Chapter 1 ~ Uji Nyali -Part 2.1

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau yang biasa dikenal dengan sebutan IPA sedang berlangsung di kelas 2-D. Terlihat di sana seorang guru perempuan sedang menjelaskan suatu materi di depan papan tulis. Guru itu menulis sesuatu dan menjelaskannya kepada murid - murid dikelas tersebut.

Terlihat juga Feran yang duduk di bangku paling belakang sudut sebelah kiri. Di samping kiri Feran hanyalah sebuah tembok dan sebuah kaca jendela. Di belakang juga hanya terdapat tembok dan sedikit alat kebersihan kelas.

Sementara itu, di depan Feran adalah tempat duduk seorang laki laki yang memiliki rambut hitam pendek bernama Zen Haro Diningrat. Mereka sudah akrab satu sama lain dikarenakan pernah 1 kelas pada tahun pertama dan sekarang mereka bisa bertemu bersama lagi di tahun kedua.

Di samping kanan adalah tempat duduk seorang perempuan bernama Jovita Schneider. Dia memiliki rambut coklat yang lebih pendek dari perempuan kebanyakan, bahkan jika dilihat sekilas, penampilannya mirip seperti seorang laki laki.

Meskipun mereka duduk bersebelahan, Feran dan Jovita tidak terlalu akrab satu sama lain dikarenakan sifat tomboy yang di miliki Jovita sering membawa masalah, karena Feran termasuk tipe orang yang tidak terlalu suka dengan masalah. Dia berpikir lebih baik untuk tidak mendekatinya.

Tapi meskipun Jovita sering terlibat dalam suatu masalah, dia adalah seorang ketua kelas 2-D

[Bunyi bel]

Tanda waktu istirahat telah tiba.

Ibu guru menyelesaikan pelajarannya dan pamit keluar dari kelas. Seperti kelas lainnya, sedikit kegaduhan terjadi saat jam istirahat. Mereka biasanya membentuk sebuah perkumpulan antar teman untuk pergi ke kantin.

Mereka yang tidak memiliki teman tentu saja hanya diam menunggu seseorang mengajaknya berbicara dan hal itu yang dilakukan oleh Feran dan Zen yang dari tadi hanya duduk diam memaku di bangku masing-masing.

Jika di pikir-pikir Feran adalah seseorang yang memenangkan pemilihan ketua OSIS tahun ajaran ini. Tidak mungkin kan orang yang tidak populer di sekolah ini bisa terpilih menjadi ketua OSIS.

Memang benar Feran adalah salah satu murid yang paling terkenal di sekolahnya, akan tetapi kebanyakan anak dikelasnya kurang menyukai kepopulerannya itu. Atau bisa dikatakan bahwa mereka iri dengan kepopulerannya. Itulah kenapa saat ini Feran hanya duduk di bangkunya dan tidak pergi ke kantin bersama, seperti kebanyakan murid populer lainnya.

Sedikit demi sedikit anak-anak di kelas itu mulai pergi dari sana, baik mereka yang pergi bersama maupun mereka yang hanya pergi sendiri.

Jovita yang duduk di sebelah kanan Feran, beranjak dari tempat duduknya berjalan melewati Feran dan Zen yang sedang duduk di bangku mereka. Saat Jovita lewat didepan mereka, Zen yang dari tadi hanya diam mengatakan sesuatu

"Jovi, kemana saja kamu dalam seminggu ini?"

Kalimat yang dilontarkan Zen membuat Jovita berhenti. Jovita kemudian melihat ke arah Zen yang hanya duduk di bangku dengan ekspresi dingin di wajahnya.

"Apa maksudmu? aku sudah mengirimkan surat ke sekolah bahwa aku sakit. Apakah surat itu tidak sampai, sehingga kamu menanyakannya padaku?" Jawab Jovita atas pertanyaan Zen tadi.

"Jangan berbohong. Ayahmu datang ke tempatku tadi pagi, dia mengatakan bahwa kamu tidak pulang ke rumah seminggu ini." kini Zen melihat ke arah Jovita tapi masih dengan ekspresi dingin di wajahnya.

Feran yang duduk di belakang mereka sedikit kaget dengan keakraban Zen dan Jovita. Entah kenapa terlihat aneh karena Zen yang sedikit pendiam tidak disangka bisa seakrab itu dengan Jovita. Feran berusaha diam tidak mengganggu percakapan mereka.

"Itu bukan urusanmu. Jika dia datang lagi ke tempatmu katakan saja padanya bahwa aku tidak akan kembali ke rumah." Ucap Jovita yang dilanjut dengan memalingkan kepala lalu berjalan keluar kelas.

Zen menghela nafas panjang dan terdiam sesaat karena kecanggungan yang terjadi tadi. Tidak ada percakapan antara Zen dan Feran beberapa menit. Setelah lumayan lama, Feran membuka topik percakapan dengan topik game terkenal bergenre horor yang akan rilis sebentar lagi. Feran menepuk pundak Zen dari belakang kemudian bertanya

"Zen, apakah kamu tertarik dengan game Thousand Door yang akan rilis sebentar lagi?"

Zen yang tadi menghadap ke depan kemudian berbalik menghadap belakang ke arah Feran.

"Aku lumayan tertarik dengan game itu, apakah kamu juga tertarik?" Ucap Zen menjawab pertanyaan yang dilontarkan Feran.

"Tentu saja aku sangat tertarik. Menurutku jika game itu sudah rilis. Itu akan menjadi game terbaik sepanjang masa."

"Ya itu mungkin saja terjadi, tidak ada yang tidak mungkin."

Mereka membicarakan tentang game yang akan rilis itu sepanjang istirahat.

Game berjudul Thousand Door adalah sebuah game yang akan rilis beberapa hari dari sekarang, lebih tepatnya tanggal 25 September nanti. Game bergenre horor ini sangat berbeda dengan game horor lainnya. Jika game horor lain berfokus pada cerita, game Thousand Door ini berfokus pada game play dan kompetitif.

Di dalam game ini pemain akan dibagi menjadi dua tim dan setiap tim memiliki 5 pemain. Tim pertama adalah tim investigasi, tugas tim ini adalah keluar dari sebuah labirin besar dengan 1000 pintu yang ada di labirin itu. Sedangkan tim kedua adalah tim hantu, tim ini memiliki tugas untuk menangkap tim investigasi dan mengurungnya dalam sangkar.

Untuk menghindari kejaran dari tim hantu, tim investigasi bisa membuat jebakan-jebakan untuk mempersulit tim hantu dalam menangkap mereka.

Jika salah satu pemain dari tim investigasi ada yang terkurung ke dalam sangkar, pemain lain di tim investigasi bisa menyelamatkan temannya yang terkurung dengan mendapatkan sebuah kunci di labirin itu untuk membuka sangkar. Jika semua tim investigasi terkurung kedalam sangkar maka permainan berakhir dan tim hantu menang. Sedangkan jika salah satu tim investigasi ada yang bisa keluar dari labirin maka tim investigasi menang.

[Bunyi Bel]

Feran dan Zen yang sedang asik bercerita tentang game Thousand Door, dikagetkan dengan bunyi bel sekolah. Suara bel ini menandakan berakhirnya istirahat pertama dan menandakan akan dimulainya jam pelajaran selanjutnya.

Setelah jam pelajaran seusai istirahat pertama selesai, bunyi bel akan kembali terdengar dan itu adalah bel istirahat yang kedua. Di jam istirahat inilah biasanya para murid memakan bekal makan siang mereka.

Bunyi bel akan terdengar lagi setelah ini dan itu menandakan jam pelajaran yang terakhir. Setelah jam pelajaran terakhir selesai, bunyi bel terakhir menandakan berakhirnya kegiatan belajar mengajar pada hari itu.

Para siswa dan siswi pulang ke rumah masing-masing, dengan jalan yang berbeda beda.

Terlihat Zen berjalan sendirian di trotoar jalan dengan menggendong tas di punggungnya. Ekspresi dingin di wajahnya benar - benar seperti sudah melekat sejak ia lahir, saat berpapasan dengan orang dia bahkan tidak memperhatikan orang itu. Dia benar-benar seperti orang yang tidak memperdulikan apapun.

Saat sedang berjalan tiba - tiba Zen menghentikan langkahnya. Dia menolehkan wajahnya ke kanan melihat sebuah kafe dengan pengunjung yang ramai.

"Hari ini sepertinya hari yang sibuk." Ucapnya dengan memperlihatkan sedikit senyuman di wajahnya.

Zen melanjutkan langkahnya dan kemudian berbelok di gang kecil samping kafe itu. Setelah masuk ke gang beberapa langkah, dia membuka pintu belakang cafe dan berkata:

"Aku pulang."

Setelah Zen masuk melewati pintu itu, dia disambut dengan bau harum suatu masakan. Ternyata yang Zen masuki adalah dapur tempat menyiapkan makanan dan minuman untuk kafe yang ada di depan. Seorang perempuan cantik dengan rambut hitam panjang sedang memasak sesuatu di dapur itu. Perempuan itu memiliki dada yang cukup besar hingga celemek yang ia kenakan kelihatan ketat.

"Selamat datang Zen." ucap perempuan itu sembari memberikan senyuman lebarnya kepada Zen.

Perempuan itu bernama Haira Camelia, seorang yang baru saja lulus SMA di sekolah yang sama seperti Zen. Dia adalah anak dari pemilik kafe ini. Meskipun nilainya cukup bagus dalam sekolah, dia tidak melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Dia lebih memilih untuk membantu ayah dan ibunya untuk mengurus kafe.

Zen meletakan tas yang ia gendong di salah satu kursi di sana. Kemudian dia mengambil celemek yang tergantung di tembok dan memakainya.Tanpa bicara apapun Zen langsung mencuci peralatan yang kotor di wastafel.

"Zen apa yang kamu lakukan? setidaknya makanlah dulu sebelum bekerja." Kata Haira

"Tidak usah, aku belum lapar untuk sekarang."

Setelah beberapa waktu, masakan yang Haira masak akhirnya sudah matang. Dia menghidangkan makanan itu di sebuah piring dan berjalan ke depan untuk mengantarkannya ke pelanggan. Sebelum dia keluar dari dapur, dua orang anak kecil masuk ke dapur dengan berlari. Dua anak kecil itu hampir saja menabrak Haira yang sedang membawa piring.

"Fanio, Fania apa yang kalian lakukan? jangan berlarian di dapur, kalian hampir saja menabrak kak Haira tadi." Ucap Zen dengan nada lembut dan sedikit senyuman.

"Maafkan kami kak Zen, ini semua salah Fanio. Tolong hukum Fanio tapi jangan hukum Fania." ucap si anak kecil laki laki berusaha melindungi si anak kecil perempuan.

"siapa yang mau menghukum anak imut seperti kalian ini, tapi tolong jangan di ulangi lagi ya."

Haira yang melihat sedikit senyum dari wajah Zen, Tersenyum lebar sebelum keluar dari dapur. Dalam hati Haira dia berkata:

"Seorang yang kehilangan keceriaannya benar - benar menakutkan."

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!