BAB 3

BAB 3

DEG

“kak.. kenapa kakak bicara begitu?” Nadia terkejut dengan pertanyaan kakaknya, bahkan kini jantungnya tiba-tiba berdetak kencang.

“jawab saja pertanyaan kakak Nad, apakah kau mau menjaga putriku kalau aku pergi nanti?” tanyanya lagi pada sang adik

“kak, jangan bicara sembarangan. Memangnya kakak mau pergi kemana sih?” tanya Nadia dengan jantung yang masih beredetak kencang.

“Nad…”

“iya kak, aku janji akan menjaga putrimu dengan baik dan bahkan aku akan menganggap dia seperti putriku sendiri.” Jawab Nadia

“kakak mohon, berjanjilah bahwa kau akan menjaganya dan menyayanginya. Aku tidak mau dia dijaga oleh orang lain, kakak hanya ingin kau yang merawatnya nanti.” Ucap safira dengan menggenggam kuat tanagn adiknya itu.

“iya, aku berjanji kak. Aku akan merawat dan menjaga putrimu dengan baik, aku akan menyayanginya selayaknya putriku sendiri.”

“terima kasih, dek. Kakak lega sekarang.” Safira memeluk adiknya. Sedangkan nadia masih bertanya-tanya maksud dari permintaan kakaknya itu. Kakaknya akan pergi? Meninggalkan anaknya? Tapi kemana? Kenapa aku sampai harus merawatnya? Ada apa dengan kakak?

- - - -

Menjelang sore Nadia pun pamit ingin kembali ke butiknya untuk melanjutkan desain terbarunya yang belum selesai ia kerjakan tadi.

“kak, aku pamit dulu ya. Kapan-kapan kita makan siang dan ngobrol santai lagi. Aku sangat merindukan momen kita Bersama seperti tadi.” Pamitnya pada sang kakak sambil memeluk.

“iya dek, kapan-kapan kita makan siang bersama lagi yaa”

“yasudah cepat kembali ke butik selesaikan desainmu dan segera pulang. Jangan pulang larut malam yaa.”

“siap kakakku tersayang. Daah…”

Mobil yang dikendarai Nadia pun melenggang pergi meninggalkan bangunan rumah yang cukup mewah itu. Setelah sampai di butik dia langsung menuju ke ruangannya dan menyelesaikan pekerjaannya agar bisa segera pulang ke rumah.

Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, Nadia pun sudah menyelesaikan gambarnya. Ia pun merapikan Kembali ruangannya dan pergi meninggalkan butiknya. Para karyawannya pun sudah pulang semua, hanya tinggal Bimbim yang setia menunggunya karna dia bertugas untuk menutup dan mengunci butik. Setelah selesai mereka pun Kembali ke rumah masing-masing.

“selamat malam ma.. paa..” sapanya pada orang tuanya yang berada di ruang tengah, tak lupa sambil menyalami tangan dan kecupan lembut dipipi papa mamanya.

“malam sayang, gimana tadi kerjaanya lancar?” tanya sang papa.

“lancar dong pa, semua berjalan dengan baik.”

“lalu bagaimana kabar kakakmu nak?” kali ini giliran sang mama yang bertanya.

“kakak sehat ma, dia terlihat bahagia menanti kelahiran anak pertamanya itu. Tapi ma, pa ada sesuatu yang sampai sekarang mengganjal pikiranku karena ucapan kakak tadi.” Ucapnya sambil Kembali mengingat permintaan kakaknya tadi siang.

Papa dan mama saling pandang untuk sesaat.

“ada apa Nad? Memang kakakmu bilang apa?”

Nadia pun menceritakan pembicaraannya dengan sang kakak tadi siang kepada papa mamanya.

“begitu ma, kan Nadia jadi kaget waktu kakak bilang dia pergi aku harus menjaga anaknya. Memangnya dia mau kemana coba, kenapa anaknya sampai tidak dibawa dan malah aku yang harus merawatnya?” Nadia masih bertanya-tanya dengan ucapan kakaknya itu.

