Alice sontak kaget dan terperangah dengan tindakan Ramses padanya. Dean yang menyadari itu, spontan berbalik sambil berteriak karena mereka berdua sudah berjalan menjauh darinya.
Erin juga terkejut. Ia jadi penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. “Hei, tunggu! Kalian mau ke mana?!” teriaknya tapi tak diacuhkan mereka.
Alice akhirnya menoleh ke belakang dan tampak Dean sedang berlari berusaha mengejar mereka.
“Hei kalian berdua, tunggu! Kalian mau ke mana?!”
Ramses tidak menghiraukan sekelilingnya dan tetap menarik tangan Alice yang mulai terasa sakit. Tak berapa lama kemudian, Dean pun akhirnya berhasil memegang tangan gadis itu untuk menghentikan langkah keduanya dengan napas terengah-engah.
“Hei! Aku rasa kita sudah punya rencana, tapi apa-apaan ini? Erin pasti masih menunggu kita di jalan tadi.”
“Lalu kenapa kau malah mengejar kami? Kau kan punya ponsel, kenapa tidak menghubungi saja? Seharusnya kau itu tetap bersama Erin dan tidak mengejar kami. Aku dan Alice ada urusan mendadak, jadi kami batal ke sana,” gerutu Ramses akhirnya.
“Apa maksudmu Rams?! Otakmu benar-benar sudah kacau ya! Wajar kan kalau aku mengejar kalian karena main pergi begitu saja!” balas Dean sambil melepaskan tangannya dari Alice secara perlahan.
“Hei ada apa?!” terdengar teriakan dari Erin yang mendekat, deru napasnya tampak memburu karena berlari mengejar mereka.
“Maaf Rin. Tapi sepertinya aku dan Alice tidak akan ikut ke tempat Sarah. Kamu dan Dean saja yang pergi ke sana,” jawab Ramses mencengkeram erat tangan Alice.
“Memangnya kalian mau ke mana? Dan Alice, kenapa kamu diam saja? Kalau memang ada urusan sih tak masalah, tapi tadi kan kamu tidak bilang apa pun padaku."
Tanpa Alice sempat menjawab, Ramses malah memotong pembicaraan mereka. “Maaf teman, sudah kukatakan kalau kami ada urusan mendadak, jadi kalian saja yang pergi ke tempat Sarah. Sampaikan saja salam kami padanya. Lain kali kami pasti akan datang melihatnya.”
Dean dan Erin saling menatap heran pada mereka berdua, terlebih melihat reaksi Alice yang dari tadi hanya diam saja.
Alice yang ditatap pun tertunduk dan sesekali melirik mereka. Wajar saja, karena bagaimanapun juga, dia sama bingungnya. Terlebih lagi, kenapa Ramses menggenggam tangannya begitu erat? Sakit, tapi tak diucapkan mulutnya.
“Kalau begitu kami pergi dulu,” Ramses membalikkan badannya sambil menarik tangan Alice. Akan tetapi, mereka tersentak karena Dean menahan lengan Ramses yang menggenggam tangan perempuan itu.
“Memangnya kalian ada urusan apa? Dan Alice, kenapa kamu diam saja? Ada apa?” Seolah-olah Dean takkan membiarkan mereka pergi sampai mendapatkan jawaban yang pasti.
“Hei Dean! Apa mulutmu itu tidak bisa berhenti bertanya? Jujur saja, aku benar-benar sangat tidak suka mengulangi perkataanku. Apa kamu pikir kita tidak muak menjawab pertanyaan yang sama? Karena itu, tolong berhentilah jadi pengganggu Yan! Aku mohon,” ketus Ramses padanya.
Tak hanya ketus, ekspresinya juga terlihat sangat kesal. Terlihat jelas jika ketiganya tampak kaget dengan cara bicara Ramses yang terkenal sebagai lelaki santai.
Akhirnya dengan terpaksa, Dean pun perlahan-lahan melepas tangannya dan membiarkan mereka berdua pergi dari hadapannya.
Alice yang menoleh ke arahnya pun paham dengan arti tatapan Dean serta Erin. Tampaknya, mereka berdua benar-benar penasaran dengan urusan Ramses dan dirinya.
Tapi keduanya takkan bisa berbuat apa-apa, terlebih setelah mendengar Ramses berkata seperti itu. Lantas, Alice pun tetap mengikuti langkah kaki sang pemuda yang berjalan menjauh dari mereka.
'Kenapa tadi aku hanya diam saja? Aku bahkan tak tahu dia mau membawaku ke mana. Seharusnya aku bicara saja kan? Tapi sekarang lihatlah ekspresinya, kenapa tampangnya aneh begitu?" gerutu Alice dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 235 Episodes
Comments
Dania
7in1
Dukungan untuk para Author tersayang
⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐
♥️♥️♥️♥️♥️♥️
2021-09-18
0
KIA Qirana
dukungan 7in1 buat Author tersayang
⭐⭐⭐⭐⭐
2021-09-18
0
Qirana
♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
2021-09-13
1