Firasat Fadhlan

Happy reading 😘😘😘

Bagai dihujam ribuan tombak yang tak kasat mata, hatiku teramat perih ketika mas Arjun mengabarkan bahwa Fadhil telah tiada, melalui panggilan telepon. Tubuhku luruh ke lantai.

"Ada apa, Mbak?" tanya yang terucap dari bibir Asti. Raut wajah adikku itu menyiratkan kekhawatiran.

"Fa-Fadhil meninggal, As."

Asti terkesiap mendengar jawaban yang keluar dari bibirku. Namun, bukan hanya Asti saja yang terkesiap, ibu dan adik bungsuku yang bernama Azizah juga sangat terkejut.

"Tidak mungkin, tidak mungkin cucuku meninggal ...." Tubuh ibuku luruh disertai suara tangisan yang menyayat hati.

Aku segera bangkit lalu meraih tubuh ibu. Aku, Asti, dan Azizah memeluk tubuh ibu yang kini berguncang hebat.

"Ibu ...."

Karena teramat shock, ibuku pingsan. Kami bertiga membopong tubuh ibu kemudian membaringkan beliau di atas ranjang.

.

.

Aku, ibu, mbak Ajeng, dan kedua adikku menyambut kedatangan jenazah Fadhil dengan tangis kesedihan karena duka yang mendalam.

Mas Arjuna membaringkan jenazah Fadhil di tikar yang sudah kami persiapkan di ruang tamu.

"Ya Allah, Le. Apa yang terjadi padamu? Mengapa kamu tega meninggalkan simbah, Dhil?" Ibuku memeluk tubuh Fadhil dan menciumi wajah cucunya yang sudah tidak bernyawa itu disertai isak tangis.

"Di mana Ratna?" tanya yang keluar dari bibir ibu setelah beliau puas menciumi wajah Fadhil yang dipenuhi luka lebam. Raut wajah ibu menyiratkan kesedihan ... berbaur dengan amarah.

"Sedang di perjalanan, Bu ...," jawab mas Arjuna dengan suaranya yang terdengar lirih. Kentara sekali, mas Arjuna berusaha menahan rasa sesak di dalam dada.

"Ibu ... maafkan anakmu ini!" Mbak Ratna yang baru saja tiba di rumah bersama Ryan, bersimpuh di hadapan ibu seraya memohon ampun.

PLAK

Ibu menampar mbak Ratna, meluapkan rasa amarah.

"Kamu apa-kan cucuku, hah?" Ibu melontarkan kalimat tanya disertai tatapan nyalang. Amarah beliau meletup-letup.

"Bu, adik terpeleset di kamar mandi ...," lirih mbak Ratna.

"Ora mungkin ...," (Tidak mungkin) tandas ibu tidak percaya.

"Siapa pria itu, Na?" Ibu menggulirkan pandangannya ke arah seorang pria yang berdiri di belakang mbak Ratna. Pria itu, Ryan.

"Di-dia ... Mas Ryan, Bu. Calon suami Ratna."

Ibu terkesiap mendengar pengakuan mbak Ratna. Namun, bukan hanya beliau saja yang terkesiap. Aku, Asti, Azizah, mas Arjuna, mas Bima, dan para tetangga yang berada di rumah kami pun sangat terkejut. Selama ini, mbak Ratna tidak pernah bercerita pada kami bahwa ia memiliki seorang calon suami.

"Astaghfirullah ...." Tetiba pak Ridwan, salah seorang tetangga kami memekik.

"Ada apa, Pak?" tanya yang keluar dari bibir mas Bima karena terkejut mendengar pekikan pak Ridwan.

"Jika dilihat dari luka lebam di wajah Fadhil, sepertinya ... dia meninggal bukan karena terpeleset di kamar mandi, Bim."

Seketika, tatapan berpasang-pasang mata mengarah ke janazah Fadhil yang terbaring di atas tikar.

"Ada gunting?"

"Ada, Pak." Aku segera mengambil gunting lalu menyerahkannya pada pak Ridwan.

Setelah menerima gunting dariku, pak Ridwan menggunting pakaian yang masih melekat pada tubuh Fadhil dengan sangat hati-hati.

"Astaghfirullah ...." Suara pekikan terdengar bersamaan tatkala terlihat jelas luka lebam yang memenuhi tubuh Fadhil.

Amarah ibu semakin memuncak. Beliau mengambil pisau di dapur dan bersiap menghujamkannya ke tubuh Ryan. Ibu teramat yakin, Fadhil meninggal bukan karena terpeleset di kamar mandi, melainkan dibunuh oleh Ryan.

