"Tidak...tidak jangan sakiti aku...tolong...hiks hiks…!"
Misela mengigau dengan nafas terengah-engah dan keringat bercucuran. Rambut yang tak ia ikat kini berantakan menutupi sebagian wajahnya. Tangannya melambai-lambai tak jelas arahnya dan akhirnya mendarat di badan Rangga.
Rangga yang terkejut segera membangun kan Misela yang histeris dalam mimpi buruknya.
"Sayang bangun sayang. Astaghfirullah kamu kenapa? Sayang… Misela…!" Rangga memegang kedua bahu Misela dan menggoyangkan nya dengan keras hingga Misela terbangun. Rangga sengaja meninggikan suara nya karna gerakan tangannya tak membangunkan Misela.
"Mas...hiks hiks…!" Misela terisak-isak lalu memeluk Rangga.
"Kamu kenapa sayang? Kamu mimpi apa sampai ngigau nya gitu amat." Rangga membelai rambut Misela. Menyelipkan nya di belakang telinga lalu menatap Misela yang masih bercucuran air mata. Rangga mengusap air matanya lalu kembali memeluknya.
"Tenanglah ada aku di samping mu. Mau Mas ambilkan air putih?" Misela hanya mengangguk.
Rangga pun keluar kamar dan mengambil segelas air.
"Ini minumlah sayang." Dilihatnya Misela yang sedang meminum air. "Gimana udah enakan?"
"Makasi ya Mas." Misela kembali memeluk Rangga.
"Kamu mimpi apa sayang?" Rangga membelai kembali rambut Misela.
"Mimpi buruk sekali Mas. Buruk sekali aku tak mau mengingat nya hiks."
"Ya sudah tenang ya."
Tak lama kemudian adzan subuh berkumandang. Misela melepaskan pelukan Rangga dan mengikat rambut nya yang panjangnya melebihi bahunya. Pipi yang masih basah itu pun ia usap dengan kedua telapak tangannya lalu menarik nafas dalam dan membuangnya.
"Maaf ya Mas pasti aku buat kamu kaget tadi."
Misela menatap sendu wajah suaminya itu. Misela khawatir ini akan sering terjadi nantinya.
"Gak papa sayang." Rangga meraba pipi Misela.
"Aku memang sering seperti itu Mas. Makanya Erlina tak pernah membiarkan ku tidur sendirian atau ketiduran di tempat lain. Bahkan di pesantren juga aku seperti itu dan dijuluki si tukang ngigau. Aku punya banyak trauma Mas di masa lalu."
"Ceritakan semuanya jika itu bisa membuat mu tenang. Supaya Mas bisa mengenal mu lebih dalam sayang. Mas akan berusaha membuat mu nyaman."
"Mas sebelumnya Mas kenapa gak pernah tanya saat resepsi pernikahan yang Mas sebut bukan nama Papi Hanan tapi Zaki Alamsyah."
"Aku mau tanya tapi lupa hehe. Ibu dan bapak juga sempet heran lo."
"Maaf Mas karna gak cerita sebelumnya. Sebenenya Papi Hanan bukanlah Ayah ku Mas, dia hanyalah Ayah sambung ku yang merawat ku sedari aku bayi. Maaf Mas aku gak jujur sebelum kita menikah aku terlalu takut untuk itu hiks…!"
"Terus kenapa Papa mu gak dateng ke acara resepsi pernikahan kita sayang? Terus Kenapa kamu baru cerita sekarang? Bunda Adel dan Papa Zaki kenapa bercerai?"
"Maaf Mas aku takut untuk menceritakan tentang aib ku. Aku belum siap untuk menceritakan maaf sekali lagi Mas."
Misela lalu memeluk Rangga.
"Kalau kamu belum siap bercerita tak apa, kita sholat dulu yuk."
Misela mengangguk mengiyakan ajakan Rangga dan melepaskan pelukannya.
"Mas aku duluan ya kayaknya ada yang gak beres nih."
"Apanya yang gak beres sayang?"
"Aku pastiin dulu Mas."
