"Maaf pak, sa.. saya ingin sendiri dulu." Mika meminta bosnya itu untuk memberinya waktu menenangkan diri. Sungguh, Mika sangat malu sekali. Hanya gara gara manekin, malah berakibat seperti ini.
"Tapi Mi, apakah kamu tidak apa apa. Saya sangat khawatir, apa sebaiknya kita kerumah sakit?" tanya Anwar yang masih tak ingin pergi dari hadapan Mika.
"Pak! tolong tinggalkan saya dulu." Pinta Mika dengan suara sedikit keras.
Anwar akhirnya mengalah, dan ia berdiri dari hadapan Mika, "saya akan keluar, jika perlu apa apa kamu jangan sungkan." Pesan Anwar, dan setelahnya ia keluar dari gudang itu meninggalkan Mika yang masih menutup wajahnya dengan tangan.
Setelah mendengar suara pintu ditutup, Mika mulai menurunkan tangannya dari wajah. Lalu ia mendudukkan pantatnya dan meluruskan kakinya, alias selonjoran. Kerena terasa kesemutan.
"Hufft..." Mika menghembuskan nafas lega, ia menarik nafas, lalu membuangnya kemudian diulangi lagi hingga benar benar perasaannya kembali tenang.
Dari arah pintu, terlihat ada yang membuka pintu itu dan Mika langsung menatap kearah sumbernya. "Meisya, syukurlah lu kesini Mei."
Mika terlihat senang karena yang datang adalah sahabatnya, dengan membawa botol minuman dingin yang menyegarkan, kemudian diserahkan pada Mika.
"Nih, minum dulu." Mika menerimanya kemudian langsung dibuka tutupnya dan meneguknya hingga seperempatnya, lalu diletakkan disamping ia duduk. Meisya pun ikut duduk disebelah Mika.
"Gimana perasaan lu, sudah mendingankan." Ucap Meisya dengan tatapan serius, ia sangat mengerti yang dirasakan sahabatnya itu.
"Udah mendingan Mei, gimana didepan. Apa masih rame?" tanya Mika yang masih mementingkan pekerjaannya ketimbang dirinya.
"Aman kok Mi, lu nggak usah khawatir. udah nggak rame, makanya gue langsung nyamperin lu." Meisya kemudian mulai berdiri dan diikuti Mika yang juga menegakkan tubuh.
"Lu udah siap balik lagi kedepan," tanya Mei untuk memastikan bahwa Mika sudah siap.
"Udah kok, yuk.." ajak Mika sambil menarik lengan meisya.
Mereka berdua kemudian keluar untuk kembali bekerja. Mika meneliti tiap tiap ruang, tak menemukan orang yang tadi menyelamatkannya. Lalu Mika mengelus da da nya, 'syukurlah pak bos nggak ada' Mika bergumam lirih dan tersenyum tipis, setipis isi dompet author.
Mika kembali seperti semula, melayani setiap konsumen yang datang dengan ramah. Karena tokonya kembali ramai hingga jelang pergantian shift.
Sementar itu, Anwar sedang mengecek toko cabangnya yang juga terlihat ramai. Ia tersenyum puas dengan usaha yang sudah ia bangun selama ini. Karena rupiah rupiahnya selalu mengalir dengan lancar, tanpa ada kendala.
Kemudian Anwar mendapat telepon dari sepupunya lagi. Mereka berjanji akan bertemu malam nanti, Anwar pun menyetujui ajakan keponakannya itu. Lalu Anwar kembali lagi ke toko pusat sebelum pergantian shift.
Sesampainya disana, Anwar tak langsung turun dari mobil. Ia memperhatikan seseorang didalam sana sedang meyakinkan pembeli dan tak berapa lama, terlihat konsumennya itu keluar dengan membawa banyak paperbag. Anwar tersenyum puas, lalu ia turun dari mobil.
Setelah berada didalam ruangan kerjanya, Anwar mengecek data barang yang sudah diinput dan diurutkan sesuai jenis, Anwar begitu teliti terhadap produk produk tokonya itu.
**
Mika dan Aji sedang menikmati makan malam berdua, karena keduanya belum menginginkan punya momongan. Padahal orang yang sudah menikah ingin cepat cepat memiliki momongan. Ini berbeda dengan Mika dan Aji, mereka memilih menunda dulu. Walaupun dari segi penghasilan sudah memadai, tapi mereka tetap konsisten.
