AARRGGHH, SETAN!

Menempuh perjalanan yang begitu panjang, akhirnya para anggota Geng PLETAK tiba di salah satu pedesaan yang tampak begitu sunyi. Saat itu mereka tiba pada malam hari. Desa yang tampak begitu sunyi dan gelap itu membuat Jodi yang sedang melihat peta untuk menuju ke villa tampak kebingungan.

"Eh, jalan yang mana ya? Gue bingung!" Gumam Jodi sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Hah! Kenapa lo gak tau sih?" Ujar Ari kesal sambil menyetir mobil.

"Coba perhatikan petanya lagi!" Sahut Pinka.

"Sebentar! Gue mau lihat petanya dulu." Kata Jodi sibuk memperhatikan peta yang ada di tangannya.

Novia yang duduk di samping Pinka tampak celingak-celinguk memperhatikan suasana desa itu.

"Eeemm, kenapa nih desa gelap banget sih?" Gumam Novia.

"Eh, benar juga! Desa ini gelap gulita. Apa gak ada listrik disini?" Kata Pinka ikut celingak-celinguk melihat sekitaran desa itu.

"Ada! Kata mama gue disini ada listrik yang dihasilkan dari tenaga air terjun." Sahut Jodi.

"Maksud lo air terjun itu bisa jadi listrik?" Tanya Gading yang super duper IQ jongkok.

"Bukan dari air terjunnya itu, tapi dari kincir air yang berputar karena derasnya pergerakan air terjun! Kincir air yang bergerak itu akan menghasilkan daya listrik untuk pedesaan ini." Sahut Pinka ngegas pada Gading.

Gading dan Novia yang sama-sama tidak pintar dalam ilmu pendidikan apapun, hanya melongo melihat Pinka menjelaskannya.

"Apa lihat-lihat?" Teriak Pinka kembali ngegas dengan judesnya.

"Tau ah! Bodo amat." Seru Gading dan Novia tidak perduli pada apa yang dijelaskan oleh Pinka sangking bodohnya.

"Huh, dasar!" Gerutu Pinka sewot.

Jodi memperhatikan wajah Pinka yang penuh emosi.

"Hah! Apakah wanita judes ini akan jadi istri gue nanti? Jika benar terjadi, gue pasti mati berdiri setiap kali dibentaknya." Gumam Jodi dalam hatinya menatap Pinka yang akan dijodohkan padanya.

Lama Jodi mencari petunjuk jalan, akhirnya mereka pun tiba di villa yang tampak menyeramkan ketika malam. Ditambah lagi saat itu keadaan di desa tersebut sedang ada pemadaman listrik. Hal itu diakibatkan kincir air yang berfungsi menghasilkan tenaga listrik sedang dalam masa perbaikan.

Mobil pun berhenti tepan di depan pintu gerbang masuk utama villa. Semua anggota Geng PLETAK menatap pada sebuah villa besar yang tampak begitu menyeramkan.

"Apa ini benar villanya?" Tanya Ari pada Jodi.

"Iyalah! Di desa ini hanya ada satu villa, punya keluarga gue." Sahut Jodi menyombongkan diri.

"Seram banget!" Ucap Novia gemetar ketakutan.

"Iya!" Sahut Pinka.

"Ayo turun!" Ajak Jodi pada semua sahabatnya itu.

Anggota Geng PLETAK pun turun dari mobil dan hendak menghampiri pintu gerbang villa tersebut. Gading yang saat itu sedang memegang lampu senter berjalan sambil mendekati Pinka dan Novia yang sedang ketakutan. Gading mencolek pundak Novia dari belakang. Lantas Novia pun menoleh.

"Wwwooaaaahhh!" Gading menirukan suara yang begitu menyeramkan seraya menghadapkan lampu senter yang dipegangnya pada wajahnya sehingga Novia dan Pinka mencelat.

"Aaaarrggghhh!" Pekik Novia dan Pinka mencelat ketakutan.

"Hahahaha! Begitu saja takut." Kata Gading terkekeh jahat.

"Beraninya lo nakutin gue!" Teriak Pinka dengan kepalan tangannya menghadap pada Gading.

