Aku berlari kecil menuju kantorku yang terletak beberapa meter lagi didepanku, bangunan megah dan kokoh tempatku bekerja sudah terlihat. Aku bekerja disalah satu Bank swasta terbesar di Indonesia sebagai customer service, perjuanganku untuk bergabung bersama bank ini tidaklah mudah, persaingan yang ketat, kedisiplinan dan semangat kerja yang tinggi harus dimiliki oleh setiap karyawannya. Aku selalu datang lebih awal dari jam masuk kerja yang sudah ditentukan, bahkan aku sering menjadi orang pertama yang datang di kantor.
Tidak seperti hari biasanya, hari ini aku bangun terlambat, entah kenapa alarm tidak terdengar sama sekali atau memang mimpiku semalam yang membuatku sulit untuk terbangun dipagi hari.
Semalam aku bermimpi, Fariq membawaku untuk berkunjung ke rumahnya dan di dalam mimpiku rumah Fariq begitu ramai sekali seperti sedang melaksanakan pesta pernikahan, aku sangat bingung dan merasa takut datang ke rumahnya, sampai pada akhirnya aku bertemu dengan ayah dan ibunya, seperti yang aku takuti selama ini saat ayahnya melihatku, beliau seketika marah besar karena mengetahui dan tidak menyetujui hubunganku dengan Fariq. Tak lama aku terbangun, sejujurnya mimpi ini sangat menyeramkan untukku, seramnya melebihi mimpi bertemu hantu.
Tanpa kusadari mimpi semalam sangatlah mengganggu pikiranku saat ini, entah kenapa aku takut itu benar-benar terjadi. Aku takut orangtuanya marah dan menyuruh kami untuk berpisah, tapi aku tidak ingin berpisah dengan Fariq. Bagaimana ini? tanyaku dalam hati, resah..
Hari ini pekerjaanku tidak sibuk, karena memang tidak terlalu banyak nasabah yang datang, jadi aku bisa sedikit bersantai. Bekerja sebagai customer service itu menyenangkan, kami dapat berkomunikasi dengan banyak orang setiap harinya dan membantu kesulitan yang nasabah alami, tapi terkadang kami juga dibuat sangat sibuk oleh pekerjaan jika nasabah yang datang banyak sekali. Tapi tetap saja aku menikmati pekerjaanku.
Beberapa kali Fariq datang ke tempatku bekerja sebagai nasabah hanya untuk melihatku, haha..terkadang dia begitu unik. Aku menyukai dan mencintai apapun yang dia lakukan kepadaku. Aku tidak punya alasan untuk berhenti atau tidak mencintainya, karena untukku dia begitu spesial.
Aku memutar pulpenku ke kanan dan ke kiri, sedikit melamun. Tiba-tiba seseorang menepuk bahuku pelan. Aku terkejut, langsung kuambil beberapa formulir dimeja yang terletak disamping kananku dan seketika berpura-pura sibuk membaca.
Tapi aku mendengar seseorang tertawa dan aku langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut, ternyata sahabatku Reina.
"Kamu pikir yang menepuk bahumu itu Bu Henry ya?" tanya nya masih tertawa.
"Engga lucu, Rei" jawabku kesal.
"Lagipula kamu kenapa? Melamun begitu, ada apa?" tanyanya kembali, sudah tidak terdengar suara tawanya lagi.
"Aku mimpi aneh semalam" lalu aku sudah sibuk menceritakan mimpi semalam kepada sahabatku Reina.
"Setahuku, biasanya mimpi itu kebalikan dari kenyataan, bisa jadi orangtua Fariq sangat setuju kalau dia nikah sama kamu" jawab Reina bersungguh-sungguh.
"Aku engga mau berharap apa-apa, Rei. Aku takut kecewa" jawabku lesu.
"Sudah jangan dipikirkan, mimpi itukan bungan tidur, sudah lupakan saja, ayo semangat, itu ada nasabah, panggil sana daripada melamun" kata Reina sambil membenarkan posisi duduknya.
Tak lama kemudian, akupun sudah sibuk melayani nasabah yang ditunjuk Reina.
* * * *
Tingg... ponselku berbunyi, tanda pesan masuk. Aku membacanya.
From : Fariq
Sayang, aku boleh bicara sesuatu?
Aku mengerutkan keningku saat membaca pesan tersebut. Ada apa ini? tanyaku dalam hati.
To : Fariq
Iya, boleh. Ada apa sayang? Apa kamu baik-baik saja?
Tak lama kemudian Fariq sudah membalas pesanku, biasanya Fariq selalu lama membalas pesan.
From : Fariq
Sayang, sebaiknya kamu cari laki-laki lain yang lebih pantas buat kamu. Aku engga baik untuk kamu.
Seketika badanku terasa dingin, jantungku berdetak lebih kencang, maksudnya apa ini? Kenapa dia tiba-tiba bicara seperti ini? Banyak sekali pertanyaan yang muncul dibenakku saat ini.
To : Fariq
Haha..kamu bercanda ya? Engga lucu ah.
Tiinggg... Fariq sudah membalas lagi, seketika langsung aku membacanya.
From : Fariq
Ini serius, Daisy. Aku engga bercanda.
Kamu bisa cari kenalan lain atau temanmu untuk menggantikan posisiku dan benar-benar layak untuk jadi pasangan kamu, teman hidup kamu, tapi tenang saja, selama kamu mencari penggantiku, aku akan tetap bersamamu.
To : Fariq
Aku engga butuh yang lain, Fariq. Aku cuma butuh kamu, kamu tahu itu.
From : Fariq
Aku tahu, sayang. Tapi aku engga bisa kasih kepastian apapun dalam hubungan kita. Orangtuaku akan mencarikan jodoh untukku.
To : Fariq
Kenapa kamu tiba-tiba seperti ini? Apa jodoh yang ditunjuk orangtuamu sudah ada?
From : Fariq
Belum ada. Tapi aku benar-benar merasa engga pantas untuk kamu.
To : Fariq
Engga! Terserah kamu bilang apa. Aku cuma mau kamu.
Aku langsung mematikan ponselku. Entah kenapa rasanya ingin menangis. Aku hanya menatap langit-langit kamarku, kosong, seperti hati ini jika Fariq pergi dari hidupku, akan terasa kosong. Kupejamkan mataku, mencoba untuk menenangkan diriku.
Esoknya Fariq masih saja memintaku untuk mencari laki-laki lain yang bisa menggantikan dirinya. Sengaja aku tidak mengaktifkan ponselku untuk beberapa hari, karena aku selalu saja kesal setiap kali Fariq mengirim pesan padaku.
Tak terasa tiga bulan sudah berlalu setelah Fariq memintaku mencari penggantinya dan itu membuat hubunganku dengan Fariq sedikit renggang, selama tiga bulan ini juga kami tidak bertemu. Hanya sesekali saja kami bertukar pesan, disaat dia membicarakan untuk mencari pengganti dirinya, aku sengaja tidak membalas pesannya. Dia membuatku frustasi. Semangatku pun turun drastis setiap harinya, aku malas untuk mengerjakan sesuatu, kalau pekerjaanku bisa ditunda, aku hanya ingin berdiam diri dikamarku. Fariq kenapa kamu seperti ini? batinku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments