Suasana kota Lampung pagi ini terasa begitu dingin karna guyuran hujan semalaman. Belum lagi awan putih masih menyelimuti sehingga matahari belum menampakkan cahaya silaunya bahkan menuju pukul 8 am.
Misela yang sudah melakukan semua pekerjaan nya kembali ke kamarnya untuk merebahkan badannya di tempat tidur.
Tak ada saling sapa pagi ini dengan ibu mertuanya. Malah Bu Wardah selalu menghindari dan membuang muka pada Misela.
Rangga sudah pergi entah kemana sedari pagi tadi. Suami yang genap satu minggu dia nikahi itu memang belum punya pekerjaan tetap. Terkadang jadi supir mobil truk terkadang ikut borongan bangunan rumah.
Sedangkan Pak Karjo juga sudah pergi ke toko material milik keluarga nya sejak dulu.
Misela merasa kesepian dirumah ini. Misela yang biasanya begitu ceria kini hanya banyak diam dan melamun.
"Minggu depan aku mau masuk kuliah ajalah. Harus nunggu satu minggu lagi kok sepertinya berat banget."
Misela bangun dari tidurnya dan duduk menatap layar ponselnya. Terlihat dia sangat fokus dengan polselnya itu. Sesekali dia pun tertawa membaca pesan chat di grup.
"Hmm rasanya sepi kalau jauh-jauh dari kalian."
Saat dirinya tengah asik dengan ponselnya tiba-tiba ada seseorang yang mengucapkan salam.
"Assalamu'alaikum."
"Wa...!"
Belum Misela menjawab salam itu Ibu Mertua nya sudah menghampiri nya duluan.
"Wa'alaikumsalam salam cah ayu sini masuk. Ayo duduk dulu." Bu Wardah pun duduk bersebelahan dengan tamu tersebut.
Misela penasaran siapa dia hingga Ibu mertua nya begitu lembut dengan gaya bicaranya. Misela hanya mendengarkan pembicaraan mereka dari balik pintu kamarnya.
"Kamu kapan pulang dari Taiwan Ndok?"
"Baru kemarin Bu e. Ini rumah kok sepi Bu e Mas Rangga kemana?"
"Oo biasalah Rangga kerja serabutan. Tadi sih katanya ikut ke desa Sido Mulyo Ndok."
"Oo gitu. Iya Bu e ini aku bawa oleh-oleh untuk Bu e dan keluarga."
"Walah repot-repot segala to cah ayu."
"Engga repot kok Bu e cuma kue biasa. Lumayan buat temen minum kopi hmm."
"Hehe Ini kamu udah gak balik ke Taiwan lagi Ndok?"
"Engga Bu e udah bosen kerja terus udah 5 tahun lo gak pulang ke kampung."
"Tapi lo kamu masih tetep cantik Ndok. Rambut mu ini lo apik tenan ireng lurus juga." (Bagus sekali, hitam dan lurus)
"Oiya Bu e apa bener Mas Rangga udah nikah?"
"Iya Ndok baru seminggu yang lalu."
"Dapet orang mana Bu e?"
"Alah gak jauh. Itu lo desa Tanjung Krajan yang arah ke kota Metro."
"Oo disitu. Pasti dia cantik ya Bu e sampe Mas Rangga mau nikahin dia. Padahal dulu Mas Rangga janji mau nungguin aku pulang Bu e."
"Walah apa iya Ndok. Ibu malah gak tau kalau kalian punya janji begitu."
"Iya Bu e makanya ini tadi aku kaget banget denger kabar Mas Rangga udah nikah terus aku buru-buru kesini. Eh malah Mas Rangga gak ada."
"Nanti malem kamu kesini aja lagi ya. Kita ngobrol-ngobrol wes suwe ora ngerasani." (udah lama gak ngomongin orang)
"Iya Bu e nanti aku kesini lagi aja. Aku pulang dulu ya Bu e. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
"Duhh coba saja gak tak restuin nikah sama anak haram itu. Pasti kamu yang jadi mantu ku sekarang Ndok. Udah cantik pintar cari duit keluarga nya juga baik. Huh wes lah mau makan roti ini kayaknya enak banget lo."
Sementara tamu yang membuat penasaran itu pergi ada seorang yang sedang menahan tangisnya di sebuah ruangan tertutup.
"Siapa wanita itu? Kenapa obrolan nya begitu mengasikkan. Dan lagi Ibu mertua ku begitu menyukai nya." Bathin Misela.
Misela kembali duduk di bibir tempat tidurnya. Hanya merenung yang bisa dia lakukan. Bibir yang sempat tertawa tadi hilang begitu saja.
"Bagaimana caranya agar aku bisa di terima di keluarga ini ya Allah. Hamba mohon kuatkan lah hamba diposisi ini."
***
Senja sudah berlalu. Kini cahaya rembulan menerangi malam yang dingin. Pak Karjo dan Bu Wardah sedang duduk di teras rumah mereka. Sedangkan Rangga belum pulang.
Misela mengurung dirinya di kamar. Karna percuma juga untuknya jika ikut duduk di teras bersama mereka.
"Assalamu'alaikum Pak e Bu e."
Seorang gadis mendekati Pak Karjo dan Bu Wardah lalu mencium punggung tangan mereka.