"Hehehe, ampun dokter!" Ucap Gading berancang-ancang untuk menghindar dari amukan Pinka.

Ppppllllaaakkkk.....

Bbbbruuukkk.....

Pinka menangkap kerah baju Gading yang hendak lari darinya. Pinka segera mendaratkan kepalan tangannya terhadap Gading yang baru saja menakuti mereka dengan lampu senter itu.

"Aduh!" Pekik Gading merasakan nikmatnya di hajar Pinka.

"Rasakan!" Ujar Pinka begitu gemas pada Gading yang selalu berbuat jahil pada anggota Geng PLETAK.

"Hei, sudahlah! Kalian berdua ini selalu saja ribut." Kata Ari pada Gading dan juga Pinka.

"Huh! Lo juga sering bertengkar sama Gading." Gerutu Pinka tak mau kalah.

"Iya! Lo kan juga sering cari masalah sama gue." Sahut Gading ikut menimpali perkataan Pinka dan menyudutkan Ari.

"Hei, kenapa kalian bedua malah nyalahin gue?" Teriak Ari tak senang disudutkan.

"Ari! Lo juga sama kayak Gading sering menjahili kami para wanita cantik dan tersohor hingga sejagat raya! Hahaha." Sahut Novia dengan bangganya menjadi cantik.

"Hah! Satu lagi wanita halu." Gerutu Ari menatap Novia yang masih tertawa girang.

Keempat sahabatnya sedang bersitegang, sementara Jodi masih menatap ke dalam lingkungan villa milik keluarganya itu.

"Kemana penjaganya sih?" Gumam Jodi celingak-celinguk mencari penjaga villa tersebut.

"Pak! Mas! Kang! Bang! Uda!" Panggil Jodi sambil mencari-cari penjaga villa tersebut. Semua panggilan untuk orang lebih tua darinya sudah ia sebutkan, namun tidak ada satupun yang menyahut. Saat itu Jodi hanya mendengar teriakan demi teriakan keempat sahabatnya yang saling menghujat satu sama lain.

"Hei, kenapa kalian jadi ribut semuanya, anying?" Teriak Jodi kesal pada keempat sahabatnya itu.

"Dia yang mulai!" Seru keempat sahabatnya saling menunjuk satu sama lainnya.

"Aduh! Otakku terasa kebas karena mereka." Gumam Jodi seraya memijat-mijat kepalanya.

Saat keempat sahabatnya itu sudah tenang, Jodi kembali menatap pada lingkungan villa itu. Keempat sahabatnya pun melakukan hal yang sama denganya. Mereka berdiri di depan pintu pagar dan celingak-celinguk mencari penjaga villa dalam keadaan yang gelap gulita.

Jodi dan yang lainnya pun terus memanggil penjaga villa agar membukakan pintu untuk mereka. Lelah memanggil, anggota Geng PLETAK pun diam sejenak. Namun tiba-tiba mereka mendengar suara langkah kaki seseorang yang terdengar begitu berat. Anggota Geng PLETAK pun fokus pada suara langkah kaki tersebut.

"Kalian siapa?" Tanya seorang pria berwajah sangat menyeramkan takkala lampu senter yang di pegang Gading menyorot padanya. Sontak saja hal itu membuat semua anggota Geng PLETAK berhamburan kemana-mana sangking kagetnya.

"Aaaarrggggghhh! Ayam......eh, setan!" Teriak Gading yang pertama kali melihat wajah pria yang menyeramkan itu.

"Aaaaarrrrgggghhhh! Seeettaaannn!" Teriak yang lainnya.

Anggota Geng PLETAK pun berhamburan berlari masuk ke dalam mobil. Ari, Jodi, Pinka serta Novia masuk dan gemetar ketakutan di dalam mobil.

"Eh, dimana Gading?" Tanya Ari yang tak melihat Gading masuk ke dalam mobil bersama mereka.

Novia melirik pada pintu gerbang itu lagi dan melihat Gading tergeletak pingsan di tanah.

"Itu Gading! Dia pingsan!" Pekik Novia.

