Part 4

"Maaf pak, sa.. saya ingin sendiri dulu." Mika meminta bosnya itu untuk memberinya waktu menenangkan diri. Sungguh, Mika sangat malu sekali. Hanya gara gara manekin, malah berakibat seperti ini.

"Tapi Mi, apakah kamu tidak apa apa. Saya sangat khawatir, apa sebaiknya kita kerumah sakit?" tanya Anwar yang masih tak ingin pergi dari hadapan Mika.

"Pak! tolong tinggalkan saya dulu." Pinta Mika dengan suara sedikit keras.

Anwar akhirnya mengalah, dan ia berdiri dari hadapan Mika, "saya akan keluar, jika perlu apa apa kamu jangan sungkan." Pesan Anwar, dan setelahnya ia keluar dari gudang itu meninggalkan Mika yang masih menutup wajahnya dengan tangan.

Setelah mendengar suara pintu ditutup, Mika mulai menurunkan tangannya dari wajah. Lalu ia mendudukkan pantatnya dan meluruskan kakinya, alias selonjoran. Kerena terasa kesemutan.

"Hufft..." Mika menghembuskan nafas lega, ia menarik nafas, lalu membuangnya kemudian diulangi lagi hingga benar benar perasaannya kembali tenang.

Dari arah pintu, terlihat ada yang membuka pintu itu dan Mika langsung menatap kearah sumbernya. "Meisya, syukurlah lu kesini Mei."

Mika terlihat senang karena yang datang adalah sahabatnya, dengan membawa botol minuman dingin yang menyegarkan, kemudian diserahkan pada Mika.

"Nih, minum dulu." Mika menerimanya kemudian langsung dibuka tutupnya dan meneguknya hingga seperempatnya, lalu diletakkan disamping ia duduk. Meisya pun ikut duduk disebelah Mika.

"Gimana perasaan lu, sudah mendingankan." Ucap Meisya dengan tatapan serius, ia sangat mengerti yang dirasakan sahabatnya itu.

"Udah mendingan Mei, gimana didepan. Apa masih rame?" tanya Mika yang masih mementingkan pekerjaannya ketimbang dirinya.

"Aman kok Mi, lu nggak usah khawatir. udah nggak rame, makanya gue langsung nyamperin lu." Meisya kemudian mulai berdiri dan diikuti Mika yang juga menegakkan tubuh.

"Lu udah siap balik lagi kedepan," tanya Mei untuk memastikan bahwa Mika sudah siap.

"Udah kok, yuk.." ajak Mika sambil menarik lengan meisya.

Mereka berdua kemudian keluar untuk kembali bekerja. Mika meneliti tiap tiap ruang, tak menemukan orang yang tadi menyelamatkannya. Lalu Mika mengelus da da nya, 'syukurlah pak bos nggak ada' Mika bergumam lirih dan tersenyum tipis, setipis isi dompet author.

Mika kembali seperti semula, melayani setiap konsumen yang datang dengan ramah. Karena tokonya kembali ramai hingga jelang pergantian shift.

Sementar itu, Anwar sedang mengecek toko cabangnya yang juga terlihat ramai. Ia tersenyum puas dengan usaha yang sudah ia bangun selama ini. Karena rupiah rupiahnya selalu mengalir dengan lancar, tanpa ada kendala.

Kemudian Anwar mendapat telepon dari sepupunya lagi. Mereka berjanji akan bertemu malam nanti, Anwar pun menyetujui ajakan keponakannya itu. Lalu Anwar kembali lagi ke toko pusat sebelum pergantian shift.

Sesampainya disana, Anwar tak langsung turun dari mobil. Ia memperhatikan seseorang didalam sana sedang meyakinkan pembeli dan tak berapa lama, terlihat konsumennya itu keluar dengan membawa banyak paperbag. Anwar tersenyum puas, lalu ia turun dari mobil.

Setelah berada didalam ruangan kerjanya, Anwar mengecek data barang yang sudah diinput dan diurutkan sesuai jenis, Anwar begitu teliti terhadap produk produk tokonya itu.