Misela terburu-buru ke kamar mandi. Dan benar saja apa yang Misela pikirkan.
"Aduh aku datang bulan nih. Padahal kan belum malam pertama. Kasian Mas Rangga."
Misela berbicara sendiri di kamar mandi. Ahirnya Misela hanya menggosok gigi dan mencuci wajahnya karna lengket oleh air mata tadi.
Misela pun kembali ke tempat tidurnya dan duduk di sebelah Rangga.
"Ada apa sayang kok cemberut." Tanya Rangga.
"Aku datang bulan Mas. Huuffttt…!" Misela menghela nafas dengan kasar. "Maaf ya Mas."
Rangga yang mendengar kabar itu pun mengacak-acak rambutnya dan menjatuhkan tubuhnya ke belakang dan terbaring di tempat tidur.
"Padahal kita belum ituan sayang kamu udah kedatangan tamu sih disaat seperti ini." Keluh Rangga sedikit kesal.
"Iya maaf ya Mas bukan mau ku lo hehe." Misela merasa bersalah tapi mau bagaimana lagi itu kan memang bukan kemauannya.
"Biasanya berapa hari sayang tamunya pergi?"
"Biasanya 10 sampai 15 hari Mas. Tergantung kadang juga cuma seminggu doang."
"Apa?" Rangga langsung bangun dari tidurnya. "Selama itu sayang?" Misela mengangguk-angguk.
"Oh Tuhan cobaan apa ini. Pengantin baru tapi tak bisa wik wik. Apa yang harus aku lakukan?" Rangga kembali mengeluh kemudian kembali berbaring di tempat tidur. "Kenapa tidak kita lakukan semalam sih." Lagi-lagi Rangga menyesali kejadian semalam.
"Sabar ya Mas heeee. Maaf aku semalam juga ketiduran karna lelah banget." Misela mencolek pinggang Rangga beberapa kali.
Rangga yang tak kuat dengan suara manja dan godaan Misela lalu bangun dari tidurnya.
Rangga menyelipkan tangannya pada pinggang Misela lalu mencium bibir Misela dengan penuh gairah. Itu ada first Kiss mereka.
Tangan Misela melingkar di leher Rangga. Misela pun membalas ciuman Rangga. Ini bukan yang pertama bagi Misela. Dia juga sudah ahli dalam hal itu.
Lama Rangga bermain dengan bibir yang manis itu Rangga kemudian menurunkan wajahnya lalu menjelajahi leher Misela yang begitu halus dan menggairahkan.
Tangga Rangga mulai nakal. Tangan itu mencoba menelusuri gunung kembar yang mempesona di matanya. Rangga begitu ingin menjelajahi mereka. Tapi sayang semua itu tidak terlaksana karna tangannya ditepis oleh Misela. Misela pun menyudahi permainan itu.
"Aaacckkkkk…" Pekik Rangga dan menjatuhkan dirinya kembali ke tempat tidur dan menutup wajahnya dengan bantal lalu menindihkan kedua tangannya di atas bantal.
"Sabar Mas sabar hihihi." Misela pun keluar dari kamarnya. Lalu pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan.
***
Matahari sudah menampakkan cahayanya yang hangat dan disambut dengan kokokan ayam jantan dan kicauan burung di sekitar rumah Misela.
Misela sudah sibuk di dapur dengan Bunda Adel. Mereka berdua terlihat kompak dalam mengerjakan urusan dapur.
"Bun kita berangkat jam berapa ke rumah Mas Rangga?" Tanya ku sambil mencuci perkakas kotor.
"Kata Papi sih jam 9 am." Bunda masih sibuk membuat sambal terasi.
"Apa yang ikut banyak Bun?"
"Engga kok disana juga katanya cuma di sambut keluarga aja gak bikin resepsi mewah. Bahkan lebih sederhana dari kita. Mungkin cuma Pak RT sama beberapa tetangga yang paling dekat sama rumah kita. Soalnya cuma 3 mobil Papi nyewa nya."
"Kenapa begitu Bun?"
"Kan adiknya Rangga baru saja menikah jadi mertua mu tak mau merepotkan tetangga dan sodara nya lagi. Begitu katanya."
