"Pagi, Kak Re, Kak Kevin", sapa Kia yang turun menuju meja makan.
"Pagi, sayang", Re memberikan morning kiss pada adik nya.
"Pagi, sayang", begitu juga Kevin.
"Ayo, duduklah. Kita sarapan dulu"
Kia menarik kursinya, dia mengambil piring yang ada dihadapan Reagan dan mengisinya dengan beberapa centong nasi dan lauknya. Lalu beralih kepada piring Kevin. Barulah dia mengisi piringnya. Sebagai adik bungsu dia dan satu-satunya perempuan dalam keluarga dia memiliki adap dan sopan santun yang baik terhadap kedua kakaknya.
"Bagaimana persiapan ujianmu hari ini, sayang" tanya Kevin.
"Kia, sudah maximal belajar. Tinggal tunggu hasilnya nanti bulan depan. Hari ini hari terakhir, Kak"
"Semoga berhasil ya, Dek. Jangan lupa berdoa sebelum menjawab soalnya. Kak Re juga bantu doa dari sini, semoga kamu diberi kemudahan dan kelancaran dalam ujiannya"
"Aamiin ... ",sahut Kevin dan Kia bersamaan.
Kia berpamitan kepada kedua kakaknya setelah melahap habis sarapannya. Meminta restu dari kedua laki-laki kesayangannya itu. Lalu bergegas menuju mobil dan berangkat kesekolah. Dia sekolah disalah satu internasional school yang ternama.
Dengan kemapanan kedua kakaknya tentu bukanlah suatu masalah jika dia bersekolah di sekolah mahal itu. Tiap hari ada supir khusus yang mengantar jemput Kia sekolah.
"Kia ... ",sapa seorang temannya.
"Hai ..."
"Bagaimana tadi ujiannya?"
"Soalnya cukup kompleks. Cukup menguras otak. Aku harap sih nilainya memuaskan"
"Semoga kita lulus semua ya. Aamiin..."
"Aamiin..."
"Kamu berencana akan melanjutkan kemana?"
"Belum tahu. Tapi yang jelas aku mau cari tantangan baru",jawab Kia.
"Tantangan baru? Maksudmu?"
"Aku mau kesekolah negeri saja. Bukan sekolah mewah berstandar Internasional. Mencoba sesuatu yang baru yang belum pernah aku coba"
"Sekolah negeri?"
"Ya"
"Kamu yakin?"
"Tentu"
"Kamu ini aneh Kia. Disaat orang-orang berebut masuk sekolah berkualitas apalagi standar internasional, kamu malah mau kesekolah negeri biasa. Kedua kakak mu kan orang ternama dan pastinya mampu menyekolahkan mu. Bahkan jika kamu ingin keluar negeri sekalipun bukan masalah buat mereka, bukan?!"
"Memang sih. Tapi aku ingin sesuatu yang baru. Suasana baru. Seperti mencari sesuatu yang belum pernah aku temuilah"
"Apa kakak-kakakmu menyetujuinya?"
"Aku belum mengatakannya pada mereka. Aku sedang mencari waktu yang tepat untuk bicara. Maklum mereka punya kesibukan yang banyak. Aku harap Kak Re dan Kak Kevin menyetujuinya"
"Semoga saja, Kia"
Mereka berdua menunggu di lobi sekolah. Menunggu jemputan datang. Setiap mobil jemputan akan berbaris dan siswa akan di panggil satu persatu. Semua disekolah itu diatur dengan tertib. Penjemput pun harus terdaftar di pihak manajemen sekolah, jika tidak mereka tidak bisa menjemput siswa yang bersangkutan. Ini diterapkan agar kemanana siswa lebih terjamin. Maklum sekolah mereka bukan sekolah biasa.
Kia sampai dirumah pukul dua siang. Dia segera mengganti pakaiannya dan kembali turun ke bawah. Dia mencari bibi asisten rumah tangga.
"Bi..."
"Iya, Non Kia. Ada apa? Non Kia mau makan sesuatu?"
"Tidak, Bi. Aku masih kenyang. Nanti kalau Kak Re dan Kak Kevin pulang, tolong katakan pada mereka kalau aku pergi sebentar ya, Bi"
"Memangnya non Kia mau kemana?"
"Mau ke Mall, Bi. Beli sesuatu"
"Baik Non, nanti kalau Tuan berdua pulang bibi sampaikan. Hati-hati dijalan ya, Non"
"Makasih ya, Bi. Oiya, aku naik taxi saja. Tidak diantar supir"
"Baik, Non"
Taxi online pesanan Kia datang menjemput, dia masuk kedalam dan mobil itu menghilang dibalik pagar besar rumah itu.
******
Pukul delapan malam, mobil Re berhenti tepat disebelah mobil Kevin yang baru saja memasuki gerbang rumah. Kevin turun dan menghampiri kakaknya. Menyalami kakak tertuanya. Mengambil punggung tangannya lalu menciumnya.
Mereka berdua masuk kedalam rumah. Suasana rumah sepi. Mereka berpisah di ujung tangga paling atas. Kamar mereka terpisah. Kamar Kevin dan Kia ada di bagian kiri rumah, sedangkan Re ada di bagian kanan rumah.
Kevin mengetuk kamar sibungsu. Karena tidak ada jawaban dia membuka pintunya.
Cekreeeeekkk ...
Kamar itu kosong, dan masih rapi. Kevin menutupnya kembali lalu dia, mengambil ponselnya. Dia menekan beberapa nomor.
Tuuut.... Tuuuuut...
Tidak ada jawaban. Lalu dia mencobanya lagi. Dan hasilnya tetap sama. Akhirnya dia kembali kekamarnya lalu membersihkan diri dan berganti pakaian.
Tak lama setelah rapi, dia kembali membuka pintu kamar, keadaan masih seperti sebelumnya. Akhirnya dia menuju kamar Reagan.
Tok ... Tok ...
Cekreeeeekkk ...
"Kak ... "
"Hmmm..", Reagan menjawab dari dalam wardrobe di ujung kamarnya.
"Kia belum pulang"
Re yang baru saja selesai berganti pakaian, langsung menemui Kevin yang duduk diatas tempat tidur.
"Belum pulang?"
"Kamarnya kosong. Ponselnya tidak menjawab"
"Apa dia pergi dengan supir?"
"Tidak, Kak. Bukankah tadi mobil ada dalam bagasi?!"
"Kemana anak itu?"
Re mengambil ponselnya dan menghubungi ponsel Kia. Hasilnya sama. Re turun kebawah. Kevin mengikuti langkah kakak sulungnya.
"Bi ... "
Bibi bergegas menemui Reagan dan Kevin.
"Ya, Tuan"
"Bibi tahu kemana Kia pergi?"
"Anuu... Tuan. Tadi sepulang sekah Non Kia pergi buru-buru sekali. Dia bilang mau mencari sesuatu ke Mall. Dia pergi naik taxi tuan"
"Dari jam berapa, Bi?"
"Kurang lebih jam empat sore, Tuan"
"Baiklah, terima kasih"
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Nenda Achdiyati
sekolah negri itu malah saringan.a lebih rumit loh.. saingan.a pun cukup bnyk.. apalgi untuk sekolah negri yg bergengsi..
2020-10-23
1
Handayani Arifin
sekolahku negeri terus. ...berati biasa nich
2020-05-31
1
Jingga Annida
wah skolah negeri koq dibilang biasa... bisa2 ada yg protes nih... gak usah pake kata biasa thor, bilang aja skolah negeri.. gak enak kedengarannya... maaf ya, cuma saran 🤗
2020-05-22
3