"Emang emak-emak di kampung kita sekarang lagi ketagihan ngutang sama bank keliling."
Miska teman sepermainan sekaligus tetangga rumah di kampung, berkata pada Putri. Saat Putri curhat masalah hutang ibunya pada bank keliling.
Miska juga bekerja di Jakarta dan kosan gadis itu ada di seberang kosan Putri. Sebagai tetangga satu kampung tentulah mereka cukup dekat dan saling menjaga satu sama lain di rantau orang.
"Gue kesel banget, Mis. Nggak tau apa-apa, tiba-tiba di sodorin hutang. Gue ngeliat nggak uangnya seberapa, kayak gimana, ikut makan uangnya juga nggak." ucap Putri.
Miska menatap temannya itu.
"Lo nanya nggak, nyokap lo pinjam duit itu buat apa?" tanya nya kemudian.
"Apa buat biaya berobat karena sakit, biaya sekolah adek lo atau apa gitu?" lanjutnya lagi.
Putri terlihat menghela nafas agak dalam.
"Nggak ngerti, pas gue tanya jawabnya cuma buat adek-adek. Tapi pas gue tanya lebih lanjut, malah berbelit-belit jawabannya. Muter-muter kesana-sini, intinya nggak ada." ujar Putri.
"Ngempanin bapak tiri lo kali. Kan sorry ya, nyokap lo kalau gue lihat emang bucin banget ke bokap tiri lo. Apa-apa di turuti, padahal bapak tiri lo kagak kerja." tukas Miska.
"Emang." celetuk Putri.
"Emak gue bucin banget kalau sama bapak tiri gue. Sampe kayak babu anjir, kadang." Ia menambahi.
"Aturan mah kerja ya. Kan laki-laki, mana kepala keluarga juga." ujar Miska.
"Makanya." Lagi-lagi Putri menjawab.
"Ini yang ada malah ngandelin gue. Apa-apa gue." lanjutnya kemudian.
"Kalau kata gue better nggak usah di bayarin, Put. Biar nyokap lo juga kapok. Lo kasih aja perbulan sesuai yang biasa lo kasih." ujar Miska.
"Pengennya sih gitu, tapi mau gimana. Pasti nyokap gue merongrong mulu nantinya. Terus nangis-nangis kayak waktu itu. Gue juga lagi yang pusing." ucap Putri.
Miska menarik nafas panjang dan menjatuhkan pandangan ke suatu sudut.
"Susah emang jadi anak-anak di negara kita. Orang tua suka seenak jidat. Mentang-mentang merasa udah melahirkan dan membesarkan kita. Padahal yang mau punya anak kan mereka, bukan kita yang menuntut supaya dilahirkan." ujarnya.
Putri diam, karena yang dikatakan oleh temannya itu semuanya benar. Orang tua sering memaksa anaknya berterima kasih karena telah dilahirkan dan diasuh. Berterima kasihnya dengan cara harus bekerja untuk membiayai adik-adik.
Padahal ana adalah tanggung jawab orang tua. Bukan anak yang meminta dilahirkan. Tapi orang tua lah yang dengan secara sadar memutuskan untuk mempunyai anak.
"Sekarang nyari duit tambahan susah. Mesti ngapain juga bingung." lanjut Miska.
"Apa jadi simpanan om-om aja nih kita?" ujarnya lagi.
Seketika Putri pun tertawa.
"Iya, yang kaya tapi om-omnya." seloroh gadis itu.
"Ya iyalah, Put. Ngapain jadi simpanan om-om kere. Udalah di simpan, tambah miskin pula hidup kita. Percuma dong say." ujar Miska sambil tertawa-tawa. Putri pun jadi makin terkekeh.
"Eh tapi serius loh, gue mau kalau ada om-om tajir yang nge-keep gue. Biar gue makmur, nggak harus kerja keras. Gue akan mempercantik diri aja setiap hari." ujar Miska.
"Sama belanja barang branded." timpal Putri.
"Nah, bener banget itu. Gue di buntingin juga nggak apa-apa deh, asal hidup gue dijamin." ujar Miska lagi.
"Terus kalau keluarga lo tau gimana?" tanya Putri.
"Ya, jangan kasih tau. Lagian kan mereka di kampung, mana tau mereka kalau gue buncit."
"Hahaha." Putri tertawa.
"Gila lo." selorohnya kemudian.
"Mendingan di bikin melendung sama om-om berduit, Put. Ketimbang sama cowok single tapi gaji dibawah UMR. Realistis aja gue mah." ujar Miska.
Sementara Putri masih tertawa dan mendengarkan.
"Biaya ngidupin anak sekarang susah. Kita butuh laki-laki kaya raya buat menopang hidup. Kalau nggak gitu, misalkan gue pas-pasan hidupnya. Terus laki gue juga pas-pasan. Kita bakal melahirkan lebih baik generasi yang serba pas-pasan. Bahkan menyumbang angka kemelaratan buat negara." ucap Miska.
"Iya juga sih. Kemiskinan dan kemelaratan itu terstruktur soalnya. Liat aja keluarga gue." tukas Putri.
"Emak gue ekonomi pas-pasan, nikah sama laki-laki ekonomi sulit dan lemah plus pemalas juga. Oke mungkin sekarang gue masih biayain adek-adek gue. Katakanlah sampai mereka SMA. Setela itu belum tentu gue bisa lanjut." lanjutnya kemudian.
"Nah iya, akibatnya mungkin mereka nggak akan bisa pergi ke universitas. Kalau udah gitu ya, nasibnya bakalan sama kayak kita gini. Jadi pekerja golongan bawah dan gaji rendah." Lagi-lagi Miska berujar.
"Gue mau sih kalau ada om-om yang mau sama gue."
Kali ini Putri yang berseloroh. Miska pun tertawa.
"Ntar kita cari bareng-bareng, biar kita kaya say." ujarnya kemudian.
Maka mereka pun kembali tertawa-tawa untuk hal tersebut.
***
"Di dekat tempat saya ada tuh pak, kayak orang pinter gitu. Dia udah banyak ngobatin orang yang susah punya anak. Coba aja bawa istri bapak kesana."
Irma salah salah satu karyawan di kantor Adnan berujar. Ketika ia akhirnya mengetahui perihal bayi tabung yang di program Adnan dan Dira, tak bisa di kandung sendiri oleh Dira.
"Orangnya perempuan koq pak, mbah-mbah gitu. Jadi nggak perlu takut kalau dukun palsu atau dukun otak nggak bener gitu." ucap Irma lagi.
"Itu di daerah mana?" tanya Adnan.
Maka Irma lalu memberikan alamatnya.
"Ini persis dekat rumah orang tua saya, pak. Orang tua saya kenal baik sama mbah ini." ucap Irma.
"Ya sudah, nanti saya coba bicarakan dulu sama istri saya." ucap Adnan.
"Iya pak, mana tau rejekinya ada disana. Nggak ada salahnya kan berusaha dulu." tukas Irma.
Maka Adnan pun mengangguk. Saat ini tak ada yang lebih penting ketimbang menyenangkan hati Dira. Degan cara member dukungan dan membantunya mewujudkan keinginan.
Adnan yakin tak akan ada hasil yang mengkhianati usaha seseorang. Apabila orang tersebut bersungguh-sungguh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Nur Siti
nama pemeran sama putri adnan tapi anita di ganti... dan alur cerita di ganti buka kisah putri hamil anak adnan yg salah Ensiminasi.. baca ulang lagi gpp karena kangen sama putri dan adnan
2022-12-14
2
Mister Fikri
aku kira nama perawatny mirasantika😅
2022-06-01
0
Kᵝ⃟ᴸωα⏤͟͟͞R∂αн🦐
ada g yg seperti Adnan lain bolehkah pesen satu🤭🤭
2022-02-24
0