"Oo gitu."
"Kamu harus betah disana ya. Harus nurut sama mertua mu jangan mementingkan ego mu inget itu." Bunda Adel mencoba menasehati putri nya.
"Iya Bunda insyaallah Misela akan berbakti pada mereka termasuk Mas Rangga. Aku siapin piring buat sarapan kita ya Bun."
"Iya."
Aku pun mengambil beberapa piring dan menumpuknya lalu memanggil Papi, adik ku Aldian dan Mas Rangga untuk sarapan. Karana setelah sarapan mereka harus bersiap-siap pergi ke rumah Rangga untuk acara ngunduh mantu.
"Wah masakan pengantin baru nih ada yang beda gak ya." Goda Aldian.
"Jangan mulai jail ya?" Jawab Misela sambil mencubit lengan Aldian.
"Au sakit…!" Keluh Aldian.
"Udah cepet makan ah." Ujar Adelia.
"Ahh sebentar lagi aku akan menguasai semua yang ada di rumah ini karna kamu bakal tinggal di rumah mertua mu Ka hahaha."
"Al…!" Hanan melirik tajam.
"Hehe iya Pih Al makan nih."
"Mampus…!" Bisik Misela.
"Loe yang bakal mampus di rumah mertua loe Ka hihihi." Bisik Al di telinga Misela membuat Misela mengangkat sendoknya dan memukulkannya di kepala Al.
"Aduhh Ka…!" Keluh Al.
"Biar darah di otak mu encer adik Kaka sayang." Misela pun tersenyum menang.
Rangga hanya tersenyum melihat tingkah istrinya yang sangat akrab dengan adiknya itu. Dia begitu iri melihat keakraban mereka karna dia tak begitu dekat dengan adik perempuan nya.
Acara sarapan pun usai. Setelah Misela mencuci piring Misela kembali ke kamarnya untuk menyiapkan barang yang akan di bawa ke rumah suaminya itu.
Misela tak banyak membawa barangnya. Karna rumah Rangga hanya menempuh waktu 45 menit jadi Misela bisa pulang kapanpun jika dia butuh sesuatu nantinya.
***
Mereka pun tiba dirumah Rangga. Rumah yang lumayan cukup besar dengan nuansa cet berwarna hijau dan berkolaborasi dengan warna kuning serta beberapa pot berbunga di terasnya.
Mereka di sambut hangat oleh pihak keluarga Rangga.
"Selamat datang mantu ku." Bu Wardah memeluk menantunya Misela dan mengusap punggungnya.
"Mari masuk mari." Kata seorang yang mirip dengan wajah Pak Karjo.
Rombongan itu pun masuk ke rumah dan melanjutkan acara ngunduh mantu.
Cukup memakan waktu lama acara itu hingga membuat kaki Misela kesemutan. Misela gelisah karna kakinya yang sakit-sakit ngilu untuk digerakkan.
Acara pun selesai dan akan di lanjutkan makan bersama. Misela langsung meluruskan kakinya yang ia sembunyikan di balik badan Bunda Adel.
"Kamu kenapa Nak? Gak sopan tau." Kata Bunda Adel dengan berbisik pada Misela.
"Aduh Bunda sebentar doang, ini kakinya capek duduk melipat terus hehe."
"Kamu ada-ada aja sih Nak. Udah cepet duduk yang bener malu di liat keluarga baru mu."
"Iya Bun maaf hehe."
Satu persatu jamuan makan untuk mereka tiba. Satu sama lain saling bertanya dan tertawa. Begitu indah untuk di lihat kehangatan keluarga itu.
Misela juga terlihat sangat bahagia dari raut wajahnya yang sejak tadi senyum-senyum menanggapi obrolan dengan keluarga barunya itu.
Setelah acara makan-makan selesai rombongan Papi Hanan berpamitan.
Tak lupa Misela mencium punggung tangan kedua orang tua nya dan saling berpelukan.
Misela kini telah memulai hidup barunya di rumah Rangga.
