Bab 1

..."Orang yang kuat bukan mereka yang selalu menang. Melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh." (Kahlil Gibran)...

...----------------...

"Ayah, aku nanti akan pulang terlambat dan tidak bisa memastikan jam berapa karena sedang ada promo besar-besaran di restoran, pengunjung cukup ramai. Jadi tidak perlu menungguku." Suaranya terjeda menunggu jawaban di seberang telepon. "Ya, aku membawa kunci cadangan seperti biasa. Dah, Ayah. Jangan lupa makan malam. Aku sayang Ayah." Telepon ditutup.

Lakhsmi Singh. Ia gadis ceria berusia jelang dua puluh satu tahun tahun ini dan tengah berjuang menghidupi dirinya serta ayahnya yang hanya seorang pedagang obat tradisional dengan bekerja part-time di sebuah restoran mahal di sekitar universitasnya. Oh, jangan khawatirkan soal biaya kuliahnya karena dengan otaknya yang cukup cemerlang, ia berhasil masuk ke universitas itu dengan beasiswa pendidikan penuh. Mereka hanya butuh uang tambahan untuk biaya hidup yang semakin hari semakin meroket seiring berjalannya waktu.

Oh, seandainya ibunya masih ada dan kecelakaan itu tidak merenggut sebelah kaki ayahnya, mungkin hidup Lakhsmi tidak akan sesusah ini. Tapi, takdir sudah berjalan. Yang terjadi tak mungkin diputar kembali. Lakhsmi takkan mengeluh untuk hidupnya yang terasa berat seperti kedua bola matanya yang sebenarnya sangat mengantuk karena shift panjang dan lembur selama satu minggu ini.

Sembari melihat keramaian di restoran yang dihilir mudiki pengunjung, ia memacu kaki-kakinya yang ramping dari satu meja ke meja lain untuk menurunkan pesan dari baki lebar. Di mana hidangan dengan aroma menggiurkan menguap di udara dan menggelitik indera penciumannya. Walaupun ia bekerja di sana, tapi ia sama sekali tidak pernah mencicipi hidangan mahal yang bahkan namanya saja susah diingat hanya dengan sekali pandang.

Lidah dan dompetnya takkan bisa beradaptasi, pikir Lakhsmi menghibur diri.

Senyum merekah khas waitress tak pudar dari wajahnya, bahkan ketika jam dinding restoran yang berbentuk simbol rumah menunjukkan angka satu dini hari. Pengunjung sudah mulai berkurang dan satu-satunya teman Lakhsmi hanyalah Aisyah, si koki restoran yang mendapat jatah lembur bergantian dengan koki yang lain. Gadis itu bahkan sudah membersihkan pantry restoran karena pesanan terakhir telah selesai dibuat dan bersiap memasuki perut pelanggan mereka yang begitu girang saat mendengar restoran melakukan diskon besar dari pukul delapan malam hingga dua belas.

Lakhsmi menghela napas pelan. Kakinya berkedut ngilu karena ia tidak duduk sama sekali sejak selesai dari jam istirahatnya, pukul tujuh tadi.

"Lakhsmi, apa kau lapar?" Aisyah bertanya sembari memakan bekal tambahannya berupa kue cokelat yang nampak lezat. Ia menyodorkan kotak bekal ke arah Lakhsmi.

"Ugh, terima kasih. Apa kau membuatnya sendiri?" Lakhsmi mengambil satu potong dan segera mengunyahnya sebelum mereka diinterupsi pelanggan yang mungkin akan membayar pesanan mereka yang telah habis.

"Uhum." Aisyah mengangguk dan membuat poni rambutnya bergoyang di dahi lebarnya. Gadis itu sudah menanggalkan hair net yang ia kenakan setiap kali memasak demi menjaga kehigienisan makanan restoran. Siapapun tidak akan mau melihat makanan mereka dikotori potongan rambut sang koki yang terselip di antara potongan bumbu atau dagingnya. Itu menjijikkan.

"Apa kau tidak apa-apa jika kutinggal sendirian setelah ini? Aku harus segera pulang karena ibuku sedang sakit." Aisyah menatapnya penuh permohonan maaf yang dibalas anggukan Lakhsmi.