"Wa'alaikumsalam Masyaallah Nindi beneran kesini lagi lo Bu e seneng deh." Bu Wardah menepuk bahu Nindi.
"Loh Nindi kapan pulang dari Taiwan?" Tanya Pak Karjo.
"Kemarin Pak e." Jawab Nindi.
"La ini kue nya oleh-oleh dari Nindi lo Pak e. Ibu lupa bilang." Kata Bu Wardah.
"Owalah kue nya enak Ndok. Pas banget ini buat temen ngopi apalagi cuacanya yang begini." Puji Pak Karjo.
"Alhamdulillah Pak e. Mas Rangga masih belum pulang ya?" Nindi menatap ke dalam rumah.
"Belum Ndok. Mungkin lembur." Jawab Bu Wardah.
"Sayang banget ya aku kesini gak ketemu lagi." Nindi terlihat sedih.
"Nah itu Rangga datang." Bu Wardah menunjuk ke arah Rangga yang melangkah mendekati mereka.
"Assalamu'alaikum Bu, Pak. Rangga mau mandi dulu ya."
Rangga tak melihat Nindi yang sedari tadi tersenyum menatap nya.
"Kok Mas Rangga cuek gitu sih Bu e." Nindi makin cemberut.
"Mungkin dia kecapekan Ndok tunggu dia mandi dulu ya nanti Ibu panggilkan."
Sementara di dalam rumah Misela sedang mengusap cairan bening yang membasahi pipinya itu. Lalu menyambut hangat suaminya yang baru masuk ke rumah.
"Mas baru pulang. Mau aku buatkan kopi?"
"Iya Dek, boleh deh Mas mau mandi dulu ya."
"Iya Mas. Mau mandi sama air anget gak Mas?"
"Eh boleh deh."
"Kalau gitu aku siapkan dulu ya."
"Iya Mas ke kamar dulu ya."
"Iya Mas."
Rangga masuk ke dalam kamar untuk melepaskan bajunya. Sedangkan Misela dengan ikhlas dan senang hati menyiapkan air hangat dan kopi untuk suaminya itu.
Setelah semuanya siap Misela pun masuk ke kamarnya dan memanggil suaminya.
"Mas udah siap tuh. Sana mandi dulu."
"Makasi ya sayang."
"Ini kopinya di sini ya Mas."
Misela meletakkan segelas kopi di depan meja riasnya. Rangga hanya mengangguk.
"Kok Mas Rangga tadi gak terdengar bicara dengan wanita yang bernama Nindi tadi ya?" Pikir Misela lalu duduk memainkan ponselnya.
Rangga pun selesai mandi dan mengganti bajunya. Rangga hendak meminum kopi buatan Misela namun belum sempat gelas itu menempel di mulutnya terdengar Bu Wardah memanggil namanya.
"Rangga sini dulu."
Misela menahan tangan Rangga.
"Kenapa sayang?"
"Mas bisa gak abis dari luar langsung masuk lagi?" Misela mencoba merayu Rangga.
"Iya sayang. Tunggu ya mungkin ada yang penting."
Misela hanya mengangguk pasrah.
Rangga pun keluar kamar dan menuju teras rumah. Rangga sedikit terkejut melihat Nindi sedang duduk di antara orang tuanya itu.
"Loh Nindi kamu udah pulang dari Taiwan?"
Nindi yang di sapa Rangga tersenyum bahagia.
"Iya Mas Rangga apa kabar?" Kata Nindi lalu mencium punggung tangan Rangga. Rangga pun tersenyum. Namun ada hati yang sedang terluka di balik jendela.
"Aku baik Nin. Kamu makin cantik aja sih." Puji Rangga pada Nindi membuat Nindi tersipu malu.
"Mas Rangga bisa aja deh. Aku belum lihat istri mu lo Mas aku mau kenalan." Kata Nindi.
"Gak usah Ndok biar aja dia itu cemburuan banget. Biar aja dia di kamar. Dia itu...!" Ujar Bu Wardah.
"Buu....!" Pak Karjo mencoba menahan apa yang akan di ucapkan Bu Wardah.
"Ah ini kue oleh-oleh dari Nindi kamu cobain enak loh."
Bu Wardah menyodorkan sepotong kue untuk Rangga.
"Em iya enak Bu." Rangga pun menghabiskan potongan kue itu.
Malam itu menjadi obrolan seru di antara mereka. Sedangkan Misela tak ingin lagi mendengar kan apa yang mereka bicarakan dan memutuskan untuk masuk kembali ke kamarnya.
"Seperti aku memang bukan menantu yang di harapkan oleh keluarga ini."
...##################...
...Maafkan author ya kalau ada typo 🙏...
...Hai Reader hari ini aku mau cek ya siapa yang kasih dukungan terbanyak dalam seminggu terakhir ini. Nanti aku kirimkan pulsa 10k 😍...
...Terimakasih ya atas dukungan nya 😘...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
guntur 1609
belum tentu nindi yg kau bangga kan. akan membanggakan mu ibunya rangga....kalian saja nanti mngkn nindi itu jalang ygbberkedok gadis baik
2023-11-12
1
Sofia Pontoh
Amiiit deh.ad pelakor kyakx nih😢
2022-10-16
1
Mista
calon pelakor ya dia duh
2021-12-05
0