**

Mika dan Aji sedang menikmati makan malam berdua, karena keduanya belum menginginkan punya momongan. Padahal orang yang sudah menikah ingin cepat cepat memiliki momongan. Ini berbeda dengan Mika dan Aji, mereka memilih menunda dulu. Walaupun dari segi penghasilan sudah memadai, tapi mereka tetap konsisten.

"Bagaimana kerjaan kamu Mi," tanya Aji usai meletakkan sendok dengan posisi ditelungkupkan. Karena kata orang orang, jika sudah selesai makan sendoknya harus ditelungkupkan dan kemudian piringnya disiram sedikit air. Biar rejekinya lancar terus, walaupun itu mitos menurut Author.

"Baik baik aja kok Pa," Mika tak ingin menceritakan kejadian tadi siang yang menimpa dirinya ditempat kerjanya.

"Kapan kamu bisa ambil cuti Mi," tanya Aji tiba tiba.

"Cuti?" Mika malah mengulangi pertanyaan Aji.

"Iya, kita perlu refresing Mi, biar nggak stres."

"Nanti Aku akan usulkan sama pak Anwar soal cuti. Mau kemana setelah Aku dapat jatah cutiku Pa,"

"Kita liburan nggak usah jauh jauh, ambil yang deket aja. Bagaimana kalau ke Padang?" usul Aji.

"Ke Bali aja yuk, Aku pengen liat Bule berjemur."

"Nggak enak disana ah. Terlalu banyak Turis Mi, Aku nggak suka."

"Tapi kan..." belum selesai Mika ngomong sudah di timpali oleh Aji.

"Pokoknya kita ambil wisata di Padang, titik nggak pakai koma." Aji memberi keputusan sepihak.

"Aku nggak mau! kamu pergi aja sendiri kalau kesana." Tegas Mika yang masih kekeh dengan pendiriannya.

"Nggak bisa gitu dong Mi, kan Aku nyuruh kamu ambil cuti buat kita bisa pergi berdua!" Aji pun tetap pada pilihannya.

"Pokoknya Aku nggak akan ikut!" Mika pun malah mengotot.

"Harus ikut!"

"Ngak!!."

Mika meninggalkan meja makan dan masuk kamar dengan membanting pintu.

Brakk!!

Dengan sangat keras pintu itu ditutup, untung kokoh. Jadi nggak takut roboh. Mika meninggalkan Aji yang masih di meja makan dengan piring kotor yang belum diberesin karena perdebatan mereka yang tak penting itu.

Padahalkan bisa ambil jalan tengahnya, tapi ya begitulah. Sama sama keras kepala.

Aji membereskan bekas makan mereka, lalu mencuci peralatan yang kotor tersebut dan menyusunnya. Kemudian ia kekamar.

Buka pintu kamar, dilihatnya istrinya menelungkupkan badan di kasur. Lalu ngambil jaket di lemari dan topi di meja, kunci motor dan hapenya. Nutup pintu lagi dan keluar menggunakan motornya.

Tujuannya menyusul Bagas, pasti dia sedang di Net, dia mau ikut main saja kalau sedang kesal. Dari pada di rumah, malah tambah pusing.

Aji memarkirkan motornya, dilihatnya motor Bagas ada disana. Ia pun masuk dan menemukan Bagas, segera ia menghampiri lalu setelahnya bermain.

sementara Mika masih kesal dengan Aji, "huhh, dasar nyebelin! sekarang Aku malah di tinggalin di rumah, dia pergi sendiri!" Mika mengomel sendiri didalam kamarnya.

Meraih hapenya dan menelpon Mei, "Jemput gue di rumah sekarang!" langsung to the point setelah telponnya dijawab. Lalu mematikan sepihak. Yang di ujung sana belum sempet nyahut.

Mika lalu berganti pakaian dan meraih tas kecilnya, lalu ia keluar dari kamar dan mengunci pintu depan. Menunggu Meisya di depan teras sambil mondar mandir.

Lima menit menunggu, yang ditunggu tak kunjung datang. "ih!! mana sih Meisya, lama amat." Mika menghentakkan kakinya uring uringan sendiri, lalu kembali jalan mondar mandir seperti setrikaan nyariin colokannya. Eh!!

"Duh!! cepetan dong Mei, lama banget sih!" Mika masih terus ngedumel kesal dan emosi.

Tiin tiin tiin!!

Suara klakson membuat Mika menoleh keasal suara. Lalu menatap tajam ke pengendaranya.

"Lama amat sih Mei, kayak Keong apa lu bawa motornya!" gerutu Mika,

"Ya elah neng, lu nggak tau apa lu nelpon gue tadi, gue lagi ngapain?" sanggah Mei, seraya melajukan kembali motornya meninggalkan rumah Mika.

"Bodok, gue nggak peduli lu lagi ngapain." Ucap Mika dengan ketus.

"Hmm! gini nih kalo lagi berantem. Selalu gue yang kena imbasnya!" timpal Mei yang malah jadi ikutan sewot karena ulah sahabatnya itu.

"Udah jan banyak bacott Mei, fokus aja sama jalan! Nanti nabrak semut. Gue nggak mau ikut tanggung jawab!"

Haiss!!

Meisya menghembuskan nafas kasarnya melihat kelakuan Mika. Tak lama kemudian sampailah mereka di kostan Meisya. Ia langsung membuka pintu kamarnya dengan kunci miliknya. Baru pintu terbuka sedikit, Mika sudah menyerobot masuk. Meisya hanya menggeleng gelengkan kepalanya.

Mika langsung merebahkan tubuh di kasur sempit milik Mei, karena memang hanya cukup untuk Meisya seorang. Tetapi, badan mereka berdua kecil. Jadi bisa muat berdua walau sempit sempitan.

"Lu udah makan belon Mi," tanya Mei dengan nada santai.

"Udah!" jawab Mika dengan jutek.

"Udahan dong ngambeknya Mi, gue jadi pusing liat lu begitu." Meisya memijit pelipisnya yang terasa pening.

Mika yang menyadari tangan Meisya berada dikeningnya langsung pindah posisi jadi duduk dilantai beralaskan tikar busa motif Kartoon.

"Sorry," ucapnya lirih.

Meisya pun ikut duduk menjadi berhadapan dengan Mika. Lalu ia mulai perlahan lahan mengajak Mika mengobrol.

"Debat apa lagi kalian Mi," tanya Mei dengan nada lembut.

Mika menghembuskan nafas sejenak untuk menormalkan otaknya.

"Gue disuruh ambil cuti sama dia," jawab Mika dengan menahan suaranya agar tak emosi.

"Lalu," tanya Mei lagi.

Mika pun menceritakannya dengan terperinci tanpa ada kurang secuil pun. Setelah bercerita ia merasa tenang. Emosinya pun ikut menghilang.

"Kita nonton aja yuk, gue punya film baru." Usul Mei, lalu ia bangkit mengambil kaset DVD dan menyalakannya.

Mereka menonton dengan ditemani Martabak manis rasa Cokelat kesukaan, Meisya sengaja pesan melalui online. Minumannya teh manis hangat. Yang mereka tonton film horor, sudah biasa dengan genre yang seperti itu. Jadi tidak ada yang teriak teriak diantara mereka berdua.

Mika memutuskan menginap di kost Meisya malam ini. Masih males pulang, belom pengen ketemu muka sama sang suami tampannya.

Pukul 00:00 Aji dan Bagas keluar dari Net bersamaan, lalu menuju parkir kendaraannya.

"Gue ketempat lu ya Gas," ucap Aji sambil memutar stop kontaknya lalu menyalakan mesin.

"Yuk lah!" ajak Bagas. Mereka beriringan menuju rumah bagas. Usai memarkirkan motor, mereka masuk kedalam rumah.

Hanya Bagas sendiri yang tinggal di rumah itu, karena orang tuanya diluar kota mengurus tambak ikannya.

Bagas sudah sangat hafal jika Aji akan menginap di rumahnya, pasti ribut lagi sama bini.

Ia tak menanyakan langsung pada Aji, biarlah nanti dia sendiri yang cerita. Dan benar saja, Aji mulai membuka suara setelah selesai bersih bersih di kamar mandi, lalu menyusul Bagas yang rebahan di sofa.

Setelah berbaring di sofa yang berhadapan dengan Bagas, Aji mulai menuangkan isi kepalanya.

