Bab 04

Dimas masih dalam hati yang di penuhi luka dan kekecewaan, ia bukan berarti membenci wanita apalagi ia sudah memiliki istri, hanya saja ia belum bisa mencintai hanya itu yang ia rasakan, namun karena Dimas sudah mengucap ijab kabul di depan saksi dan wali yang kini menjadi Ayahnya Dimas berjanji akan berusaha mencintai Kirana meskipun harus bertahap.

Perlahan tapi pasti, Dimas luluh dengan Kirana, semua perhatian dan kasih sayang yang diberikan Kirana memporak-porandakan dirinya. Sikap Kirana yang sabar menghadapinya membuatnya jatuh hati kembali, Dimas sudah yakin Kirana adalah obat yang Tuhan beri untuk menyembuhkan lukanya.

"Mas, ini kopinya," Kirana menaruh kopi di meja.

"Makasih." ucap Dimas tanpa melirik karena fokus pada laptopnya.

Kirana langsung duduk di sebelah Dimas sambil menonton tv. Kirana kini sedang mengandung 4 bulan, ia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah menunggu Dimas pulang kerja terkadang Ibu Dimas sering mampir ke rumah membawa masakan untuk menantu kesayangannya itu dan menemani Kirana bersama Dina yang kadang ikut.

"Mas Minggu depan Anin Wisuda," ucapnya menatap Dimas.

"Alhamdulillah, terus Mamah sama Papah kesana?" tanya Dimas sambil mengetik di laptopnya.

"Belum tahu Mas, Mamah sama Papah dari awal gak setuju Anin kuliah di jogja, hubungan mereka juga kurang akrab terutama sama Papah beliau marah besar," ucap Kirana.

Dimas yang tidak pernah tahu menahu tentang keluarga Kirana kemudian membuka telinganya dan menutup laptopnya, bukan ia bermaksud ikut campur urusan keluarga Kirana hanya saja sekarang Kirana adalah istrinya setidaknya ia bisa menjadi pendengar yang baik.

"Dulu memang keluarga kita kurang harmonis karena Aku sama Anindira sering ditinggal berdua sama pembantu yang ngurus kita dari berangkat sekolah sampai malam, Mamah sama Papah sibuk kerja di instansi dan paling ada waktu itu minggu tapi jarang kumpul semua, paling bisa cuman lebaran pertama aja kita lengkap," ucap Kirana

menatap serius pada Dimas.

Dimas sudah membalikan badannya ke arah Kirana dan mendengarkan istrinya itu bercerita dengan serius padanya.

"Anindira itu selain cantik, dia juga pintar dia bahkan sangat cerdas beberapa kali ikut kejuaraan tingkat provinsi juga dan dia selalu menang. Terakhir waktu dia lulus SMA dia mutusin buat ngambil beasiswa di Jogja, Papah marah besar karena kita gak punya keluarga di sana apalagi dia itu anak perempuan, dan mereka marah besar karena Anindira ngambil jurusan Arsitektur padahal Mamah sama Papah ingin dia ngambil jurusan kedokteran," jelas Kirana.

Kirana menghentikan ceritanya ia kemudian tersenyum ke arah Dimas dan menggengam tangan Dimas, Dimas menarik badan Kirana kepelukannya, Kirana bersandar pada Dimas sambil melanjutkan ceritanya.

"Anin tetap kekeh buat ngambil beasiswanya di sana, dan karena Itu Papah akhirnya ngizinin dia tapi beliau memang marah besar, dia bilang gak akan tahu menahu tentang dia dan gak akan peduli sama dia karena sudah menjadi anak pembangkang, Mamah juga ikut kecewa sama dia juga ngebiarin Anind pergi ke Jogja dan kuliah di sana, awalnya aku pikir Mamah sama Papah berubah pikiran dan luluh tapi kenyataannya mereka tetap kecewa sama Anin sampai sekarang bahkan gak pernah menanyakan apapun tentang Anindira," ucap Kirana yang tiba-tiba menjatuhkan air matanya karena merasa kasihan dengan adik kesayangannya itu.

"Sudah kamu jangan nangis, Inshaallah mereka bakal ngerti dengan keputusan yang Anin ambil, lagipula tidak ada orangtua yang membenci anaknya, mereka mungkin pernah kecewa tapi dalam hati kecilnya mereka masih menyayangi anaknya." ucap Dimas menenangkan istrinya itu.