“sudahlah nak, tidak usah mikir macam-macam. Mungkin maksud kakakmu, nanti akan ada saatnya dia menitipkan anaknya padamu karna dia ada sesuatu yang harus dikerjakan dan tidak mungkin membawa serta anaknya.” Ucap mama coba berpikir positif.

“haa, mungkin saja begitu. Yasudah ma..pa.. aku mau ke kamar dulu, badanku rasanya sudah sangat lengket.”

“iya sayang, sana masuk. Mandilah setelah itu kita makan malam bersama.” Ucap sang papa

- - - -

Waktu terus berganti, dan sekarang harusnya Nadia dan Aldian mulai menjalani prosesi pingitan menjelang pernikahan mereka. Karna ini H-1 minggu menjelang hari bahagia itu, namun takdir berkata lain.

“Hufft..” helaan nafas Nadia yang terdengar berat. Ia memandangi kalender di kamarnya. Disitu ada satu tanggal yang berhiaskan lingkaran merah pertanda bahwa itu adalah hari spesial. Ya, itu adalah hari pernikahannya, hari bahagia yang selalu ia impikan. Bisa menikah dengan orang yang dia cintai dan hidup barsama membina keluarga yang bahagia sampai nanti maut memisahkan. Tapi itu semua hanya tinggal kenangan. Dan sejak kejadian penghianatan yang tertangkap basah di apartemen itu, Aldian pun tidak ada kabar sama sekali seakan hilang ditelan bumi. Entahlah, mungkin dia malu untuk menampakkan wajahnya lagi atau bahkan mungkin dia sedang bersenang-senang dengan wanita barunya itu.. Terserah lah..

“ayo Nadia, kamu pasti bisa. Lupakan pria jahat itu. Kamu pasti bisa bahagia walau tanpanya.” Ucap Nadia menyemangati dirinya sendiri untuk bangkit dan move on.

“semangat…”

---

“selamat pagi ma..pa..” sapanya pada orang tuanya sambil mendudukan diri bersiap untuk sarapan.

“pagi sayang..”

“apa nanti siang kau sibuk nak?” tanya sang mama

“sepertinya tidak ada jadwal apa-apa nanti siang. Ada apa ma?”

“mama mau ke butikmu, ingin mengajakmu makan siang bersama. Sekalian ingin melihat baju-baju karyamu. Barangkali saja ada yang cocok dengan mama kan.” Canda sang mama pada putrinya itu

“mama ada-ada saja. Kalau mama ingin baju tinggal bilang saja, aku akan membuatkan yang special untuk mamamku tersayang ini.”

“Cuma mama saja nih yang dibuatkan baju, papa tidak?” tanya sang papa sambil menekuk wajahnya

“oh come on, pa. papa tidak cocok memasang wajah seperti itu. Sungguh menggelikan pa, hahahaha” Nadia dan sang mama tertawa Bersama menertawakan ekspresi sang papa yang dianggap lucu.

“kalian jahat sekali sama papa. Papa ngambek nih..” ancam sang papa dengan memanyunkan bibirnya.

“sudahlah pa, jangan seperti anak kecil.. ingat usia, sudah tua juga masih suka ngambek.” Ucap mama Mel yang semakin membuat bibir papa Johan lebih maju lagi. Dan itu membuat tawa Nadia dan mamanya semakin kencang.

“astagaa… sudah sudah, perut Nadia sampai sakit karna tertawa. Ma..pa.. Nadia pamit berangkat dulu yaa..” pamit Nadia sambil menyalimi tangan mama papa disertai kecupan hangat dipipi mereka.

“hati-hati dijalan ya sayang, nanti siang mama akan berkunjung kesana”

“iya maa. Telfon Nadia kalau mama sudah mau berangkat kesana yaa. Dah mama..papa..”

- - - -

Terpopuler

Comments

Neneng cinta

Neneng cinta

suka karakter Nadia yg selalu ceria padahal br az d khianati...👍🏼

2023-06-09

0

zenara

zenara

duh makin seru

2021-11-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!