"Gas, gue capek!" keluh Aji sambil menutup matanya dengan lengan tangan sebelah kiri. Tangan sebelah kanannya bersedekap di da da.

Bagas tak menanggapi, namun tetap mendengarkan.

"Apa gue salah ya, kalo gue nyuruh bini buat ambil cuti. Gue pengen liburan ketempat yang gue pengen," menjeda sejenak ucapannya.

Bagas masih tak bergeming, Aji menoleh kearah Bagas yang matanya merem. "Lu dengerin gue kan gas" tanya Aji.

"Iya gue denger kok, ngomong aja" ucap bagas tanpa menoleh.

"Menurut lu, gue harus gimana Gas. Gue bosen berantem mulu."

"Sabar Ji." Hanya kata itu yang diucapkan Bagas.

Hahh!! keluh Aji. Sesaat kemudian ia diam tak melanjutkan ceritanya hingga menit menit berlalu.

Bagas menoleh kearah Aji karena tak lagi bersuara, Bagas bangkit dan mendekati Aji untuk memastikan. Terdengar suara dengkuran halus dari hidungnya.

'Sudah tidur rupanya' gumam Bagas, ia pun kembali ketempatnya semula lalu ikut memejamkan mata.

-

Paginya, Aji dan Mika bertemu saat sama sama baru sampai didepan rumah. Aji bersikap biasa saja, namun beda dengan Mika. Ia malah menampilkan wajah cemberutnya.

Jam berangkat kerja masih ada Satu setengah jam lagi, Meisya yang mengantar Mika memutuskan kembali lagi ke kostnya untuk bersiap siap berangkat kerja.

Didalam rumah, mereka membersihkan diri secara bergantian. Aji mandi duluan baru Mika setelahnya. Aji mencari celana warna Hitamnya yang ingin dipakai, namun tak ketemu. Ia menunggu Mika hingga selesai dengan mandinya.

Masih dengan lilitan handuk melingkar di pinggang Aji, ia berdiri saat Mika keluar dari kamar mandi. "Mi, celana dalem Aku yang warna item mana ya, kok nggak ada ditempat biasa?" tanya Aji sambil memperhatikan istrinya yang sedang mengeringkan rambut dengan handuk kecil.

"Item yang polos apa yang motif," tanya Mika sambil meletakkan handuk kecil ke gantungan. Lalu ia membuka lemari pakaiannya. Aji berjalan mendekat kearah Mika yang sedang mencari pakaian yang dimaksud sang suami.

Aji memepet tubuh Mika, lalu mencium lehernya. Mika tak menolak, tangannya tetap mencari sesuatu itu.

Kembali Aji mendaratkan kecupan di pipi dan telinga sang istri, Mika mulai terangsang dengan yang dilakukan suaminya itu.

Lalu,....

-

-

-

"Ini kan yang kamu cari Pa," ucap Mika sambil memegang benda yang dibutuhkan suaminya. Ia membalik badannya menghadap ke arah Aji.

Dilihatnya mata si suami sudah berkabut menginginkan sesuatu darinya, Mika lalu tersenyum dan mendorong pelan pelan tubuh suaminya menuju keranjang.

Aji tersenyum mendapati sang istri merespon dirinya, kini ia langsung meraih pinggang Mika dan di rapatkan ke tubuhnya, ia mulai mendekatkan wajahnya ke wajah mika. Bibirr mereka bertemu dan kini saling ber... pagutan.

-

-

Setelahnya, terjadilah sesuatu yang seharusnya terjadi.

Aku nggak ingin mendeskripsikan terlalu jauh, karena author takut.... Takut jadi...

Ah sudahlah,

Setengah jam kemudian, mereka mandi bareng. Mengingat jam kerja sisa sedikit lagi. Lalu bergegas memakai pakaian yang biasa digunakan untuk bekerja.

Mika membantu Aji memasangkan dasi di lehernya, kemudian ia berdandan tipis ala dirinya.

Sepertinya memang butuh di servis agar sang istri tak mudah emosian. Buktinya sekarang, wajahnya terlihat berseri seri seperti habis diberikan Gaji bulanan miliknya secara full plus bonusnya.

Ane juga pasti berseri seri kalo di kasih duit loh mas Aji. Bukan cuman istrimu doang, pasti yang baca juga begitu kan. Hayoo ngaku!.

-

Sekarang mereka berangkat bekerja, tak lagi sarapan karena tidak sempat untuk menyiapkannya.

Berhenti diwarung depan gang, beli roti untuk mengganjal perut, lalu kembali melajukan kendaraannya ke tempat Mika bekerja, setelahnya baru Aji menuju ke tempat dirinya bekerja. Untung tidak telat saat sampai pabrik.

Jangan lupa beri dukungannya ya, tap love, like, dan komen. Thankyou bejibun.

Terpopuler

Comments

Sedang Sibuk

Sedang Sibuk

Semangat ya panda 🤭

2022-02-07

1

Sedang Sibuk

Sedang Sibuk

Author nya masih polos ya 🤭 padahal aku nungguin thor 🤣🤣🤣

2022-02-07

1

Sedang Sibuk

Sedang Sibuk

Kita sepemikiran thor 😆😆😆 itu hanya mitos 🤣

2022-02-07

2

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Part 1
3 Part 2
4 Part 3
5 Part 4
6 Part 5
7 Part 6
8 Part 7
9 Part 8
10 Part 9
11 Part 10
12 Part 11
13 Part 12
14 Part 13
15 Part 14
16 Part 15
17 Part 16
18 Part 17
19 Part 18
20 Part 19
21 Part 20
22 Part 21
23 Part 22
24 Part 23
25 Part 24
26 Part 25
27 Part 26
28 Part 27
29 Part 28
30 Part 29
31 Part 30
32 Part 31
33 Part 32
34 Part 33
35 Part 34
36 Part 35
37 Part 36
38 Part 37
39 Part 38
40 39
41 Part 40
42 Part 41
43 Part 42
44 Part 43
45 Part 44
46 Part 45
47 Part 46
48 Part 47
49 Part 48
50 Part 49
51 Part 50
52 Part 51
53 Part 52
54 Part 53
55 Part 54
56 Part 55
57 Part 56
58 Part 57
59 Part 58
60 Part 59
61 Part 60
62 Part 61
63 Part 62
64 Part 63
65 Part 64
66 Part 65
67 Bab 66
68 Bab 67
69 Bab 68
70 Bab 69
71 Bab 70
72 Bab 72
73 bab 72 *
74 Bab 73
75 Bab 74
76 Bab 75
77 Bab 76
78 Bab 77
79 Bab 78
80 Bab 79
81 Bab 80
82 Bab 81
83 Bab 82
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
94 Bab 93
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 127
Episodes

Updated 127 Episodes

1
Prolog
2
Part 1
3
Part 2
4
Part 3
5
Part 4
6
Part 5
7
Part 6
8
Part 7
9
Part 8
10
Part 9
11
Part 10
12
Part 11
13
Part 12
14
Part 13
15
Part 14
16
Part 15
17
Part 16
18
Part 17
19
Part 18
20
Part 19
21
Part 20
22
Part 21
23
Part 22
24
Part 23
25
Part 24
26
Part 25
27
Part 26
28
Part 27
29
Part 28
30
Part 29
31
Part 30
32
Part 31
33
Part 32
34
Part 33
35
Part 34
36
Part 35
37
Part 36
38
Part 37
39
Part 38
40
39
41
Part 40
42
Part 41
43
Part 42
44
Part 43
45
Part 44
46
Part 45
47
Part 46
48
Part 47
49
Part 48
50
Part 49
51
Part 50
52
Part 51
53
Part 52
54
Part 53
55
Part 54
56
Part 55
57
Part 56
58
Part 57
59
Part 58
60
Part 59
61
Part 60
62
Part 61
63
Part 62
64
Part 63
65
Part 64
66
Part 65
67
Bab 66
68
Bab 67
69
Bab 68
70
Bab 69
71
Bab 70
72
Bab 72
73
bab 72 *
74
Bab 73
75
Bab 74
76
Bab 75
77
Bab 76
78
Bab 77
79
Bab 78
80
Bab 79
81
Bab 80
82
Bab 81
83
Bab 82
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92
94
Bab 93
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
127

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!