"Tidak masalah. Aku hanya perlu membersihkan sisa piring dan lainnya seperti biasa. Jika pekerjaanmu sudah selesai, kau bisa pulang dahulu." Lakhsmi mengambil segelas air minum untuk membersihkan mulut– terutama giginya dari sisa-sisa cokelat yang mungkin bisa mengejutkan pelanggan saat mereka melihatnya tersenyum.

...----------------...

Jam menunjukkan pukul tiga ketika ia akhirnya selesai mengepel lantai restoran yang dijejaki serpihan makanan serta alas kaki pelanggan hingga ia perlu menggosok sedikit lebih kuat agar noda keringnya bisa hilang. Bosnya takkan suka jika pegawainya tidak membuat restorannya tidak licin dan berkilau setiap akan dibuka di esok paginya. Lakhsmi benar-benar menguras tenaganya minggu ini, tapi ia senang karena di akhir bulan ia akan mendapat uang lembur yang cukup banyak untuk disimpan.

Setelah memastikan bahwa restoran terkunci rapat secara otomatis, Lakhsmi merapatkan jaket berwarna biru gelap yang agak kekecilan untuk ukuran tubuhnya yang meskipun kecil tapi cukup berbentuk. Ia berpikir mungkin saat akhir bulan, ia bisa membeli jaket baru yang lebih longgar dan tebal karena udara yang tidak menentu suhunya. Seperti malam ini yang menjelang pagi. Dinginnya sangat menusuk tulang.

Lakhsmi sebenarnya ingin pulang dengan menaiki taksi, tapi ia tahu, tarif yang mereka kenakan saat malam hari jauh lebih mahal dibandingkan jam pagi atau siang dan ia tak ingin membuat dompetnya yang menipis menjadi menempel kedua sisinya karena tak disisipi selembar pun uang. Lebih baik ia berjalan kaki yang hanya membutuhkan sekitar empat puluh lima menit.

Lakhsmi teringat sepedanya yang rusak karena kelakukan jahat seseorang di universitas. Entah apa yang ada di pikiran mereka yang benar-benar biadab itu yang tega menabrak kendaraan satu-satunya milik Lakhsmi menjadi sebuah rongsokan hingga seorang montir langganannya pun berkata akan sangat sia-sia memperbaikinya karena biayanya akan sama seperti membeli sepeda baru. Lakhsmi meloakkan besi tak berbentuk itu dengan harga yang tak sepadan dengan harga sebuah sepeda yang bekas sekalipun.

Saat Lakhsmi tengah memikirkan betapa malang nasibnya, ia tidak memerhatikan jalanan sekitar. Sebuah klub malam yang masih beroperasi hingga pagi itu masih nampak ramai di pintu masuknya. Berbanding terbalik dengan area parkirnya yang dijejali mobil-mobil dan motor yang memenuhi lahan di sisi lain bangunan klub malam itu, tepat bersisian dengan tikungan gelap yang mengarah ke rumah Lakhsmi hampir satu kilometer jauhnya.

Tiba-tiba Lakhsmi mendengar suara seseorang tengah bergumam. Ia mengedarkan pandang dan melihat di depan gang gelap seseorang tengah bersandar pada dinding bangunan klub. Wajahnya mengarah ke bawah dengan satu kaki diangkat dan alas kakinya menempel pada dinding sementara sisanya menjejak di tanah. Seorang pria yang frustasi nampaknya. Oh, ralat! Pria perlente frustasi dengan setelan jas licin yang sudah kusut dan rambut acak-acakan.

Lakhsmi bisa menilai pria itu adalah manusia borjuis yang mungkin berdompet tebal dan tengah menghadapi krisis kehidupan di tengah timbunan kekayaannya hingga ia memilih menghamburkannya di klub malam dan menjadi tidak waras. Lakhsmi berjalan melewati pria itu tanpa menoleh sedikit pun. Tiba-tiba pria itu bergumam lagi dan mengangkat kepalanya. Sebelah tangannya menarik Lakhsmi dengan kasar.

"Apa yang-"

Plak!

