menangis

"Sayang Nya saya tidak mau nona, karena saya sudah jatuh cinta dengan perusahaan ini, lokasinya yang strategis membuat saya benar-benar ingin membangun club malam disini". Jawab Aditya seraya menaikan kakinya ke atas meja.

"Pak tolong Jaga sikap anda!!". Bentak Priscilla menatap kaki Aditya yang berada di atas meja.

"Kau mau mengajari ku sekarang?, Ck..ck.. ini sudah menjadi perusahaan ku nona, tapi jika kau ingin mengambilnya kembali aku bisa saja memberikan-nya untuk mu tapi dengan satu syarat". Adijaya menyeringai dengan seyum licik menatap Priscilla.

"Apa syaratnya?!".

"Jadilah istri ke tiga ku, dan kau akan memiliki perusahaan ini kembali". Jawab Adijaya dengan santai .

"Cih.. anda tidak usah bermimpi". Jawab Priscilla kesal seraya melipat tangan di dadanya.

"Kalau begitu segera kosongkan perusahaan ini, karena dua hari lagi aku akan datang kembali dan jika kau tidak mau membersihkan barang-barang mu, terserah saja karena aku juga tidak perduli". Adijaya akhirnya bangkit berdiri hendak pergi dari sana.

"Dasar pria tua bangka brengsek, tidak tahu malu!.. bajingan!!!". Teriak Priscilla dengan frustasi lalu menjatuhkan dirinya di lantai dengan lemas dan mulai menangis lagi .

"Apa aku harus kehilangan perusahaan keluarga ku?, Yang sudah susah payah papa bangun dengan keringatnya sendiri hiks..". Gumam Priscilla Sembari terus menangisi nasibnya.

"Tuhan... Aku tidak siap dengan semua ini, Bagaimana aku harus membicarakan Masalah ini kepada papa nantinya, dan bagaimana kami akan hidup tanpa perusahaan ini... Tuhan tolonglah aku ". batin Priscilla lalu membentur-benturkan keningnya di meja kaca.

Cukup lama Priscilla menangis dan merenungi nasibnya di sana hingga matanya bengkak, suaranya juga sudah mulai serak akibat kelamaan menangis .

Priscilla beranjak dari sana saat kepala-nya mulai pusing dan perutnya sudah berbunyi saking laparnya. Priscillia mencoba merangkak untuk mengambil tasnya, mencari roti yang berada di dalam dan mulai memakan-nya.

Setelah selesai Priscilla buru-buru menghampiri ruang tempat barang-barang branded-nya berada untuk melihat apa yang masih bisa ia bawah pulang.

Saat masuk ke dalam Priscilla kembali di buat kaget saat mendapati barang-barang branded-nya tinggal beberapa buah yang tersedia, itupun barang yang tidak terlalu mahal..

Mungkin bibinya sudah mengambil barang-barang branded itu untuk anaknya, karena bibinya memiliki satu anak gadis yang seumuran dengan Priscilla.

Namanya adalah Angel, dia cukup manja dan boros, orang tuanya juga menperlakukan angel bagaikan ratu kerajaan, karena Angel murupakan anak satu-satunya dari pasangan Adit dan juga Dea (istri Adit, paman Priscilla).

Priscilla kembali berlutut memandangi ruangan yang tampak terlihat sangat sepih dan hanya beberapa barang saja di sana... Priscilla bahkan menagis dengan histeris melihat nasibnya yang sangat buruk...

Kemewahan yang di rasakan-nya selama ini tiba-tiba saja hilang dalam sekejap mata.

apa yang akan ia katakan kepada ayah dan adiknya jika sudah pulang nanti, sementara Edzhar juga tengah membutuhkan uang yang cukup banyak untuk mendaftar profesi sebagai dokter di kampusnya, dan itu memakan uang yang tidak sedikit.

"Nona, bersabar lah ini semua ujian dari Tuhan, nona pasti bisa melewati ini semua percayalah". Kata Amel karyawan Priscilla.

