Aku tersentak seketika mendengar kalimat penekanan dari Syadam, tak pernah sekalipun kulihat teman Arfan itu bersikap serius seperti ini sebelumnya.
'Tlah kucoba bertahan selama ini, dan aku tak ingin perjuangan yang selama ini kutempuh terkikis begitu saja. Kudekap asa dan harapan untuk menguatkan semangatku, semua rasa sakit yang sering mendera bagian atas kepalaku kini musnah. Berganti rasa trauma pada sebuah rasa, yakni rasa untuk mempercayai.
Syaraf-syaraf di sekujur tubuhku kini mulai mengendur bersamaan dengan berakhirnya tindakan MRI ini. Aku bisa menarik napas lega kala sang operator mematikan mesin pemindai yang dilengkapi medan magnet cukup kuat itu.
Kembali lagi, aku dipaksa oleh nasib untuk bersua dengan Syadam. Apa yang akan kami obrolkan nanti? Apa Syadam akan memberiku beberapa wejangan? Ataukah ia akan mem-vonisku dengan diagnosa penyakit mengerikan?
Ah ... apapun hasilnya itu, aku harus menerimanya dengan ikhlas. Harus ikhlas! Aku telah banyak meniti kerasnya hidup, juga mendulang kesedihan. Kabar buruk tentang penyakitku tak akan mungkin menggoncang perasaanku.
Ketika kakiku melangkah masuk ke ruang poli bedah syaraf tempat kali pertama aku bertemu dengan Syadam, kulihat dokter spesialis bedah syaraf itu sendang mengangkat sebuah panggilan.
Tunggu dulu ... bukankah itu ponselku? Ponsel berwarna rose gold itu berada di genggaman tangan dokter bedah menyebalkan itu. Tak kusangka Syadam berani mengusik hal pribadiku. Segera saja kurebut hak milikku dari tangan Syadam, aku tak perduli bahwa di tempat ini masih ada seorang perawat yang bertugas.
Sontak, Syadam berdiri guna menghindari reaksi dariku. Mungkin dia telah berjaga bila aku akan mengumpat ataupun menampar wajahnya.
"Dia akan baik-baik saja, karena aku dokternya!"
ucap Syadam menutup panggilan pada gawai milikku.
Bajingan ini beraninya mengangkat panggilan untukku! panggilan dari siapa yang baru saja ia angkat? Oh Tuhan, kumohon jangan sampai itu panggilan dari ibuku.
"Duduklah! aku akan menjelaskan analisaku. Bila kamu masih bersikap seperti ini, saya tidak akan memberikan handphone ini pada kamu."
Pria ini sungguh brengsek! betapa ku membencinya. Oh Tuhan terima kasih Engkau telah memisahkan kami berdua. Terima kasih pula wahai masa lalu karena engkau telah mengajarkan aku bahwa pria itu bukan tercipta untukku. Sungguh, ingin sekali kuludahi wajah dokter bedah syaraf itu. Bila tak ada orang lain lagi dalam poli syaraf ini mungkin pria itu sudah tinggal nama.
Kulirik wanita berhijab yang sejak tadi berdiri dan menjadi saksi bisu bertapa menjengkelkannya Syadam. Wanita itu hanya menundukkan wajahnya tak ingin ikut campur dengan keributan yang terjadi di poli bedah syaraf ini.
"Penyakit sklerosis ganda atau multiple sclerosis adalah gangguan saraf pada otak," jelas pria berperawakan tinggi itu padaku.
Apa itu Sklerosis? Ganda? Dia pikir aku akan bermain badminton? Melihat garis-garis keseriusannya di wajah Syadam, aku menduga bahwa penyakit yang kuderita ini cukup pelik.
"Jadi kapan aku mati?" Jujur saja aku ingin mendengar jawaban langsung dari mulut Syadam, telah kusiapkan hati serta mental untuk merima semua vonis ini. Tapi! Tuhan izinkan aku hidup!
Syadam menarik garis sejajar pada bibirnya, mungkinkah pria dingin itu akan menguatkan harga diriku? Ataukah ia kan menertawai nasib yang tak memihakku.
"Berhenti bercanda Del, Multiple sclerosis yang kamu derita masih dalam tahap kambuh-reda (Relapsing-Remitting MS). Jenis yang satu ini sering muncul pada gejala awal dan memengaruhi 80 persen penderita."
"Bisakah Anda jangan bertele-tele! katakan saja aku bisa sembuh atau akan tinggal nama saja?" Haruskah aku meronta-ronta dan memohon pada Syadam agar membantuku menangani penyakit ini?
Aku tak bisa membohongi diriku sendiri, saat ini seluruh otot-otot pada tubuh ini terasa menegang. Tak bisakah Tuhan langsung mengambil saja nyawaku tanpa harus melewati jalan terjal ini? Aku ikhlas bila Tuhan berminat untuk mencabut nyawa ini kapan saja, kumohon padaNya agar tak membiarkan aku jatuh terperosok ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya.
Penyakit multiple sclerosis berkaitan dengan sistem saraf dalam tubuh, khususnya pada otak dan saraf tulang belakang. Sistem saraf manusia terdiri dari jaringan sel saraf yang dalam keadaan normal diselimuti oleh myelin. Myelin ini berfungsi melindungi sel saraf dan membantu jalannya pesan dari otak ke bagian tubuh yang lain melalui sel saraf.
Pada penderita multiple sclerosis, sistem imun tubuh akan menyerang myelin sehingga lepas sebagian atau seluruhnya dari sel saraf. Selain lepas, bisa pula terjadi scarring/ timbul jaringan parut pada myelin.
Akibatnya, terjadi gangguan penghantaran pesan melalui sel saraf, yaitu lebih pelan, salah pesan, ataupun pesan yang tidak sampai. Selain kerusakan pada myelin, multiple sclerosis juga dapat menimbulkan kerusakan pada sel saraf.
"Patuhi perintah dokter dan jalani pengobatan!"
Aku berniat untuk mengganti dokter yang akan menangani penyakit ini. Lebih baik aku mendatangi rumah sakit lain, agar aku bisa lebih leluasa dan santai menjalani pengobatan utuk penyakit yang telah divonis oleh Syadam. Aku harus pindah rumah sakit!
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
🅰🅽🅰 Ig: meqou.te
Del dek, bukan cuma dia dokter. banyak dokter yg lebih bagus, lebih profesional. udah, go aja. tinggalin tuh si dokter yang unprofesional itu.
2021-09-20
1
Dhina ♑
Rasanya aku ikut emosi, ikut marah dan menahan semua gejolak itu
kalaupun benar yang dijelaskan
Tapi berharap bukan dia yang mengucapkan
Seorang Dokter, hendaknya yang bisa menenangkan. Memberikan rasa nyaman
Bukan yang menambah derita
2021-09-08
1
Ami💞4hy🥀
tokok aja syadam Del pake pulpen, gregetan deh ditanya jwbnya GT doang 🙄
2021-09-06
1