"Bagaimana kerjaan kamu Mi," tanya Aji usai meletakkan sendok dengan posisi ditelungkupkan. Karena kata orang orang, jika sudah selesai makan sendoknya harus ditelungkupkan dan kemudian piringnya disiram sedikit air. Biar rejekinya lancar terus, walaupun itu mitos menurut Author.
"Baik baik aja kok Pa," Mika tak ingin menceritakan kejadian tadi siang yang menimpa dirinya ditempat kerjanya.
"Kapan kamu bisa ambil cuti Mi," tanya Aji tiba tiba.
"Cuti?" Mika malah mengulangi pertanyaan Aji.
"Iya, kita perlu refresing Mi, biar nggak stres."
"Nanti Aku akan usulkan sama pak Anwar soal cuti. Mau kemana setelah Aku dapat jatah cutiku Pa,"
"Kita liburan nggak usah jauh jauh, ambil yang deket aja. Bagaimana kalau ke Padang?" usul Aji.
"Ke Bali aja yuk, Aku pengen liat Bule berjemur."
"Nggak enak disana ah. Terlalu banyak Turis Mi, Aku nggak suka."
"Tapi kan..." belum selesai Mika ngomong sudah di timpali oleh Aji.
"Pokoknya kita ambil wisata di Padang, titik nggak pakai koma." Aji memberi keputusan sepihak.
"Aku nggak mau! kamu pergi aja sendiri kalau kesana." Tegas Mika yang masih kekeh dengan pendiriannya.
"Nggak bisa gitu dong Mi, kan Aku nyuruh kamu ambil cuti buat kita bisa pergi berdua!" Aji pun tetap pada pilihannya.
"Pokoknya Aku nggak akan ikut!" Mika pun malah mengotot.
"Harus ikut!"
"Ngak!!."
Mika meninggalkan meja makan dan masuk kamar dengan membanting pintu.
Brakk!!
Dengan sangat keras pintu itu ditutup, untung kokoh. Jadi nggak takut roboh. Mika meninggalkan Aji yang masih di meja makan dengan piring kotor yang belum diberesin karena perdebatan mereka yang tak penting itu.
Padahalkan bisa ambil jalan tengahnya, tapi ya begitulah. Sama sama keras kepala.
Aji membereskan bekas makan mereka, lalu mencuci peralatan yang kotor tersebut dan menyusunnya. Kemudian ia kekamar.
Buka pintu kamar, dilihatnya istrinya menelungkupkan badan di kasur. Lalu ngambil jaket di lemari dan topi di meja, kunci motor dan hapenya. Nutup pintu lagi dan keluar menggunakan motornya.
Tujuannya menyusul Bagas, pasti dia sedang di Net, dia mau ikut main saja kalau sedang kesal. Dari pada di rumah, malah tambah pusing.
Aji memarkirkan motornya, dilihatnya motor Bagas ada disana. Ia pun masuk dan menemukan Bagas, segera ia menghampiri lalu setelahnya bermain.
…
sementara Mika masih kesal dengan Aji, "huhh, dasar nyebelin! sekarang Aku malah di tinggalin di rumah, dia pergi sendiri!" Mika mengomel sendiri didalam kamarnya.
Meraih hapenya dan menelpon Mei, "Jemput gue di rumah sekarang!" langsung to the point setelah telponnya dijawab. Lalu mematikan sepihak. Yang di ujung sana belum sempet nyahut.
Mika lalu berganti pakaian dan meraih tas kecilnya, lalu ia keluar dari kamar dan mengunci pintu depan. Menunggu Meisya di depan teras sambil mondar mandir.
Lima menit menunggu, yang ditunggu tak kunjung datang. "ih!! mana sih Meisya, lama amat." Mika menghentakkan kakinya uring uringan sendiri, lalu kembali jalan mondar mandir seperti setrikaan nyariin colokannya. Eh!!
"Duh!! cepetan dong Mei, lama banget sih!" Mika masih terus ngedumel kesal dan emosi.
Tiin tiin tiin!!
Suara klakson membuat Mika menoleh keasal suara. Lalu menatap tajam ke pengendaranya.
"Lama amat sih Mei, kayak Keong apa lu bawa motornya!" gerutu Mika,
"Ya elah neng, lu nggak tau apa lu nelpon gue tadi, gue lagi ngapain?" sanggah Mei, seraya melajukan kembali motornya meninggalkan rumah Mika.