***
Sudah tiga hari Misela di rumah mertuanya itu. Misela terlihat betah disana. Misela senang semua keluarga dan tetangga nya baik padanya.
Pagi itu Misela mendapati sebuah telpon yang membuat Misela kaget. Itu adalah nomor Zaki, Papa kandung Misela yang sudah hampir dua tahun mereka tak bertemu.
"Hallo assalamu'alaikum Pa."
"Wa'alaikumsalam bagaimana kabar mu Nak?"
"Misela baik, bagaimana dengan Papa dan adik-adik."
"Semuanya sehat, kecuali Mami mu Nak. Maaf Papa gak bisa hadir di resepsi pernikahan mu Nak. Mami mu masuk rumah sakit saat itu."
"Apa? Mami sakit apa Pa?"
"Sekarang sudah sehat kamu gak perlu khawatir."
"Jika ada waktu nanti Misela ingin mengajak Mas Rangga ke rumah Pa. Misela mau Rangga juga mengenal Papa."
"Iya Nak sekali lagi maaf kan Papa, Papa akan tunggu kedatangan kalian."
"Iya Pah. Kalau gitu Misela tutup dulu ya Pa Misela mau masak."
"Iya sayang assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam"
Tut Tut panggilan terputus.
"Papa? Bukannya Misela panggil Pak Hanan Papi ya?" Gunam Bu Wardah yang sedang berdiri di belakang Misela.
"Misela."
Misela yang masih menatap layar ponselnya itu terkejut karna namanya di panggil.
"Iya Bu, Misela sampe kaget Bu."
"Sebenernya apa yang belum kami tau tentang mu?"
"Maksudnya Bu?"
"Kenapa saat ijab qobul yang disebut bukan nama Pak Hanan Ayah mu melainkan Zaki?"
Misela terkejut dengan pertanyaan ibu mertua nya itu. Mungkin memang harusnya mereka tau dari awal siapa Misela sebenarnya.
"Maafkan Misela Bu yang gak jujur dari awal. Misela begitu takut dengan keadaan ini."
"Apa yang kamu coba sembunyikan dari kami?"
Rangga dan Pak Karjo tiba-tiba muncul dari arah belakang rumah.
"Ada apa sayang?" Rangga penasaran karna melihat expresi wajah ibunya yang sedikit marah.
"Pak Bu duduklah akan Misela jelaskan."
Mereka semua duduk bersama di sebuah sofa dengan warna abu-abu yang melingkar di ruang tamu.
"Sebenernya Papi Hanan bukanlah Ayah Misela."
"Jadi Ayah mu kemana kok gak dateng? Karna saat di sebut namanya tidak ada kata almarhum berarti ayah mu masih hidup" pertanyaan ibu mertua nya itu membuat Misela harus membuka aib yang sangat takut ia ceritakan pada siapa pun.
"Papa Zaki memang masih hidup Bu, sekarang dia tinggal di Jakarta."
"Jadi Bunda dan Ayah mu bercerai sejak kapan?" Bu Wardah kembali bertanya.
"Tidak Bu mereka tidak bercerai. Dulu Papa Zaki dan Bunda Adel tidur bersama saat mereka belum menikah." Misela langsung menunduk tak kuasa menatap siapa pun.
"Astaghfirullah."
Semua yang mendengar nya beristighfar.
"Saat pacaran Bunda Adel di campakkan oleh Papa Zaki saat itu lah Papi Hanan masuk dalam hidup bunda Adel dan mereka pun menikah."
"Jadi kamu itu anak haram?"
Teriakkan ibu mertua nya itu membuat hati Misela hancur berkeping-keping. Ibu mertua yang beberapa hari ini memperlakukan nya dengan hangat dan sangat baik tiba-tiba berkata yang membuat nya menangis.
...###############################...
...Hai Reader jangan lupa tinggalkan dukungannya ya 🙏😁...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
🌷💚SITI.R💚🌷
akupun ikut nangis thoor
2022-07-24
0
Your name
Bukan hanya suami idaman tapi suami dunia akhirat.
2022-01-05
1
Tari
😭😭😭
2021-12-29
0