... “Cinta kasih di dalam hati itu terbagi-bagi bagaikan dahan-dahan pohon cedar. Jika pohon itu kehilangan satu dahan yang kuat, ia akan menderita namun tidak mati. Pohon itu akan menumpahkan seluruh daya hidupnya ke dalam dahan berikutnya, sehingga ia akan tumbuh dan mengisi tempat yang kosong.” (Kahlil Gibran)...
...----------------...
Bagaimana bisa hubungan yang hanya semalam bisa membuatnya hamil begitu mudah? Apakah ini semacam lelucon untuk Lakhsmi yang bahkan hanya memiliki satu pria yang ia cintai, namun telah dicampakkannya dengan kebohongan.
Ia meraung tidak rela. Tubuhnya. Hidupnya. Bagaimana pria tak dikenal itu mampu membuat seluruh hidupnya berubah hanya karena satu malam menjijikan yang bahkan Lakhsmi tak sudi untuk ingat-ingat lagi. Ia meninggalkan jejak yang membuat Lakhsmi harus mengalami dilema sekaligus emosi yang tiba-tiba menguasai akal sehatnya.
"Ayah, aku ingin menggugurkannya!" Lakhsmi menangis lagi di atas ranjang setelah semalaman ia ingin membunuh dirinya karena telah membawa aib yang lebih mencoreng nama keluarganya. Miskin, hina dan tak berharga. Rasanya ketiga kata itu yang seringkali ia dengar tersemat di mulut para pencaci mulai terasa sangat pas untuknya.
"Tidak, Lakhsmi. Kau takkan menbunuh dirimu atau bayimu, Nak." Balraj mengusap kening Lakhsmi dengan sayang. "Kita akan berkemas, Nak. Ayah akan membawamu pergi ke tempat di mana kita bisa memulai semuanya kembali dan kau bisa berkonsentrasi pada pendidikanmu serta bayimu."
"Ayah akan menjagamu, Lakhsmi. Ayah berjanji."
Pernyataan yang baru saja dilontarkan Balraj pada Lakhsmi jelas membuat gadis itu lagi-lagi dilempar kenyataan pahit. Pendidikannya. Bagaimana bisa ia melanjutkan pendidikan dengan kondisi hamil tanpa suami? Sementara ia memiliki tanggung jawab berupa beasiswa yang melarang dirinya menikah sebelum pendidikannya selesai. Lakhsmi menangis lebih deras hingga rasanya ia tak memiliki sisa air mata lagi untuk ia keluarkan.
...----------------...
Hari itu, Lakhsmi datang ke universitas bukan untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalamnya. Sengaja ia memilih waktu sore hari ketika tempat besar nan megah itu mulai sepi oleh lalu lalang mahasiswa karena kebanyakan telah selesai mengikuti kelas mereka. Ia datang menemui salah seorang dosen yang memegang peran penting kelangsungan beasiswanya.
Lakhsmi mengenal baik dosen-dosen di sana, terlebih karena ia adalah salah penerima beasiswa untuk para mahasiswa unggulan di universitasnya. Kini, ia telah berdiri di depan ruang yang pintunya tertutup rapat dengan sebuah papan nama tergantung di permukaannya. Ia mengetuk pintu dan memanggil nama dosennya.
"Mrs. Adam?"
Butuh beberapa detik bagi Lakhsmi sebelum mendengar jawaban dari dalam untuk membuka pintu. Wanita itu duduk di atas kursi kerjanya dengan setumpuk kertas ujian dari kelas yang diajarnya. Di atas hidungnya bertengger kacamata dengan bingkai logam yang nampak sangat cocok untuk kontur wajahnya yang tegas. Pantas jika para mahasiswa di universitas menyebutnya dosen terdisiplin abad ini.
"Lakhsmi?" Wajahnya terkejut memandang mahasiswinya itu datang ke kantornya dengan tiba-tiba karena setahu Mrs. Adam, ia tengah mengambil libur selama dua hari karena sakit.
"Bisakah saya masuk?" Lakhsmi menggigit bibirnya gugup karena melihat sorot mata sang dosen senior begitu tajam.
"Ya. Ya. Silakan. Jangan lupa menutupnya kembali." Ia merujuk pada pintu yang gagangnya masih digenggam Lakhsmi.
Butuh seribu keberanian bagi Lakhsmi untuk mendatangi Mrs. Adam dan mengungkapkan semuanya. Ia mempertaruhkan segala kesempatan yang tersisa di hidupnya untuk lepas dari kenyataan buruk di lain waktu jika ia terus menyimpannya sendirian.
Lakhsmi pikir Mrs. Adam akan mencoret namanya dari daftar penerima beasiswa di universitas. Ia bahkan telah kehabisan air mata untuk meyakinkan wanita paruh baya yang dikenal tegas itu setelah berhari-hari menangis meratapi nasibnya. Ia pasrah. Namun, wanita itu mengatakan hal yang tak terduga.
"Kau akan tetap menerima beasiswa itu, Lakhsmi. Namun, berjanjilah padaku bahwa kau akan melakukan usaha terbaik untuk masa depanmu tanpa mengorbankan bayi yang bersemayam di tubuhmu. Kau akan memberikan kehidupan yang layak untuk dirimu dan bayimu dengan kesempatan yang kuberikan ini."