Gegas, aku dan Asti meraih tangan ibu. Sekuat tenaga kami berusaha mencegah beliau.

Merasa terancam, diam-diam Ryan pergi meninggalkan rumah kami. Pria laknat itu melarikan diri entah ke mana. Beberapa tetangga kami berusaha mengejarnya. Namun tidak berhasil.

Aku, Asti, Azizah, dan mbak Ajeng berusaha menenangkan ibu. Sebenarnya, bukan hanya beliau saja yang teramat marah. Aku dan saudara-saudaraku, serta para tetangga yang melihat luka lebam di seluruh tubuh Fadhil pun juga sangat marah. Ingin rasanya, kami menghajar pria laknat itu hingga nafasnya habis.

"Kurang ajar kowe, Na. Tegel kowe mateni anakmu dewe." (Kurang ajar kamu, Na. Tega kamu membunuh anakmu sendiri)

Ibu memukuli tubuh mbak Ratna dengan tangan kosong seraya meluapkan amarah yang semakin menjadi.

"Ampuni Ratna, Bu. Ratna benar-benar memohon ampun karena tidak bisa menjaga Fadhil ...," pinta mbak Ratna disertai buliran bening yang setia membasahi wajahnya.

Ibu mengepalkan tangannya. Beliau menghela nafas dalam dan sejenak memejamkan netra untuk meredam amarah.

"Astaghfirullah ... astaghfirullah." Ibu berusaha menenangkan diri dengan melantunkan istighfar sembari memegang dadanya yang serasa sesak.

"Nin, bagaimana? Kita laporkan calon suami mbakyumu itu pada penegak hukum atau menutup kasus ini?"

Aku membuang nafas kasar dan berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh pak Pahing. Beliau salah seorang sahabat almarhum bapak yang sudah ku anggap sebagai bapakku sendiri.

"Pak, Anin akan meminta persetujuan dari keluarga Jogja dan keluarga MG terlebih dahulu sebelum memberi keputusan. Jujur, Anin menginginkan pria laknat itu dihukum seberat-beratnya jika memang dia terbukti telah menganiaya dan membunuh Fadhil."

Pak Pahing mengangguk samar dan menepuk pundakku.

Aku segera menghubungi salah seorang kakak ipar mbak Ratna yang berada di kota MG untuk mengabarkan berita duka kepada beliau. Tak lupa, aku juga menghubungi mas Yusan. Beliau salah seorang anggota DPR yang menganggapku sebagai adiknya sendiri.

Dua jam berlalu, mas Yusan tiba di rumah bersamaan dengan keluarga dari MG.

Kakak ipar mbak Ratna yang bernama mbak Mala, menangis histeris tatkala melihat jasad Fadhil yang sudah tidak bernyawa.

"Ya Allah, Le. Seharusnya, budhe tidak mengijinkanmu ... ikut bersama dengan ibumu. Firasat Fadhlan begitu kuat. Kembaranmu itu terus saja memanggil namamu. Ia mengeluh sekujur tubuhnya terasa sakit, seolah ada seseorang yang menghajarnya. Dan sekarang, kembaranmu itu ... demam, Dhil. Dia sangat merindukanmu ...."

....

🍁🍁🍁🍁

Bersambung .....

Mohon maaf jika ada typo 🙏

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak like 👍

Beri komentar, gift, atau vote jika berkenan 😊😊😊🙏

Klik ❤ untuk fav karya

Trimakasih 😘😘😘

Terpopuler

Comments

Jumadin Adin

Jumadin Adin

ryan hukum seberat beratnya,dia bkn manusia,dia seperti jelmaan iblis

2021-12-28

1

Ria Diana Santi

Ria Diana Santi

Si Ryan harus di hukum. Kalau perlu eksekusi mati aja sekalian, Kak!😤😤

Ikatan batin diantara saudara kembar itu memang sangat kuat!

Sekarang, mereka harus berpisah ruang dan waktu yang berbeda. Kasihan kalian. 😭😭

2021-10-06

3

🌹Dina Yomaliana🌹

🌹Dina Yomaliana🌹

masa kepeleset di kamar mandi aja bisa langsung meninggal🥺🥺🥺 kecuali kalau emang kepalanya terbentur benda tumpul yang ada di kamar mandi😫😫😫 kasihan Fadhil😭😭😭 tapi aku yakin Fadhil bukan jatuh, melainkan dibunuh sama Ryan😠😠

bukan laknat lagi si Ryan mah😫 udah jadi setan banget itu, ngak punya hati nurani🥺

2021-09-10

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!