"Hah!" Seru Ari, Jodi dan Pinka menoleh pada apa yang dilihat Novia.

Mereka pun kembali keluar dari mobil dan mendekati Gading yang tak sadarkan diri karena kaget melihat apa yang ia sorot dengan lampu senternya tadi.

"Gading! Gading!" Panggil Jodi sambil menampar wajah Gading beberapa kali.

Pllaakk...

Plllaakk...

Pllaakkk...

Jodi terus menampar pipi Gading untuk membangunkannya.

"Gading, sadarlah!" Kata Jodi terus menampar pipi Gading.

"Pelan dikit namparnya, woii! Sakit, anying!" Umpat Gading kesal karena pipinya memerah karena terus di tampar Jodi untuk membangunkannya.

"Hah! Akhirnya lo sadar juga." Kata Ari.

"Siapa yang pingsan?" Tanya Gading.

"Lo!" Seru keempat sahabatnya.

"Cih, gue kagak pingsan! Gue cuma pura-pura pingsan aja biar sosok gundoruwo itu gak ngejar gue!" Sahut Gading yang ternyata hanya pura-pura pingsan.

"Woi, siapa yang kalian bilang gundoruwo?" Tanya seorang pria yang sedari tadi masih berdiri dari dalam pintu gerbang villa.

Anggota Geng PLETAK pun melirik padanya lagi.

"Gundoruwo!" Teriak Geng PLETAK lagi kaget melihat pria itu.

"Hah! Ngenes amat punya wajah jelek sepertiku. Dimana-mana selalu saja dihujat orang. Nasib...nasib!" Ucap Pria itu yang ternyata adalah penjaga villa bernama Urip. Semua orang yang ada di desa itu biasa memanggilnya Mang Urip, si jomblo akut sampai almarhum.

Mang Urip masih menatap pada bocah-bocah kaya dari kota itu yang terus berhamburan karena melihat parasnya yang aduhai. Matanya belok, kulitnya hitam, hidungnya pesek lebar, dan bibirnya tebal.

"Woi, bocah! Aku ini penjaga villa, bukan gundoruwo! Sembarangan aja kalau bicara." Ujar Mang Urip kesal pada Geng PLETAK.

Geng PLETAK yang tadinya berhamburan karena ketakutan, langsung berhenti dan terdiam menatapnya.

"Bismillahirrohmanirrahim! Dengan siapa saya bicara ini? Apa kamu dari keturunan jin kafir?" Tanya Gading yang masih tak percaya pada Mang Urip kalau dirinya bukan setan.

"Sembarangan saja kalau bicara! Aku ini manusia!" Teriak Mang Urip emosi.

Saat itu tiba-tiba saja listrik di desa itu menyala dan tampaklah wajah Mang Urip sesungguhnya.

"Eh, bussseettt! Apaan tuh?" Ucap Gading kaget melihat wajah Mang Urip yang aduhai.

"Bibir!" Bisik Ari pada Gading sambil melirik pada bibir Mang Urip yang tebal.

Jodi berpikir sejenak mengingat masa kecilnya yang pernah bertemu dengan Mang Urip yang saat itu masih muda belia namun sudah menjadi penjaga di villanya.

"Mang Urip, ya?" Tanya Jodi pada penjaga villa itu.

"Iya, tuan!" Sahut Mang Urip.

"Hah! Aku jadi spot jantung melihat Mang Urip tadi." Kata Jodi.

"Bos bule, ya?" Tanya Mang Urip yang sering memanggil Jodi tuan bule karena parasnya yang memang berwajah kebule-bulean.

"Iya, Mang!" Sahut Jodi.

"Ayo masuk, bos!" Kata Mang Urip cepat-cepat membuka pintu gerbang villa tersebut.

Akhirnya mereka pun masuk ke dalam villa tersebut.

Terpopuler

Comments

the block of minecraft

the block of minecraft

🤣🤣🤣🤣🤣....parah

2020-12-25

1

kookv

kookv

ngakak abis di part ini

2020-10-22

1

Bella Safitri

Bella Safitri

anjy seru batt ini

2020-10-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!