"Amel mengapa harus aku dan keluargaku?, Tahun ini aku sangat membutuhkan uang yang banyak dan bagaimana bisa ini semua terjadi kepada ku?, Apa yang harus aku katakan kepada ayah dan adikku nantinya hiks..." Kata Priscilla dengan nada seraknya.

"Nona percaya lah, Tuhan tidak pernah tidur, dan Tuhan tidak pernah memberikan cobaan yang melebihi batas kemampuan umatnya, mungkin hari ini Tuhan membiarkan nona jatuh agar nona bisa melihat bahwa ada sebongkah berlian di bawah sana". Hibur Amel mencoba menenangkan tangisan Priscilla yang sangat hancur seperti itu.

"Hmm... Amel ini sangat berat untuk ku, lalu aku harus bagaimana sekarang, perusahaan ini sudah bukan milik ku lagi, aku bahkan belum membayar gaji para karyawan dan barang-barang yang harus aku ekspor hari ini sudah tidak ada lagi hiks....".

"Begini saja nona, kita jual saja barang-barang yang masih ada di sini, mungkin Dengan harga yang murah agar cepat laku di pasaran, dengan hasil penjualan itu nona bisa menggaji para karyawan di sini, bagaimana?". Amel memberi solusi.

"Yeah mungkin itu ide yang cukup bagus Amel". Jawab Priscilla Sembari menyeka air matanya dengan kasar.

Dengan cepat Amel memanggil beberapa karyawan yang lainnya untuk membantu menjual barang-barang branded yang masih sisa, dengan harga yang terjangkau agar lebih cepat laku.

Setelah beberapa jam semua produk yang mereka jual sudah habis di beli oleh orang-orang kaya dan tentunya mereka bisa menjualnya kembali dengan harga dua kali lipat dari modal biasanya.

Priscilla mengumpulkan Semua karyawan-nya dan memberikan gaji terakhir untuk Semua karyawan-nya sembari meminta maaf atas sikapnya selama ini dan juga ketidak enakkan hatinya memberhentikan karyawan yang sudah lama bekerja untuk keluarga-nya.

Dengan berat hati para karyawan Priscilla mengambil gaji mereka, ada juga yang menangis karena akan segera meninggalkan perusahaan yang sudah banyak membantu perekonomian mereka selama ini, ada juga yang merasa sangat tidak mau meninggalkan perusahaan itu karena dari perusahaan itu mereka mendapatkan ilmu yang sangat banyak.

"Baiklah untuk semuanya Trimakasih Karena sudah membantu keluarga saya dalam mengelola perusahaan ini... Dan maaf jika selama ini ada kata-kata atau sikap saya yang kurang berkenan di hati kalian semua, mungkin ini kali terakhir kita untuk bertemu, semoga kalian semua bisa mengerti dengan situasi yang terjadi pada saya saat sekarang ini". Kata Priscilla lalu membungkuk hormat di depan karyawan-nya.

"Kami Semua juga berterimakasih kepada nona dan keluarga nona atas semua kebaikan nona terhadap kami semua, yang sudah membantu kami mengatasi perekonomian keluarga kami, kami juga meminta maaf yang sebesar-besarnya apa bila selama kami bekerja banyak hal yang membuat nona kesal". Jawab salah satu karyawan Priscilla, yang tampak terlihat sangat sedih.

"Baiklah mari kita berpisah". Priscilla dengan hati yang berat menjabat tangan para karyawan pria dan memeluk para karyawan wanitanya, Sembari berusaha tersenyum dengan terpaksa.

Setelah itu mereka semua berpisah dan segera pulang ke rumah mereka masing-masing.

Priscilla keluar dari kantornya dan memegangi pintu masuk perusahaan dengan berat hati harus meninggalkan perusahaannya itu, Priscilla menengadah keatas saat masuk ke dalam mobilnya dan memandangi seluruh bangunan perusahaan-nya dengan lekat.

"Apa perusahaan papa akan ratah dengan tanah dalam Minggu depan". Batin Priscillia, hatinya hancur dan remuk, kadar oksigen seakan tertumpuk di dadanya, membuat dia kesulitan bernapas saking tertekannya.

bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!