Lakhsmi mengangguk tanpa berpikir lagi. Ucapan Mrs.Adam sangat menampar dirinya. Ia ingat betul bahwa kemarin ia masih berniat menggugurkan janin yang tak bersalah dan tak berdosa itu hanya karena ia tak ingin merusak masa depan yang telah ia perjuangkan mati-matian. Ia begitu takut bahwa tiga tahun yang ia upayakan akan berakhir sia-sia begitu saja.
Mrs.Adam pun memberinya sebuah pelukan yang tak pernah Lakhsmi dapatkan dari orang lain selain ayahnya. Lakhsmi merasa malu pada dirinya sekaligus berterima kasih pada Mrs.Adam.
...----------------...
Apa yang dikhawatirkan Lakhsmi benar-benar terjadi. Tak peduli seberapa keras ia berusaha menutupi kehamilannya yang begitu kentara di balik jaket besar yang ia beli dari pasar loak, berita itu menyebar begitu cepat bagai nyala api yang membakar lahan gandum yang mengering. Semua cemoohan itu seperti bata yang terlempar pada Lakhsmi tanpa penghalang.
Namun, ia sungguh beruntung karena Mrs. Adam tidak mengubah keputusan bahkan setelah beberapa mahasiswa yang membencinya itu melayangkan protes atas pelanggaran yang dilakukan Lakhsmi. Wanita paruh baya yang hanya menjabat sebagai dosen sastra Inggris itu pemegang keputusan mutlak terkait beasiswa pendidikan di universitas karena hampir tujuh puluh persen disponsori oleh keluarganya yang juga ikut memiliki andil sebagai penyokong dana universitas.
Setidaknya Lakhsmi bisa sedikit lega untuk fokus menyelesaikan skipsinya yang hanya tinggal selangkah lagi walau ia harus melewatinya dengan perut yang mulai membuncit dan hinaan yang semakin memanas di sekitarnya. Ia tak lagi peduli karena ia telah berjanji dan Lakhsmi bertekad memegang janjinya pada Mrs.Adam.
Jangan lupakan Kumaar. Meski keluarganya menentang habis-habisan keputusannya untuk bersama Lakhsmi kembali dengan menebar fitnah dan gosip murahan di tabloid-tabloid, ia tetep bersikukuh ingin mereka bersama lagi. Ia akan melakukan apapun asal Lakhsmi mencintainya lagi.
Lakhsmi muak dengan keegoisan Kumaar hingga ia memutuskan melemparkan bom itu tepat di wajahnya.
"Aku telah hamil, Kumaar."
Mati langkah. Begitulah usaha Kumaar untuk meraihnya kembali setelah Lakhsmi mengatakannya.
"Sebaiknya kau pulang."
Kumaar pergi. Membawa luka yang dibuat Lakhsmi tanpa sepatah kata lagi.
...----------------...
Bulan kesembilan kehamilannya, Lakhsmi sudah berdiam diri di rumah sembari menunggu wisudanya yang ternyata selesai lebih cepat daripada perkiraannya karena ia mengerjakannya secara membabi buta hingga ia mundur dari pekerjaan part-time di restoran. Ia tak bisa merangkap banyak hal dengan kondisinya yang hamil dan memicu kelelahan berlebih. Ia telah memutuskan membuat bayi dalam perutnya bertahan hingga saatnya ia dilahirkan.
Sayang, sepertinya semesta tidak bisa membiarkan ketenangan berlama-lama menghampiri hidup Lakhsmi. Ia baru saja kembali memeriksakan kandungannya yang telah menginjak usia 38minggu ketika ayahnya memutar siaran berita di televisi yang menampakkan sebuah berita. Lalu, di hadapannya terlintas wajah dua orang yang dikenal baik oleh Lakhsmi.
Kumaar Khan dan Gaurika Anaam telah resmi bertunangan dan akan segera menikah.
Sebaris kalimat yang membuat Lakhsmi membeku sebelum kemudian ia merasakan sengatan rasa sakit luar biasa yang menghunjam perutnya. Lakhsmi menjerit kecil dan membuat Balraj yang sebelumnya juga terpana pada berita itu langsung menghampiri Lakhsmi.
"Ayah, aku... Aku sepertinya akan melahirkan!"
...----------------...
Di sebuah bangsal rumah sakit, Lakhsmi terdiam menatap kosong dinding di seberang ranjangnya. Sudah berjam-jam prosesi melahirkannya berlalu tapi ia masih merasakan sakit. Bedanya, sekarang hatinya. Mengingat kabar yang didengarnya sebelum ia melahirkan bayinya, itu membuat Lakhsmi sakit. Ia menangis dalam diam. Ia mencoba melepaskan apa yang memang tidak ditakdirkan untuknya. Setidaknya ia memiliki Kareem Singh, bayinya yang sangat tampan sebagai ganti kehilangannya.
"Berjuanglah untuk Kareem, Lakhsmi. Jalan masih panjang dan semuanya akan baik-baik saja." Ia terus mengulang mantra itu di bibir dan benaknya. Lakhsmi yakin seyakin ia saat mengatakan 'ya' pada Mrs.Adam untuk memenuhi janjinya dahulu.
...----------------...
Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak kamu, ya ,❤❤ thankyou
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
نورالجنة √🍁 _✍︎
Sedih amat yak 😭😭😭😭
2021-09-11
1