"Beneran mas?"
Dira bertanya dengan nada penuh antusias. Ketika akhirnya Adnan pulang dan memberitahu istrinya itu. Bahwa mereka akan mulai melakukan prosedur pengobatan. Baik secara medis maupun alternatif.
"Iya, aku mau mendukung dan membantu kamu sayang. Aku mau kita sama-sama berjuang sekali lagi." ucap Adnan.
Dira tersenyum penuh haru, lalu ia pun memeluk suaminya itu dengan erat.
"Makasih mas." ucapnya kemudian.
"Sama-sama, sayang."
Adnan mencium kening Dira dengan lembut.
"Kamu nggak boleh sedih lagi, jangan banyak pikiran. Pokoknya kita harus semangat." ucap Adnan.
Dira lagi-lagi tersenyum. Sebuah hal yang sudah sangat jarang sekali Adnan saksikan. Semenjak mereka hanya berfokus untuk memiliki anak.
Padahal Adnan sangat rindu saat-saat mereka mesra bersama. Andai orang-orang tak menuntut istrinya itu untuk memiliki keturunan, Adnan yakin hidup mereka saat ini akan baik-baik saja.
"Makasih sekali lagi mas, aku bahagia punya kamu." ucap Dira.
"Aku juga, sayang."
Adnan tersenyum.
"Oh ya, mas mau makan sekarang?" tanya perempuan itu.
"Kamu udah masak emangnya?" Adnan balik melontarkan pertanyaan.
Dira mengangguk.
"Udah." jawabnya kemudian.
"Ya udah, aku mau." jawab Adnan.
"Ayo!"
Dira menggamit lengan sang suami lalu mengajaknya menuju ke meja makan.
Adnan senang karena Dira memasak menu favoritnya, yakni sambal daging sapi goreng dan juga sayur kangkung tumis saos tiram.
Ada juga tempe dan tahu bacem sebagai pelengkap. Ditambah kerupuk udang.
Adnan duduk dihadapan Dira dan Dira mulai mengambil piring, lalu mewadahi nasi untuk suaminya itu.
"Segini cukup mas?" tanya wanita itu.
Ia memperlihatkan piring berisi nasi tersebut pada sang suami.
"Cukup." jawab Adnan.
Lalu Dira memberikannya, dan kini Adnan mulai mengambil lauk. Sesaat setelahnya ia membuat suapan pertama.
"Hmm, enak." ujar Adnan memuji masakan Dira.
Sejak menikah bertahun-tahun lamanya, rasa masakan Dira semakin terasa enak di lidah pria itu. Itu jugalah yang membuat ia selalu kangen dengan rumah, dimanapun ia berada.
"Kangkungnya segar banget." lanjut Adnan lagi.
Dira tersenyum.
"Makan yang banyak ya mas." ujarnya.
"Oh tentu." jawab Adnan.
"Masa masakan enak begini makan sedikit, rugi dong." Seloroh pria itu lagi.
Dira benar-benar menjadi sangat bahagia dan tak henti-hentinya tersenyum.
Adnan memanfaatkan situasi untuk membangun kebahagiaan dalam diri istrinya itu.
Usai makan, mereka mulai mengumpulkan informasi dari teman, kerabat dan juga kenalan. Mengenai dimana tempat bisa mendapatkan perawatan kesuburan. Baik itu medis maupun alternatif.
Hasilnya cukup banyak yang mereka dapatkan. Ditambah lagi mereka juga mencari lewat internet.
"Jadi yang mana dulu yang mau kita datangi mas?" tanya Dira.
"Yang terdekat dulu aja." ujar Adnan.
"Ada juga info dari karyawan aku." lanjutnya kemudian.
"Oh ya udah." jawab Dira.
"Kalau ke alternatif harus sama aku dan kita usahakan orangnya perempuan." ujar Adnan lagi.
"Kamu tau kan jaman sekarang banyak modus, tau-taunya dukun cab*l." Imbuh pria itu.
"Iya mas." jawab Dira.
"Ya udah, kita akan mulai pengobatannya." ucap Adnan.