"Bodok, gue nggak peduli lu lagi ngapain." Ucap Mika dengan ketus.
"Hmm! gini nih kalo lagi berantem. Selalu gue yang kena imbasnya!" timpal Mei yang malah jadi ikutan sewot karena ulah sahabatnya itu.
"Udah jan banyak bacott Mei, fokus aja sama jalan! Nanti nabrak semut. Gue nggak mau ikut tanggung jawab!"
Haiss!!
Meisya menghembuskan nafas kasarnya melihat kelakuan Mika. Tak lama kemudian sampailah mereka di kostan Meisya. Ia langsung membuka pintu kamarnya dengan kunci miliknya. Baru pintu terbuka sedikit, Mika sudah menyerobot masuk. Meisya hanya menggeleng gelengkan kepalanya.
Mika langsung merebahkan tubuh di kasur sempit milik Mei, karena memang hanya cukup untuk Meisya seorang. Tetapi, badan mereka berdua kecil. Jadi bisa muat berdua walau sempit sempitan.
"Lu udah makan belon Mi," tanya Mei dengan nada santai.
"Udah!" jawab Mika dengan jutek.
"Udahan dong ngambeknya Mi, gue jadi pusing liat lu begitu." Meisya memijit pelipisnya yang terasa pening.
Mika yang menyadari tangan Meisya berada dikeningnya langsung pindah posisi jadi duduk dilantai beralaskan tikar busa motif Kartoon.
"Sorry," ucapnya lirih.
Meisya pun ikut duduk menjadi berhadapan dengan Mika. Lalu ia mulai perlahan lahan mengajak Mika mengobrol.
"Debat apa lagi kalian Mi," tanya Mei dengan nada lembut.
Mika menghembuskan nafas sejenak untuk menormalkan otaknya.
"Gue disuruh ambil cuti sama dia," jawab Mika dengan menahan suaranya agar tak emosi.
"Lalu," tanya Mei lagi.
Mika pun menceritakannya dengan terperinci tanpa ada kurang secuil pun. Setelah bercerita ia merasa tenang. Emosinya pun ikut menghilang.
"Kita nonton aja yuk, gue punya film baru." Usul Mei, lalu ia bangkit mengambil kaset DVD dan menyalakannya.
Mereka menonton dengan ditemani Martabak manis rasa Cokelat kesukaan, Meisya sengaja pesan melalui online. Minumannya teh manis hangat. Yang mereka tonton film horor, sudah biasa dengan genre yang seperti itu. Jadi tidak ada yang teriak teriak diantara mereka berdua.
Mika memutuskan menginap di kost Meisya malam ini. Masih males pulang, belom pengen ketemu muka sama sang suami tampannya.
Pukul 00:00 Aji dan Bagas keluar dari Net bersamaan, lalu menuju parkir kendaraannya.
"Gue ketempat lu ya Gas," ucap Aji sambil memutar stop kontaknya lalu menyalakan mesin.
"Yuk lah!" ajak Bagas. Mereka beriringan menuju rumah bagas. Usai memarkirkan motor, mereka masuk kedalam rumah.
Hanya Bagas sendiri yang tinggal di rumah itu, karena orang tuanya diluar kota mengurus tambak ikannya.
Bagas sudah sangat hafal jika Aji akan menginap di rumahnya, pasti ribut lagi sama bini.
Ia tak menanyakan langsung pada Aji, biarlah nanti dia sendiri yang cerita. Dan benar saja, Aji mulai membuka suara setelah selesai bersih bersih di kamar mandi, lalu menyusul Bagas yang rebahan di sofa.
Setelah berbaring di sofa yang berhadapan dengan Bagas, Aji mulai menuangkan isi kepalanya.
"Gas, gue capek!" keluh Aji sambil menutup matanya dengan lengan tangan sebelah kiri. Tangan sebelah kanannya bersedekap di da da.
Bagas tak menanggapi, namun tetap mendengarkan.
"Apa gue salah ya, kalo gue nyuruh bini buat ambil cuti. Gue pengen liburan ketempat yang gue pengen," menjeda sejenak ucapannya.
Bagas masih tak bergeming, Aji menoleh kearah Bagas yang matanya merem. "Lu dengerin gue kan gas" tanya Aji.
"Iya gue denger kok, ngomong aja" ucap bagas tanpa menoleh.
"Menurut lu, gue harus gimana Gas. Gue bosen berantem mulu."
