Ketika masuk ke dalam....para karyawan berdiri menyapanya dengan membungkuk hormat. Aditya hanya berjalan tanpa menengok sedikitpun kearah para karyawannya itu. Ia berjalan masuk ke dalam lift menuju lantai atas ruangannya disusul Andi yang berjalan dibelakangnya.
Saat sampai dilantai atas, Sekertaris May berdiri menyapanya. Aditya hanya berjalan masuk ke dalam ruangannya.
“Persiapkan rapatnya sekarang...dalam dua menit, mereka semua harus ada di ruang rapat.” Perintahnya sambil berdiri didepan Andi.
“Baik....tuan.”
Andi langsung pergi untuk mempersiapkan rapatnya, sedangkan Aditya sedang bermain lempar panah dipapan Dartnya yang tertempel didinding Ruang Kerjanya. Ia sering melakukan itu untuk mengusir rasa bosannya.
Tak lama kemudian, Andi masuk ke dalam ruangannya.
“Tuan....semua orang sudah berkumpul di Ruang Rapat.”
“Kamu terlambat satu menit....gaji dipotong.” Tegasnya.
“Hah....dipotong lagi.” Sahutnya dengan wajah kagetnya.
“Kenapa......tidak senang?”
“Saya senang tuan. Senang sekali.” Balasnya sambil tersenyum paksa.
“Ayo....”
“Baik...”
Mereka berdua berjalan menuju Ruang Rapat, Andi berjalan dibelakang sambil berbicara dalam hatinya.
“Cuma bisa menurutinya saja. Kalau tidak....bisa – bisa aku dilempar ke Amerika. Kakak benar – benar kejam, masa saudara sendiri dikasi begitu. Kalau begini terus, gajiku bulan ini akan habis. Istriku yang cerewet itu bisa mengamuk lagi. Haaaa.....kakak ipar, kembalilah tolong kami” Dalam hati Andi.
Ketika sampai....Aditya langsung masuk dengan gaya dinginnya didepan para karyawannya. Mereka semua berdiri menyapa Aditya, ada sekitar 15 karayawan yang ikut rapat saat itu.
“Selamat pagi....Tuan Muda.” Sapanya bersamaan.
Aditya hanya duduk tanpa membalas sapaan mereka. Setelah Aditya duduk, mereka juga ikut duduk bersama. Andi berdiri disamping Aditya.
“Andi...” panggil Aditya.
Dengan sigap, Andi menyuruh mereka mulai rapatnya.
“Silahkan mulai rapatnya.” Pintanya dengan tegas didepan karyawan Aditya.
Satu persatu memulai membahas tentang proyek baru yang akan mereka lakukan. Mereka naik satu persatu membahas proposal milik mereka masing – masing didepan Aditya.
Aditya hanya bersandar dikursinya sambil memejamkan matanya. Meskipun begitu, para karyawan masih tetap melanjutkan presentasinya karena mereka tahu kalau Aditya selalu memperhatikan setiap detail pekerjaan mereka apalagi Aditya terkenal serius dalam bekerja.
Selama dua jam lebih sudah ada 10 karyawan yang sudah naik, tiba – tiba Aditya memijat pinggir alisnya tapi ia masih memejamkan matanya didepan mereka. Seketika, mereka menghentikan aktivitasnya karena sudah melihat bosnya seperti itu. Itu sudah biasa, jika Aditya sudah begitu maka presentesi karyawannya itu tidak memuaskan.
“Lanjutkan lagi yang berikutnya.” Perintahnya dengan tegas.
“Baik...tuan.” Balasnya bersamaan.
Salah satu karyawan naik mempersentasikan proposalnya, lagi – lagi itu tidak membuatnya puas.
Aditya membuka matanya dan melihat didepan para karyawannya dengan wajah seriusnya.