Pria itu menamparnya hingga kepalanya pening. Lakhsmi meronta untuk melepaskan dirinya dari cengkeraman kuat pria itu hingga ia mendapatkan satu tamparan lebih kuat sebelum ia berhasil menemukan jeritannya agar orang lain mengetahui apa yang terjadi.

Lakhsmi merasakan kegelapan mendatanginya karena pukulan si pria yang jelas tidak bisa dicegah Lakhsmi. Tubuhnya limbung dan ia berakhir tak sadarkan diri dalam tarikan pria dalam kegelapan itu.

...----------------...

Sengatan panas yang menyusup dari celah kain gorden yang ditutup asal-asalan membuat Lakhsmi mengerjap-ngerjap tidak nyaman. Silau matahari itu benar-benar mengganggu tidurnya.

Saat ia berhasil tersadar, Lakhsmi merasakan sengatan rasa sakit di segala sisi tubuhnya yang telah dipaksa bekerja keras. Beberapa detik kemudian ia menyadari sengatan nyeri di antara kedua kakinya dan selimut lembut yang menutupi tubuh polosnya. Ingatan terakhir menghantam kepalanya. Ia menoleh ke belakang tubuhnya, di mana seorang pria muda tengah tertidur damai dan aroma sisa alkohol yang ditenggaknya masih tercium.

Lakhsmi berdiri terkejut sembari meraih selimut itu menutupi tubuhnya, namun tak memberikan efek pada pria itu. Ia bergeming di sana dengan napas teratur seolah ia tak pernah tidur berhari-hari. Mata Lakhsmi yang berpendar karena dipenuhi emosi pun tak luput menangkap semburat warna merah di permukaan sprei yang telah mengering. Ia tahu sesuatu telah terjadi.

Pria itu memerkosanya!

Dalam kekalutan luar biasa, Lakhsmi langsung mencari potongan pakaiannya yang tersebar di lantai dengan sembarangan. Ia mengabaikan air mata yang mengalir dengan menggigit bibirnya yang gemetar. Ia tak ingin membangunkan pria amoral itu saat ia hendak kabur. Ia takut pria itu akan membunuhnya jika menemukannya terbangun dan masih berada di sana, mengingat perlakuannya yang melanggar hukum. Pria itu pasti akan menghabisi nyawanya untuk menghilangkan bukti dan Lakhsmi tak ingin mempercepat kematiannya ketika ada seorang ayah yang menunggu kepulangannya.

Butuh beberapa menit hingga ia mengemas semua benda yang dimilikinya tanpa menyisakan jejak untuk pria itu mendapatkan dirinya kembali. Ia berlari keluar dari kamar yang ternyata adalah sebuah hotel karena Lakhsmi melihat angka-angka menempel di pintu-pintu sepanjang lorong.

Adalah kelegaan luar biasa hingga Lakhsmi bisa keluar dari hotel yang untungnya tidak jauh dari klub malam yang ia lewati. Membuat Lakhsmi tak berpikir panjang lagi mengenai isi dompetnya untuk menyetop taksi yang pertama kali dilihatnya agar membawanya ke rumah secepat mungkin.

Ia telah menyiapkan seribu alasan untuk ayahnya dengan sekuat tenaga menahan tangis yang terus-menerus menyeruak keluar. Beruntung ia telah mengabari bahwa semalam ia lembur. Ia tidak akan mengatakannya pada siapapun. Ia akan menyimpan kejadian yang sesungguhnya untuk dirinya sendiri.

Cukup Tuhan dan aku yang tahu akan malam mengerikan ini, gumamnya dengan hati yang bergetar hebat.

Namun, apakah semuanya akan baik-baik saja? Lakhsmi tidak pernah tahu apa yang menunggunya di depan.

...----------------...

Jangan lupakan untuk selalu meninggalkan jejak kamu, ya ❤ Thankyou

Terpopuler

Comments

Miss DK

Miss DK

Keren banget. Pemilihan diksinya bagus, penulisan dan tanda bacanya rapi sekali. Two tumbs.

2021-10-07

1

Nunu Pertiwi

Nunu Pertiwi

cemangat

2021-10-05

1

نورالجنة √🍁 _✍︎

نورالجنة √🍁 _✍︎

Ealah, baru baca udah mewek 😭😭😭😭

2021-09-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!