Dira menatap pria itu dan Adnan menariknya ke dalam pelukan. Kemudian sebuah ciuman pun mendarat di bibir Dira.
***
"Gimana, Put."
Ibu Putri kembali menelpon. Belum ada beberapa hari sejak ia memberitahukan perihal hutang yang ia miliki, kini ia sudah menelpon lagi dan menanyakan soal itu.
"Gimana apanya, bu?" tanya Putri heran.
"Yang soal hutang ibu sama bank keliling. Kamu udah punya uang buat bayar?" Sang ibu balik bertanya.
Batin putri serasa di tusuk ribuan jarum. Ibunya menelpon hanya untuk menanyakan perihal uang.
Padahal Putri saja makan sekali sehari untuk menghemat pengeluarannya, sampai waktu gajian bulan depan. Tetapi sang ibu seolah tidak mengerti dan hanya memikirkan diri sendiri.
"Bu, separuh lebih gaji Putri udah buat ibu. Sisanya buat Putri bayar kos dan makan. Ini kan belum tanggal gajian, mana ada lagi Putri duit."
"Emang nggak bisa pinjem gitu ke bos kamu?" Lagi-lagi sang ibu bertanya.
Putri benar-benar ingin menangis. Untuk pertama kalinya ia merasa menyesal dilahirkan dalam keluarga kurang mampu. Ia benar-benar merasa terbebani kali ini.
"Makanya ibu cari kerja. Biar ibu tau nggak semua orang itu bisa dipinjam duitnya seenak jidat."
Putri sudah kadung kesal pada perempuan yang sudah melahirkannya tersebut. Kemudian sang ibu bersikap seperti anak kecil yang terintimidasi.
"Kalau nggak ada, nggak apa-apa Put. Setidaknya jangan menyakiti hati orang tua. Ibu tau ibu nggak kerja, cuma kamu yang ibu andalkan."
Ibu Putri menangis penuh drama. Putri tak menyesal sedikitpun. Ia malah ingin mengatakan apa fungsi suami ibunya di rumah. Jika hanya makan tidur dan bermain handphone.
Namun sang ibu keburu ngambek dan menutup sambungan telpon. Bahkan tanpa aba-aba atau permisi terlebih dahulu.
Putri lalu diam dan menangis. Entah mengapa ia pun jadi sangat emosional.
Ia tidak meminta dilahirkan, dan kenapa ia dipaksa menopang ekonomi serta membiayai adik-adik yang orang tuanya masih lengkap serta sehat.
Sedang Putri sendiri tak tau ayah kandungnya siapa, dimana kini ia berada.
Dari kecil Putri sudah dipaksa ibunya berjualan disekolah. Membawa makanan ringan, kemudian di jual ke teman-teman. Sebagian temannya bersimpati dan membeli, tetapi ada juga yang membully.
Pulang sekolah ia masih harus berkeliling menjajakan keripik serta makanan ringan lain milik tetangga. Tak ada waktu bermain untuknya. Belajar saja ia lakukan dimalam yang sudah larut dan setiap hari ia hanya tidur sebentar.
Masa kecilnya dirampas dengan alasan basi, "Mendidik anak." Padahal orang tuanya hanya ingin bermalas-malasan tapi mendapat uang. Maka tenaga anak kecil pun dimanfaatkan.
Potret kehidupan Putri sangat banyak di negri ini. Dimana para pasangan yang tidak siap secara finansial, kemudian dengan berani memutuskan untuk punya anak.
Akibatnya ekonomi compang-camping dan si anak yang menjadi korban. Bahkan sampai si anak menikah pun, kadang hidupnya masih tetap di gantungi oleh orang tua dan adik-adik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Langanan Camp Poring Ranau
itulah kelalaian kalau terlalu kena tekanan
2022-02-19
0
Siska Feranika
Alhamdulillah aku dapat suami baik mertua juga baik...
2022-02-11
1
𝓐𝔂⃝❥hanny👈🏻
kasihan dr Fadli hrs kena getah dr keteledoran rekannya. ibarat nya sudah jatuh tertimpa tangga
2022-02-05
3