangguk pelan. Mulutnya seolah terkunci.

“Keysa pasti kangen kamu,” ujar lelaki muda kembali.

Lily mengukir senyum, sedangkan Riko mendengarkan percakapan mereka tanpa tahu apa hubungan keduanya. Tatapannya tajam, ada gejolak amarah dalam jiwa, menari-nari meminta Riko untuk mengeluarkannya saat itu juga. Hari ini benar-benar gila!

“Mau makan apa hari ini?” Lelaki muda yang tidak tahu apa-apa itu terus mengajak Lily berbicara.

“Apa saja,” jawab Lily.

“Kita beli makanan sebelum pulang.”

Lily mengangguk kembali.

Lampu berganti hijau. Semua kendaraan bersiap melaju kembali termasuk Lily dan lelaki muda yang memboncengnya. Tanpa menoleh ke arah Riko, ia segera pergi. Sementara Riko masih saja diam. Beberapa pengendara di belakang memberinya klakson panjang, barulah Riko sadar, dan mengikuti jejak yang lain.

Jiwanya memberontak ingin sekali mengejar Lily, tetapi akal sehatnya berkata tidak. Ia harus bisa mengubur masa lalu. Buku mereka telah selesai tulis. Sekali pun nanti ia harus bekerja dengan Lily, biarlah waktu berjalan semestinya.

Riko mencoba berkonsentrasi, hari ini mungkin bisa dikatakan hadiah sekaligus pengingat luka masa lalu. Namun, kehidupan harus tetap berjalan.

“Baiklah. Mari, kita kerja seperti biasanya. Dia udah bahagia sama yang lain,” kata Riko pelan sembari tangannya menyetir.

Tangan kirinya menyetel musik kencang, mungkin alunan ini bisa menghilangkan sedikit kekesalan, kemarahan, dan kemuakan sepanjang hari.

Hujan tiba-tiba datang menyerbu bumi. Di motor, Lily mengikuti si pengemudi. Ia menangis dalam rinai yang membasahi diri. Mengenang wajah Riko yang terus bermain dalam benaknya.

Terpopuler

Comments

Benedicta Etty

Benedicta Etty

jadi curiga...lily kenapa ya?? apa anak itu bukan anaknya...??

2021-12-02

0

Dwi setya Iriana

Dwi setya Iriana

kenapa lkly yg menolak riko,siapa laki2 yg bersama lily,semua pertanyaan masi saja berkecamuk di hati riko,apa salah riko sebenarnya terhadap lily,ala waktu itu lily lagi hamil ya,sehingga lily menolak riko ooooooo pusiiiiiiiiing🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄

2021-10-13

0

Arif Muzakki

Arif Muzakki

mungkin lily punya alasan yg harus in dia mutusin Riko,sebenarnya Lily juga msh cinta ma Riko kok nyesek yah 😂😂

2021-09-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!