"Anindira itu sendirian Mas, dia gak punya siapa-siapa kecuali aku kakaknya, Mas mau kan janji sama Aku bakal sayangin Anindira dan jaga dia, hidup dia gak pernah bahagia dari kecil, dia berjuang sendirian, meskipun dia kelihat baik-baik aja, tapi dia memendam semuanya sendirian." ucapnya.

"Inshaallah kita bakal selalu jaga dia sampai dia bertemu dengan orang yang bisa jaga dia dan bahagiakan dia." ucap Dimas mengusap punggung Kirana.

*-*-*-*-*

Anin termenung di meja dengan tangan menompang dagunya, ia tidak tahu bagaimana ia bisa menjalani hidupnya setelah ini, seminggu lagi ia akan di wisuda, hal yang paling ia nantikan setelah empat tahun berjuang akhirnya terwujud.

Jika orang lain dapat tersenyum bahagia dan bernafas lega, Anin hanya bisa menatap dinding putih di kedai tempatnya membantu Bude dan Pakde yang punya Kostannya. Ia binggung setelah ini ia akan pergi kemana karena ia tidak punya arah tujuan untuk menjalani harinya setelah wisuda.

"Lho kok bengong sih nduk?" tanya wanita paruh baya menghampiri Anindira.

"Ndak papa Bude, lagi binggung aja," ucapnya.

"Masih belum bisa di kabari orangtuamu?"

"Sudah, tapi mereka sibuk ndak bisa datang, teteh juga lagi hamil jadi dia gak mungkin maksain datang." ucapnya dengan logat jawa.

"Sudah ndak usah di pikirkan, kalau mereka ndak bisa datang Bude sama Pakde saja yang datang." ucapnya mengelus punggung Anin.

"Matur nuwun Bude , maaf selalu merepotkan," ucapnya tersenyum pada Bude yang langsung ia peluk.

"Yo ndaklah, kamu tuh sudah Bude anggap Anak sendiri, lagian kamu sudah baik mau bantu Bude sama Pakde jualan," ucapnya tersenyum.

Sudah empat tahun setelah ia merantau di Jogja untuk mengenyam pendidikan di kota istimewa ini Anindira mendapatkan orang yang menyanyanginya dengan tulus, Bude dan Pakde pemilik Kostan tempatnya tinggal, beliau memang sudah tidak muda namun mereka sangat ramah dan baik pada Anindira khususnya karena Anindira sering membantunya di Kedai milik Bude yang sudah buka selama 40 tahun lamanya, Anindira sudah menganggap Bude dan Pade orang tua keduanya karena mereka begitu sayang dan perhatian pada Anindira.

Sejak itu juga Anindira selalu menceritakan apapun baik kehidupannya dan kuliahnya pada mereka, beruntung mereka selalu memberikan Anindira nasehat dan pengarahan.

Bude dan Pakde hanya tinggal berdua di rumahnya, mereka memiliki 6 kostannya yang mereka bangun sejak lama khusus untuk mahasiswa yang merantau, tidak jauh dari rumahnya mereka membuka kedai yang selalu ramai pengunjungnya terutama malam hari. Mereka memiliki 3 anak, 2 perempuannya sudah menikah dan tinggal bersama suaminya dan 1 anak laki-laki yang kini masih baru saja masuk kuliah.

Anindira memasuki kamar kostnya yang ia tempati bersama 2 orang sahabatnya, seperti biasa Anindira memang selalu tidur larut malam karena sibuk membuat maket untuk perusahaan tempatnya bekerja, sudah dua tahun terakhir Anindira bekerja di perusahaan yang tidak terlalu jauh dari tempat kuliahnya, ia mendapat tawaran itu setelah mendapat nilai dan prestasi terbaik di kampusnya. Ia juga tidak bekerja seharian, ia hanya bekerja di rumah atau saat istirahat kuliah saja dan setelah selesai dengan rancangannya ia akan langsung memberikan pada perusahaannya tentunya tidak selalu mulus terkadang mereka banyak menuntut padanya namun karena Anindira senang dengan pekerjaannya ia tak pernah patah semangat memberikan yang terbaik sesuai keinginan yang mereka minta.

*-*-*-*-*

Kehidupan yang bahagia tentu diinginkan semua orang termasuk Anindira, kehidupan tenang dan bahagia dengan keluarga sangat ia inginkan sejak kecil, sayangnya ia dilahirkan dari orangtua yang sibuk dengan pekerjaan mereka, Anindira sejak kecil terbiasa di tinggalkan bersama Kirana menjadikan dirinya mandiri.

"Mah jadinya hari sabtu besok Anin wisuda," ucapnya kembali menelepon Mamahnya.