"Sabar Ji." Hanya kata itu yang diucapkan Bagas.
Hahh!! keluh Aji. Sesaat kemudian ia diam tak melanjutkan ceritanya hingga menit menit berlalu.
Bagas menoleh kearah Aji karena tak lagi bersuara, Bagas bangkit dan mendekati Aji untuk memastikan. Terdengar suara dengkuran halus dari hidungnya.
'Sudah tidur rupanya' gumam Bagas, ia pun kembali ketempatnya semula lalu ikut memejamkan mata.
-
Paginya, Aji dan Mika bertemu saat sama sama baru sampai didepan rumah. Aji bersikap biasa saja, namun beda dengan Mika. Ia malah menampilkan wajah cemberutnya.
Jam berangkat kerja masih ada Satu setengah jam lagi, Meisya yang mengantar Mika memutuskan kembali lagi ke kostnya untuk bersiap siap berangkat kerja.
Didalam rumah, mereka membersihkan diri secara bergantian. Aji mandi duluan baru Mika setelahnya. Aji mencari celana warna Hitamnya yang ingin dipakai, namun tak ketemu. Ia menunggu Mika hingga selesai dengan mandinya.
Masih dengan lilitan handuk melingkar di pinggang Aji, ia berdiri saat Mika keluar dari kamar mandi. "Mi, celana dalem Aku yang warna item mana ya, kok nggak ada ditempat biasa?" tanya Aji sambil memperhatikan istrinya yang sedang mengeringkan rambut dengan handuk kecil.
"Item yang polos apa yang motif," tanya Mika sambil meletakkan handuk kecil ke gantungan. Lalu ia membuka lemari pakaiannya. Aji berjalan mendekat kearah Mika yang sedang mencari pakaian yang dimaksud sang suami.
Aji memepet tubuh Mika, lalu mencium lehernya. Mika tak menolak, tangannya tetap mencari sesuatu itu.
Kembali Aji mendaratkan kecupan di pipi dan telinga sang istri, Mika mulai terangsang dengan yang dilakukan suaminya itu.
Lalu,....
-
-
-
"Ini kan yang kamu cari Pa," ucap Mika sambil memegang benda yang dibutuhkan suaminya. Ia membalik badannya menghadap ke arah Aji.
Dilihatnya mata si suami sudah berkabut menginginkan sesuatu darinya, Mika lalu tersenyum dan mendorong pelan pelan tubuh suaminya menuju keranjang.
Aji tersenyum mendapati sang istri merespon dirinya, kini ia langsung meraih pinggang Mika dan di rapatkan ke tubuhnya, ia mulai mendekatkan wajahnya ke wajah mika. Bibirr mereka bertemu dan kini saling ber... pagutan.
-
-
Setelahnya, terjadilah sesuatu yang seharusnya terjadi.
Aku nggak ingin mendeskripsikan terlalu jauh, karena author takut.... Takut jadi...
Ah sudahlah,
Setengah jam kemudian, mereka mandi bareng. Mengingat jam kerja sisa sedikit lagi. Lalu bergegas memakai pakaian yang biasa digunakan untuk bekerja.
Mika membantu Aji memasangkan dasi di lehernya, kemudian ia berdandan tipis ala dirinya.
Sepertinya memang butuh di servis agar sang istri tak mudah emosian. Buktinya sekarang, wajahnya terlihat berseri seri seperti habis diberikan Gaji bulanan miliknya secara full plus bonusnya.
Ane juga pasti berseri seri kalo di kasih duit loh mas Aji. Bukan cuman istrimu doang, pasti yang baca juga begitu kan. Hayoo ngaku!.
-
Sekarang mereka berangkat bekerja, tak lagi sarapan karena tidak sempat untuk menyiapkannya.
Berhenti diwarung depan gang, beli roti untuk mengganjal perut, lalu kembali melajukan kendaraannya ke tempat Mika bekerja, setelahnya baru Aji menuju ke tempat dirinya bekerja. Untung tidak telat saat sampai pabrik.
Jangan lupa beri dukungannya ya, tap love, like, dan komen. Thankyou bejibun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Sedang Sibuk
Semangat ya panda 🤭
2022-02-07
1
Sedang Sibuk
Author nya masih polos ya 🤭 padahal aku nungguin thor 🤣🤣🤣
2022-02-07
1
Sedang Sibuk
Kita sepemikiran thor 😆😆😆 itu hanya mitos 🤣
2022-02-07
2