Pukul empat pagi alarm di ponselku berbunyi. Dengan mata mengantuk aku mematikan alarmku. Aku selalu berusaha langsung bangun setelah alarm berbunyi, agar tak kembali tertidur. Karena hari ini aku berencana keluar sampai malam, maka aku menyiapkan bekal makan siang sekaligus makan malam untuk ibuku dan aku sendiri. Belajar memasak otodidak sedari kecil membuat kemampuan masakku bisa dibilang mahir untuk level rumahan. Wulan kecil yang bosan setiap hari dengan menu tahu, tempe, telur, nugget dan makanan instan lainnya mulai belajar memasak dari kumpulan majalah memasak yang dimiliki ibunya.
qqSelesai mengosongkan kandung kemihku, aku memasukkan baju-baju kotor kemarin kedalam mesin cuci yang terletak disamping kamar mandi. Kumasukkan detergen lalu kunyalakan mesin cuci. Membiarkan mesin cuci bekerja dengan semestinya, aku menuju dapur untuk memulai memasak.
Hari ini aku menyiapkan nasi goreng jawa untuk sarapan dan ayam rica kemangi untuk bekal makan siang dan makan malam.Aku berdendang ringan untuk mengusir bosan dan kantuk selama kegiatan memasak. Butuh waktu hampir 2 jam aku memasak, sehingga aku sedikit tergesa untuk mempersiapkan diri berangkat ke sekolah.
Ibu sudah bangun dan berada di kamar mandi saat aku selesai memasak.
"Bu, tolong agak cepat ya di kamar mandinya. Sudah cukup siang, nanti kita terlambat," aku meneriakki ibuku dari luar pintu kamar mandi. Aku tak mendengar jawaban ibuku tapi aku yakin beliau mendengarnya.
Sambil menunggu ibu selesai mandi aku menjemur pakaian yang telah dicuci. Selesai menjemur kamar mandi telah kosong. Aku segera masuk dan mandi. Tak ingin berlama-lama, 10 menit aku telah selesai mandi lalu bersiap-siap berangkat sekolah. Keluar kamar, kulihat ibu sudah menungguku di meja makan untuk sarapan.
"Pagi, Bu." aku menyapa ibuku untuk mencairkan suasana kaku akibat perdebatan semalam.
"Hhmmm," ibu hanya menjawab dengan gumaman.
Sambil makan aku mencoba mengajak ibuku berbincang. "Bu, untuk bekal makan siang dan makan malam aku memasakkan ayam rica kemangi kesukaan ibu."
"Ya." jawabnya singkat. Rupanya ibu masih kesal padaku.
Aku hanya bisa diam menghadapi ibuku yang kesal. Aku tak mau ikut menebarkan bensin dalam api amarah ibu. Dengan mendebatnya, sama saja aku menyiram api dengan bensin. Aku dan ibu telah selesai sarapan. Aku membereskan meja dan mencuci piring. Waktu sudah menunjukkan pukul 6.30 saat aku keluar menuju pintu depan. Ibu sudah di teras memanaskan mesin motornya bersiap berangkat kerja. Kami hanya memiliki satu motor dan digunakan oleh ibu untuk pergi dan pulang bekerja. Sementara aku lebih memilih nebeng pada Lisa untuk berangkat dan pulang dari sekolah.
"Bu, aku berangkat sekolah dulu," aku mengulurkan tangan untuk mencium punggung tangan ibuku tapi tak mendapat respon. Menghadapi hal itu aku hanya bisa diam.
"Aku nanti pulang malam ya, Bu. Ada acara." Bukan pamit, hanya sekedar pemberitahuan karena ibuku sebenarnya tak mengijinkan aku pergi dengan Ryo.
"Acara keluyuran dengan pria miskin!" ibu mengomentari perkataanku dengan sengit.
"Ibu tak akan berkata begitu jika aku keluar dengan Deni" aku menjawab perkataan ibuku dengan ketus. Tekad hanya tinggal tekad saat semalam aku ingin berbaikan dengan ibu.
"Setidaknya Deni kaya dan bisa menjagamu. Membawamu kemana-mana dengan mobilnya, tidak dengan motor butut seperti Ryo!" ibu mulai meninggikan suaranya.
"Menjagaku? Aku masih perawan. Ryo juga bisa menjagaku jika hal itu yang ibu maksud. Justru aku tak yakin aku masih perawan atau tidak saat ini jika aku berpacaran dengan Deni. Mungkin ibu akan bangga jika aku menyerahkan keperawananku pada Deni!" balasku tak kalah sengit.
"Kamu sudah berani melawan ibu ya!" ibu mulai mendelik padaku, pertanda dia mulai terbakar amarah.
Huuhh. Aku hanya bisa mendengus kasar meredam amarah. "Aku pamit Bu." Aku tak menggubris ibuku yang mulai bersungut-sungut ingin mengomeliku. Selain enggan melanjutkan perdebatan, aku tak ingin terlambat sampai di sekolah.
Dengan sedikit tergesa aku menuju gang rumah Lisa. Lisa sudah menunggu diatas motornya.
"Tumben aku yang nunggu," kata Lisa menyambutku.
"Emak ngomel pagi-pagi. Biasa, dia ga suka aku jalan sama Ryo", jelasku pada Lisa sambil naik ke atas motornya.
Sambil mengomel padaku Lisa mulai melajukan motornya, "Lagian kamu, Lan. Ada pria yang jauh lebih tampan dan kaya naksir kamu malah pilih yang, sorry to say ya, miskin. Aku jadi ibu kamu mungkin juga ga bakalan setuju"
"Ah, kamu itu sahabatku atau sahabat ibuku sih?! Lagian yang naksir dia, aku tidak. Dia terlalu sombong, menganggap semua wanita pasti bertekuk lutut padanya. Pria mesum seperti Deni. Cih, Ora sudi aku!" Aku menyanggah kesal ucapan Lisa, juga ucapan ibuku yang tadi enggan aku ungkapkan langsng pada beliau.
Lisa hanya tertawa menanggapi ucapanku. Karena Lisa tahu, saat aku menggunakan Bahasa Jawa dalam ucapanku artinya aku benar-benar sedang kesal.
Pagi itu aku lalui dengan perasaan kesal. Semoga di sekolah nanti tak ada kejadian mengesalkan lagi. Harapku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments