Motor Meisya memasuki halaman rumah Mika, kemudian Mika turun dari boncengan setelah motornya berhenti.
"Thank Mei, mampir dulu yuk," ajak Mika sambil merogoh kunci rumahnya dari dalam tas.
"Gue langsung Mi. Dahh." Pamit Mei, kemudian melajukan motornya meninggalkan Mika sendirian.
Mika langsung membuka kunci pintu dan masuk kedalam rumah. Ketika hendak menutup pintu, Mika melihat mobil hitam yang sangat ia kenal berhenti di seberang jalan rumahnya.
"Itu kan pak Anwar, mau ngapain ya? apa ada yang mau di sampaikan." Mika bergumam.
Saat menyadari bahwa yang sedang di tatapnya hilang, Mika langsung menutup pintu rumahnya dan mengunci rapat. Saat berada didalam kamar. Mika kembali berfikir tentang keberadaan Anwar yang mengawasi dirinya tadi. Mika hendak menelpon nomor Anwar, namun telah keduluan oleh orang tersebut.
"Halo pak," sapa Mika dengan sopan.
"Halo Mi, maaf mengganggu waktumu," ucap Anwar.
"Ia, ada apa ya pak?" mika bertanya penasaran.
"Ah, tidak ada. Apa suami mu belum pulang," Anwar mengalihkan topik pembicaraan.
"Belum pak, ada apa pak? apa ada yang ingin bapak sampaikan." Mika masih penasaran.
"Ah, tidak Mi. Ya sudah saya tutup telponnya," Anwar mematikan telponnya.
Sementara Mika masih bingung. Ia akhirnya memutuskan membersihkan diri ke kamar mandi.
Anwar memasuki Kafe dan memesan minuman. Setelah minuman datang, ia langsung menyedotnya hingga tandas.
"Ahh. Kenapa Aku bertindak bodoh begini." Anwar memaki dirinya sendiri. Ia yang tak paham dengan tingkahnya yang tadi dilakukan, merasa kacau. Anwar meremas rambutnya pelan. Saat kepalanya ia palingkan ke kiri, disana ia melihat orang yang sangat dikenalnya. Orang itu terlihat sedang serius membahas sesuatu dengan rekannya, dan beberapa saat setelahnya mereka saling berjabat tangan dan meninggalkan orang yang di kenalnya kembali duduk.
Anwar terus mengamati Dua orang yang tersisa tersebut, tanpa mengalihkan pandangan. Walau tak dapat didengar apa yang mereka bicarakan. Anwar yakin, mereka sangat dekat.
Hari yang mulai gelap. Membuat Dua orang di sebelah kirinya yang berjarak beberapa meter itu pergi meninggalkan Kafe. Selama ini Anwar sering sibuk dengan urusan diluar kota, membuat ia jarang bertemu dengan orang yang beberapa saat berada di dekatnya. Dan Anwar memutuskan untuk kembali pulang kerumah.
**
"Terimakasih ya Ji, sudah mau repot repot mengantar saya pulang." Ucap Vivi sambil menampilkan senyum terbaiknya.
"Tidak masalah Vi, kalau begitu saya pamit pulang. Hari sudah gelap, pasti Mika sudah menunggu." Jawab Aji dan hendak kembali melajukan motornya. Namun dengan cepat Vivi memegang tangan Aji. Aji yang sadar tangannya di pegang, langsung mengarahkan pandangan matanya ke tangan Vivi yang sedang menggenggam lengannya.
"Ada apa?" tanya Aji dengan ekspresi bingung. Dan yang ditanya pun langsung gugup.
"Ah, maaf Ji. Tidak apa apa, terimakasih.. Kamu hati hati pulangnya." Vivi langsung melepas genggaman tangannya pada lengan Aji.
Aji pun kemudian pergi meninggalkan Vivi. Selama di perjalanan Aji merasa bingung dengan sikap Vivi barusan yang menurutnya tak seperti biasa. Hingga ia sampai di rumahnya.
Mika yang mendengar suara suaminya pulang langsung membukakan pintu dan membantu Aji membuka jaket. Lalu membuatkan teh hangat dan di suguhkan di hadapan Aji duduk.
"Lama sekali rapatnya Pa," tanya Mika sambil memperhatikan wajah suaminya itu.
"Ia Mi, pabrik sedang menjalin kerja sama baru dengan orang yang sangat terkenal. Jadi banyak yang harus di paparkan untuk meyakinkan mereka." Jawab aji sambil menyeruput tehnya.
"Oh ya sudah kalau begitu, mau langsung mandi? atau mau Aku siapkan makan malam,"
"Aku mau langsung mandi, tadi sudah makan diluar." Aji bangkit dari duduknya dan menuju ke kamarnya.
Mika yang sengaja menunggu Aji pulang untuk makan bersama, terpaksa ia makan sendiri. Karena memang sudah sangat lapar.
"Coba kasih kabar kek kalo makan diluar, biar Aku nggak perlu capek capek masak!" gerutu Mika sambil membanting sendok di piringnya yang sudah kosong. Dan ia segera membereskan semuanya.
Mika masuk ke kamarnya dan mendapati Aji susah terlelap. "Hahh, malah di tinggal tidur duluan. Dasar nih orang." Kembali Mika mengomel dengan kesal. "Kayak dia aja yang capek kerja, gue juga kali" umpat Mika dalam hati.
Setelahnya Mika menyusul ke alam tidur, karena tubuhnya pun juga merasakan lelah seharian bekerja.
…
Vivi yang sejak awal menyukai Aji, perlahan lahan ingin menunjukkan sikapnya. Namun tidak terlalu buru buru. Selama ini ia berusaha sebaik mungkin untuk bersikap biasa saja di manapun mereka berada di saat bersamaan.
"Aku ingin menjadi milikmu Ji, kenapa dulu kau tidak pernah memandang kebaikanku. Tapi tak apa, Aku akan berusaha pelan pelan." Vivi menyeringai dengan senyum jahat.
Dulu, Vivi yang merekomendasikan Aji dan Bagas untuk bekerja di Pabrik Kopi. Pabrik tersebut merupakan warisan turun temurun dari keluarga Vivi yang sekarang ia perjuangkan untuk terus maju.
Semua berkat kerja kerasnya selama ini. Dan Vivi mulai menyusun rencana agar dapat meraih keinginannya tersebut.
Aji terbangun dari tidurnya saat tengah malam, ia merasakan tenggorokannya sangat kering. Ia mengamati meja nakas, namun tak ada air disana. Ia pun bangkit dari tempat tidur menuju lemari pendingin. Meraih botol air minum dingin itu, lalu menenggaknya hingga tersisa separuh. Mengambil Snack sebungkus dan membawanya ke ruang Tv.
Duduk sambil menikmati kunyahannya, namun fikirannya berkelana mengelilingi tali jemuran.Eh!
Meraih kembali botol minum yang sisa separuh itu dan menenggaknya hingga habis. Dan melemparkannya ke tong sampah bersama bungkus Snack tadi.
Aji balik lagi masuk ke kamar dan masuk kedalam selimut yang sama dengan Mika. Tangannya mulai bergerilya di area tubuh istrinya yang sedang nyenyak tidur dan mungkin sedang bermimpi sangat indah. Karena terlihat dari bibirnya sedang menyunggingkan sebuah senyuman tipis yang sangat manis.
Aji menyentuh benda empuk dan kenyil kenyil kayak kue Cenil itu dan di remes pelan. Karena Mika sedang tidur, takut membangunkan istrinya itu. Padahal kan kalo pengen tinggal di bangunkan aja. Toh dia Wajib jika sang empu menginginkannya.
Tapi, itu tak ia lakukan. Aji hanya ingin merasakan hangatnya benda yang kenyil kenyil itu agar dapat kembali tertidur. Namun malas sesuatu yang lain yang terbangun. Posisinya berada di bawah sana. 'Ah, si Panjul kenapa pake bangun sih.' Aji merabaa benda miliknya yang sudah terasa keras. Ia mengelusnya dengan pelan pelan agar si Panjulnya dapa tertidur. Bagaimana bisa si Panjul tidur, la wong tangan kirinya ngremess ngremess cenil di dalam sana. Sementara tangan kanannya mengelus elus si Panjul. Aji hanya tersenyum dengan yang ia lakukan. 'Dasar ya kamu, tangan yang nakal' ucap Aji dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Alitha Fransisca
Semangat Panda Maiden
2022-03-14
1
Siapa Aku?
semgt kk udah ak favoritkan
2022-02-04
2
Nonny
dh ak masuk rak
biar g ketinggln up
2022-01-20
2