Chapter 1 ~ Uji Nyali -Part 2.2

Zen Hari Diningrat adalah siswa SMA tahun kedua, satu kata yang tepat untuk menggambarkannya adalah dingin. Dulu dia tidak memiliki sifat dingin seperti sekarang, sifat dingin yang ia miliki sekarang muncul akibat sebuah kejadian yang pernah ia alami. itu semua terjadi sekitar lima tahun yang lalu, lebih tepatnya saat Zen baru saja lulus dari Sekolah Dasar.

Zen adalah anak yang hidup bahagia bersama kedua orang tuanya. Seorang anak ceria yang terlahir dari seorang ayah yang bekerja sebagai dokter dan seorang ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga.Tapi setelah kejadian itu, keceriaan yang ada dalam diri Zen benar - benar hilang entah kemana.

Saat itu Zen sedang pergi besama ayahnya untuk membeli hadiah atas kelulusannya. Zen dan ayahnya terlebih dahulu pergi ke bank untuk mengambil uang. Suatu insiden tidak terduga terjadi di sana saat beberapa perampok datang dan menodongkan senjata api ke arah petugas bank dan meminta orang yang ada di sana untuk jongkok dan mengangkat tangan.

Para perampok itu terdiri dari tiga orang. Satu orang menodongkan senjata ke petugas, satu orang mengambil uang di berangkas, sementara satu lainnya menjaga pintu masuk.

Zen yang masih berumur 12 tahun sangat ketakutan pada saat itu, ayahnya menenangkannya dengan berbisik :

"Tidak apa - apa, ikuti saja perintah mereka maka semuanya akan baik - baik saja."

Beberapa waktu berlalu, para polisi sudah datang dan mengepung bank, namun mereka tidak bisa masuk ke dalam bank karena para perampok mengancam akan membunuh para sandera jika para polisi masuk. Sebenarnya para perampok sangat bingung menghadapi situasi saat ini, mereka tidak bisa keluar dan hanya masalah waktu sampai mereka tertangkap. Yang bisa mereka lakukan saat ini adalah mengulur waktu sembari memikirkan jalan keluar.

Beberapa waktu berlalu hingga akhirnya si perampok yang sedang menodongkan pistol ke arah petugas merasa bosan. Kebetulan petugas yang sedang ia todong pistol adalah seorang perempuan yang memiliki paras cukup cantik. Dengan tangan kirinya, si perampok itu memegang dagu si petugas dan berkata :

"Oi cantik aku sedikit bosan, bisakah kamu melepas bajumu sekarang. Kalau tidak, peluru yang ada di dalam pistol ini akan masuk kedalam kepalamu." Kata si perampok dengan wajah mesumnya.

Karena tidak ada pilihan lain si petugas mulai melepaskan bajunya. Saat itu semua orang di sana benar - benar kaget dengan apa yang dia lakukan. Bahkan si perampok yang bertugas menjaga pintu masuk sempat kaget dengan aksi rekannya itu.

Ayah Zen yang melihat kejadian itu benar - benar marah kepada si perampok. Ayah Zen yang tidak bisa menahan kemarahannya berdiri dan memukul si perampok dengan tangan kosong hingga membuat pistol yang perampok itu pegang jatuh terlempar.

"Apa yang kau lakukan brengsek!!!"

Melihat rekanya di pukul, dengan panik si perampok yang menjaga di pintu masuk menembak ayah Zen tepat di dahinya hingga meninggal di tempat. Zen yang saat itu berumur 12 tahun, dengan mata kepalanya sendiri melihat ayahnya meninggal tertembak di hadapannya. Bahkan cipratan darah karena tembakan itu mengenai muka Zen.

Entah itu sebuah kebetulan atau tidak, Pistol yang terlempar oleh perampok tadi berada tepat di hadapan Zen. Saat itu tanpa pikir panjang, Zen mengambil pistol itu kemudian dia mengarahkannya ke arah si perampok yang menembak ayahnya.

Saat itu adalah pertama kalinya Zen memegang pistol. Sebelumnya dia hanya pernah menggunakan airsoft gun, sebuah pistol mainan yang biasa ia mainkan bersama ayahnya. Zen menekan pemantik pistol itu dan peluru pistol keluar, melesat mengenai dada kiri si perampok dan membuatnya meninggal di tempat.

Kegaduhan terjadi setelah itu, hingga para perampok tidak bisa mengontrol ruangan di sana. Memanfaatkan situasi yang ada, para polisi masuk ke dalam bank dan menangkap kedua perampok yang tersisa. Para polisi kaget dengan apa yang mereka lihat. Seorang anak kecil sedang menangisi ayahnya yang berlumuran darah. Di samping anak kecil itu terdapat sebuah pistol yang tergeletak di lantai.

Seperti sudah jatuh tertimpa tangga, setelah ayahnya meninggal. Ibu Zen yang saat itu baru melahirkan anak kembar, tidak kuat mendengar berita meninggalnya suaminya. Ibu Zen mengalami syok berat, dia mengalami gangguannya jiwa dan harus di rawat di RSJ.

Zen dan kedua adiknya di asuh oleh teman baik ayah Zen, dan disinilah mereka sekarang tinggal bersama dengan keluarga Camelia. Zen juga rutin mengunjungi ibunya yang berada di rumah sakit seminggu sekali. Untuk menanggung biaya rumah sakit dan biaya hidup kedua adiknya, dia menggunakan uang pensiunan ayahnya yang seorang dokter.

[Suara Nada Dering]

"Kak Zen HP milikmu berbunyi." Kata Fania dengan suara imutnya.

Zen membuka tasnya yang ia letakkan di kursi tadi dan mengambil HP nya. Di layar Hp itu terlihat panggilan suara dengan nama Jovita Schneider.

Terpopuler

Comments

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

cool

2022-07-21

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!