Bab 2

...“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.” (Kahlil Gibran)...

...----------------...

Lakhsmi pikir semuanya akan lebih mudah dengan ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa malam itu takkan berarti apa-apa kecuali bahwa ia tidak lagi perawan. Sayangnya, semua kebohongan itu sama sekali tidak membantu. Terutama ketika ia telah memiliki seorang pria yang resmi menjadi tunangannya sejak beberapa bulan lalu. Kumaar Khan, sang kekasih sekaligus pengusaha retail besar yang memiliki reputasi tak tercoreng sekaligus keluarga yang terpandang di kotanya.

Hampir semua orang mengetahui siapa keluarga Khan, meskipun tidak semua orang tahu bahwa Lakhsmi adalah tunangan pria yang sering memasuki tabloid gosip sebagai salah satu pria lajang yang menjadi incaran para wanita muda. Lalu, Lakhsmi yang jelas telah ternoda, miskin dan sama sekali tidak memiliki satu pun reputasi yang patut dibanggakan, apakah masih pantas bersanding dengan pria itu?

Lakhsmi sedikit saja tak sanggup membayangkan Kumaar yang bahkan hanya pernah menciumnya selama tiga tahun hubungan mereka itu mendapati dirinya tak lagi perawan di malam pertama mereka. Ia takkan bisa memberikan penjelasan lain pada Kumaar saat pria itu mengetahui kenyataan bahwa istrinya telah dijamah pria lain yang bahkan jika hal itu terjadi tanpa disengaja karena kebiadaban seorang pria pemabuk sekalipun. Lakhsmi tak sanggup.

Entah dengan keberanian dari mana, Lakhsmi menemui Kumaar sore itu. Akhir minggu berlalu begitu cepat bagi orang-orang yang penat dengan keseharian mereka yang monoton dan tidak berubah ritmenya. Sayangnya, bagi Lakhsmi seperti seabad untuk menunggu keberaniannya terkumpul hari itu dan menemui Kumaar yang telah ia abaikan dengan berjuta alasan mengenai tugas kuliahnya.

Kumaar bisa saja tidak percaya mengingat pria itu dulunya adalah senior Lakhsmi di universitas yang sama dan hanya berjarak empat semester. Namun, pria itu memercayainya sama seperti ia memercayai Lakhsmi yang terus mengatakan bahwa ia baik-baik saja ketika pria itu mendengar suaranya yang terdengar aneh. Campuran emosi yang bahkan Lakhsmi tak dapat jabarkan dengan kata-kata.

Hatinya tengah letih dan berduka walau ia tetap menyunggingkan senyum. Isi kepalanya kusut bak benang pintal yang saling terjerat satu sama lain dan tak terlihat ujungnya. Meski tak mau mengakui, tapi malam itu selalu menghantui hari-harinya dengan mimpi buruk. Merusak konsentrasinya saat ia tengah duduk di antara puluhan mahasiswa yang tengah mendengar penjelasan dosen pengajar. Rasanya ia seperti mati rasa.

"Lakhsmi!" Senyum Kumaar mengembang melihat gadis yang ia rindukan selama satu minggu itu. Itu adalah kafe tempat biasa mereka menghabiskan waktu. Tempat di mana Kumaar menyatakan cintanya untuk Lakhsmi yang telah menjadi tunangannya.

Namun, berbeda dengan Kumaar. Lakhsmi bahkan sulit memperlihatkan senyum lebarnya disertai cuitan yang sangat menggambarkan betapa cerewetnya seorang Lakhsmi Singh di mata Kumaar.

Gadis itu duduk di hadapannya dan melihat segelas es susu coklat dengan satu sekop eskrim yang menjadi menu favoritnya di kafe itu telah tersaji. Kumaar sudah hafal betul Lakhsmi yang ia cintai. Hal itu jelas membuat Lakhsmi merasakan berat yang menghimpit dadanya semakin kuat dan bertambah besar. Ia bahkan bisa merasakan jika tenggorokannya tengah dijejali bongkahan batu besar yang membuatnya sulit menelan barang setetes liur.

"Kumaar..." Hanya satu kata dan Lakhsmi seolah baru saja menggulingkan sebuah mobil bermuatan penuh saat melakukannya. Sesak dan tak tertahankan.

"Ada apa?"

Lakhsmi jelas bisa menangkap raut kekhawatiran di wajah pria yang selama ini mengisi hari-hari dan juga angannya tentang sebuah pernikahan. Hari di mana mereka tak perlu lagi saling berdebat karena Lakhsmi memaksa tetap bekerja sementara Kumaar merasa mampu memberikan segalanya untuk Lakhsmi bahkan sebelum mereka resmi menikah. Sekarang, setidaknya Lakhsmi takkan menyesal tetap bersikukuh pada pendiriannya untuk menolak tawaran Kumaar yang sangat bermurah hati.

"Aku ingin bicara." Lakhsmi mengambil napas dalam sebelum melanjutkan agar ia bisa menambah kekuatan untuk mengatakannya. "Aku ingin kita menyudahi pertunangan ini karena aku tak bisa lagi melanjutkannya."

"Apa yang kaubicarakan, Lakhsmi?" Wajah Kumaar mengerut tidak percaya. "Apa kau sedang mabuk?"

Lakhsmi menggeleng kuat sembari mengetatkan kaitan kedua tangannya di atas pangkuan untuk membuatnya tetap kokoh tanpa gemetar. "Aku serius, Kumaar. Kita tidak bisa melanjutkan pertunangan ini. Aku... Aku... Aku telah mencintai pria lain."

Susah payah Lakhsmi menyusun skenario dalam kepalanya sebelum datang ke kafe itu, namun sama sekali tidak berguna ketika ia dihadapkan pada kenyataan.

Wajah Kumaar pias. Ia memandang Lakhsmi, "Apa kau baru saja mengatakan bahwa kau telah menemukan pria lain yang membuatmu tidak lagi mencintaiku?"

"Ya. Kuharap kau mengerti, Kumaar." Lakhsmi segera melepaskan cincin emas putih yang melingkar di jari manisnya. Cincin yang membuat Lakhsmi sering tersenyum di depan kaca meja riasnya yang mungkin mengolok tingkah konyolnya. Namun, masa itu telah berakhir setelah ia terbangun di pagi hari di hotel itu bersama lelaki biadab yang ia bahkan tidak tahu siapa identitasnya.

"Aku kembalikan cincin ini. Maaf, Kumaar. Kuharap kau menemukan cintamu yang sesungguhnya." Lakhsmi mendorong cincin itu di atas permukaan meja hingga berada di hadapan Kumaar. Ia lantas berdiri, "Terima kasih atas segalanya dan selamat tinggal, Kumaar."

Lakhsmi membawa kakinya pergi sesegera mungkin sebelum Kumaar mengetahui bahwa ia menangis sembari berjalan menjauh. Setengah berlari ia menjauhi kafe itu dan pergi ke tempat di mana ia takkan diganggu siapapun serta bebas menangis sepuasnya. Makam ibunya. Lakhsmi melajukan larinya ke tempat penuh keheningan yang berlawanan arah dengan rumahnya.

...----------------...

Berita itu telah tersebar. Kabar pertunangannya yang batal telah menyebar ke seluruh penjuru kota, mengisi tabloid-tabloid gosip yang juga mencatut namanya tanpa foto dirinya. Ia masih bisa bernapas lega, setidaknya mereka tidak akan menyadari bahwa itu dirinya kecuali tentu saja teman-teman di universitasnya yang mengenal keduanya. Lakhsmi pun sempat mengatakan pada Balraj Singh, ayahnya, sepulang ia dari makam ibunya bahwa ia baru memutuskan pertunangannya dengan Kumaar.

Tentu saja ayahnya terkejut mengingat Lakhsmi dulu sangat menggebu-gebu dengan hubungannya bersama Kumaar. Lakhsmi pun mengatakan bahwa ia tak lagi merasakan perasaan yang sama pada pria itu. Meski terdengar sangat egois dan kekanakan, namun ayahnya tidak mendorongnya lagi. Ia hanya menasehati Lakhsmi agar menjadi lebih bijak dan memikirkan setiap langkah yang ia ambil tanpa menyesalinya kemudian.

Nasehat itu bahkan terasa seperti mengejek Lakhsmi yang jelas-jelas tengah membodohi semua orang. Ia hanya bisa menangis dalam hati.

Sayangnya, berita yang Lakhsmi pikir akan berakhir begitu saja malah semakin menjadi-jadi. Ia bisa membaca sebuah headline tabloid yang menyatakan bahwa 'Seorang Khan Akhirnya Lepas Dari Jeratan Gadis Gold Digger!' yang menggantung di lapak pinggir jalan sepanjang arahnya ke universitas. Lakhsmi benar-benar harus menguatkan dirinya sendiri serta mentalnya karena tentu saja, para haters-nya takkan tinggal diam. Seperti Gaurika dan kawan-kawannya yang terdiri dari kumpulan gadis populer dengan background keluarga kaya di belakang mereka.

Mereka mengoloknya habis-habisan bahkan ketika ia tengah menghabiskan makan siangnya di kantin universitas yang mempertemukan seluruh mahasiswa lintas jurusan.

"Dasar gold digger!"

"****** tidak tahu diri!"

"Si miskin yang tidak tahu terima kasih!"

Lakhsmi bisa mendengar rentetan hinaan dari mulut mereka yang tak digubrisnya. Bagi Lakhsmi, mereka hanyalah burung dalam sangkar yang hanya bisa bersiul tanpa mengetahui dunia luar. Dan ia yakin, jika selama tiga tahun pendidikannya ia telah mampu menulikan telinga dari cacian mereka, maka beberapa tahun kedepan pun ia juga masih sanggup melakukannya. Namun, ia tak bisa tetap melakukannya ketika mendapati kenyataan bahwa ayahnya juga ikut terseret dalam pusaran dengki para penggemar gosip di sekitar tempat tinggalnya.

Mendapati bahwa mereka dengan tega melemparkan cacian pada ayahnya, membuat Lakhsmi marah. Ia tidak tahan untuk tidak menumpahkan emosinya pada mereka. Bahkan Lakhsmi yakin jika ayahnya tidak menyeretnya masuk ke dalam rumah walau dengan kaki terpincang, Lakhsmi mungkin akan mencakar wajah para penghinanya dengan kesepuluh jarinya.

Ia menangis di dalam dengan ayahnya yang begitu sabar menenangkannya. Lakhsmi tak tahan lagi, ia akhirnya mengungkapkan apa yang terjadi selama ini.

"Apa?! Mengapa kamu menyembunyikan semuanya sendirian, Lakhsmi?" Raut terkejut sekaligus kecewa di wajah ayahnya membuat Lakhsmi bersimpuh meminta maaf pada pria itu.

Barulah setelah mereka selesai bertangis-tangis, ayahnya meninggalkan Lakhsmi sendirian setelah mengatakan bahwa ia akan pergi sebentar. Nyatanya, pria itu ternyata mendatangi hotel tempat kejadian biadab itu terjadi. Ia mengais-ngais informasi seputar malam kejadian itu namun, pihak hotel tentu saja menolaknya kecuali ayahnya memiliki surat perintah dari kepolisian.

"Kita takkan mendapatkan apapun dari kepolisian kecuali omong kosong yang menguras simpanan kita, Ayah. Tidak. Aku takkan membiarkan Ayah melakukannya." Lakhsmi bersikeras. "Lagipula aku tahu benar pria itu bukan pria sembarangan. Segala hal yang berada di dirinya jelas hanya dimiliki oleh orang-orang kaya di kota ini yang mungkin bisa membuat kita terbunuh tanpa menyisakan jejak."

Lakhsmi mengerjap, ia membendung air matanya yang berlinang sekuat tenaga. "Kita hanya perlu bertahan hingga pendidikanku sebentar lagi selesai, Ayah. Dan kita akan memulai semuanya di tempat lain."

Balraj menangis dan merengkuh putrinya yang juga terisak di dalam pelukannya. Betapa jalan hidup yang mereka miliki sangatlah kejam.

Seandainya Lakhsmi bisa melakukan sesuatu untuk mengubahnya..

...----------------...

Butuh waktu tiga minggu yang berat dan sangat menyiksa setelah kabar busuk itu merebak, hingga Lakhsmi menyadari bahwa ia telah melewatkan jadwal haidnya yang selalu teratur hingga dua minggu lamanya. Ia bahkan sama sekali tidak ingat andai saja ia tidak mendengar Aisyah yang tergopoh masuk ke bilik toilet setelah mendapati tamu bulanannya datang di waktu yang tidak tepat.

Sepulangnya dari restoran, ia mengambil jalan memutar untuk pergi ke apotek. Hatinya waswas bukan main.

Sekalipun ia masih polos, tetapi ia tidak bodoh dengan hubungan antara pria dan wanita. Ia hanya berharap bahwa kekhawatirannya itu akan berakhir baik-baik saja dan keterlambatan tamu bulanannya sebagai efek betapa berat tingkat stres yang ia alami sebab kejadian selama sebulan terakhir.

Sayangnya, harapan hanyalah sekadar harapan semata begitu tanda dua garis biru tercetak di tiga buah alat tes kehamilan yang dibelinya malam itu. Lakhsmi menangis. Ia merasa bahwa masa depannya telah hancur begitu cepat.

...----------------...

Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak kamu, ya ❤❤ Thankyou

Terpopuler

Comments

نورالجنة √🍁 _✍︎

نورالجنة √🍁 _✍︎

Serba salah ya kalau kasus pemerkosaan, mo cerita jelas berat bgt ya, klo dipendem sendiri justru akan lebih berat ngejalani kehidupan. Sungguh kejahatan yg gk bisa dimaafkan

2021-09-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!