"Oh iya." jawabnya singkat.

"Mamah tidak bisa datang ke sini?" tanya Anin memastikan.

"Sabtu Mamah mau nemanin Papah ke Bogor dua hari," ucap Mamah.

"Oh iya Mah," ucapnya kemudian mematikan sambungan teleponnya.

Anin sudah tidak tahan menahan air matanya, ia sudah tahu jawabannya akan selalu sama, tapi entah mengapa Anin masih terus berharap Mamahnya menjawab berbeda dan ia selalu mengharapkannya setiap ia membutuhkan mereka.

Anin merebahkan dirinya di kasur lipat yang sudah menjadi temannya sejak empat tahun terakhir, dan sudah empat tahun terakhir juga Anin tidak pernah tidur nyenyak, ia selalu tidur lebih dari jam dua belas malam ia sudah mengidap insomnia sepertinya, entahlah tapi beruntungnya meskipun ia tidur larut malam ia selalu bisa bangun shubuh.

*-*-*-*

Dimas sedang sibuk di kantornya, hari ada dua jadwal rapat yang akan ia pimpin, dan beberapa pertemuan tentang kerja sama juga sudah dihadirinya.

"Maaf pak, saya ingin memberikan jadwal pertemuan dan kerja sama anda minggu depan," ucap sekretaris Dimas.

"Baik nanti saya cek."

"Oh iya pak, perusahaan Karisma mengundang anda untuk peresmian cabang barunya di Jogja," ucapnya kembali.

"Kapan?"

"Jum'at besok pak." ucapnya.

"Baik nanti saya lihat kembali jadwalnya, terimakasih." ucap Dimas.

Dimas memutuskan kembali ke rumahnya, karena Kirana memesan meminta beberapa makanan dan buah-buahan, ya akhir-akhir ini Kirana sering ngidam dan ia selalu memintanya pada Dimas, terkadang jika Dimas tidak bisa membawakannya ia meminta Dina adik Dimas untuk membawakannya karena ia sibuk dengan urusan kantornya.

Dimas kembali ke rumahnya, seperti biasa Ibu dan Dina sudah berada di rumah menemani Kirana.

"Sabtu Mas mau ada acara ke Jogja ada undangan peresmian Cabang baru," ucap Dimas duduk di sofa bersama yang lainnya.

"Berapa hari?" tanya Kirana.

"Mungkin tiga hari, acaranya hari jum'at mungkin minggu malam langsung pulang," ucapnya

"Tapi Kirana gak boleh pergi jauh-jauh kasihan kandungannya," ucap Ibu.

"Gimana Kirana kamu gapapa kalau di tinggal?" tanyanya tak tega.

"Gapapa Mas lagian ada Ibu sama Dina juga bisa nemanin," ucapnya tersenyum.

"Ibu bisa kan titip Kirana?" tanya Dimas.

"Tenang aja, Ibu jagain menantu kesayangan ibu sama calon cucu ibu," ucapnya mengelus punggung Kirana.

"Mas, sekalian Mas ke Jogja ketemu sama Anindira dia wisuda sabtu besok Mas bisa dateng kan jadi walinya?" tanya Kirana.

"Lho Mamah sama Papah kamu ndak kesana?" tanya Ibu.

"Nggak Bu, mereka ada acara, Papah ada pertemuan di Bogor dan Mamah harus dampingin beliau," ucap Kirana dengan wajah sedih.

"Ya sudah kalau gitu kamu jadi perwakilan Adik ipar kamu Dim, kamu datang kesana," ucap Ibu.

Dimas hanya mengangguk setuju, meskipun dalam hatinya ada keraguan karena sejak menikah dengan Kirana, Anindira hanya beberapa kali menyapanya lewat pesan whatsapp itu pun hanya sebatas bertanya tentang Kirana dan kabar saja, namun karena permintaan Kirana ia tidak mungkin menolaknya karena ia tahu kenyataanya Anindira sendirian di kota istimewa itu dan tidak ada salahnya ia sebagai kakak iparnya datang di acara wisudanya.

Terpopuler

Comments

Haru Kagami

Haru Kagami

iya bner dh pernh baca cm dh lama bgt aq makanya lupa" inget

2024-02-16

0

Haru Kagami

Haru Kagami

kaya udh prnh baca cerita ini tpi lupa krn udh di thaun kpn gtu bacanya. ini novel di bikin kapan sh thor

2024-02-16

0

Yuli Silvy

Yuli Silvy

kesihan bget anin

2023-10-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!