“Cukup....tidak ada dari kalian yang bisa membuatku puas. Kalian bagi saja dua kelompok, buat satu proposal yang bagus. Tiga hari lagi aku ingin melihat kerja kalian, yang aku inginkan adalah ide emas kalian bukan ide sampah yang kalian berikan padaku. Aku hanya butuh satu proposal yang bagus, yang memiliki proposal bagus akan langsung menjadi pemegang proyeknya tapi bagi yang tidak memuaskan, kalian langsung kupindahkan ke kantor cabang.” Tegasnya dengan lantang.
“Baik.....Tuan Muda.” sahutnya bersamaan.
Mereka semua terlihat khawatir dan takut karena ancaman Aditya pada mereka. Kalau mereka sampai dipindahkan ke kantor cabang, itu berarti jabatan mereka diturunkan.
Setelah selesai rapat, Aditya keluar dari Ruang Rapat menuju Ruangannya bersama dengan Andi. Ia duduk dikursi kerjanya sambil bersandar dikursi kerjanya.
Saat itu Andi menerima telfon dari seseorang....
“Tuan....saya permisi terima telfon.”
“Eem...”
Andi keluar dari ruangan Aditya. Beberapa menit kemudian, Sekertaris May mengetuk pintu ruangannya.
“Masuk....”
May langsung masuk dan berjalan kearah Aditya yang sedang duduk dikursi kerjanya. Ia memegang beberapa dokumen yang harus ditanda tangani Aditya.
“Ini dokumen yang harus Anda tanda tangani, Tuan.” Ucapnya sambil meletakkan dokumennya dimeja kerja Aditya.
Aditya mengambil dokumennya dan menandatangani dokumen yang dibawa May. Setelah selesai, ia menyodorkan dokumennya didepan May. May mengambil dokumennya tapi ia masih berdiri didepan Aditya.
“Apa ada lagi yang ingin kamu katakan?” Tanya Aditya dengan datar.
“Ada wartawan yang menghubungi saya, dia ingin mewawancarai Anda, Tuan.”
“Apa mereka sudah bosan menjadi wartawan, berani sekali mereka sampai menghubungi karyawanku?”
“Mereka bilang, tidak bisa menghubungi asisten Anda, jadi mereka menghubungi saya.” Jelasnya.
“Apa kamu sudah lupa peraturan sebagai sekertarisku?” Tanya Aditya dengan wajah dinginnya.
“Tidak banyak bicara, dan hanya melakukan pekerjaan kantor.”
“Kamu sudah tahu tapi masih banyak bicara, semua itu bukan urusanmu tapi urusan asistenku. Kalau kamu banyak bicara lagi, aku akan langsung menggantimu.”
“Saya mengerti Tuan Muda.”
“Satu lagi, kalau ada wartawan yang menghubungimu lagi. Kamu serahkan saja pada Andi.”
“Baik tuan.”
“Keluarlah....”
“Baik....” Balasnya sambil membungkuk hormat.
May pun keluar dari Ruangan Aditya. May merupakan sekertaris yang kompeten, ia dikenal sebagai wanita yang kaku diantara para karyawannya karena selalu berwajah serius didepan mereka.
Beberapa menit setelah May keluar, Andi masuk ke dalam ruangan Aditya. Ia melihat Aditya sedang duduk dikursi sambil menyandarkan kepalanya dikursi.
“Tuan....saya ingin melaporkan sesuatu.”
Aditya menegakkan tubuhnya ketika mendengar ucapan Andi.
“Apa?”
“Saya sudah menemukan keberadaan kakak ipar.”
Seketika wajah Aditya berubah kaget.
“Dimana wanita itu sekarang?” Tanya Aditya dengan wajahnya yang serius.
“Dia ada di Amerika. Ternyata selama ini kakak ipar tinggal di Amerika, dia tidak pernah meninggalkan tempat itu.” Jawabnya dengan serius.
“Jelaskan....kenapa dia ada di Amerika, tapi kamu tidak bisa menemukannya?”
“Dia mengganti namanya menjadi Kya Caroline, dia menjadi anak angkat Tante Rosa. Setahun lalu, dia meninggalkan rumah Tante Rosa dan hidup mandiri bersama adiknya dan.....”
Andi tidak berani melanjutkan ucapannya didepan Aditya. Ia takut kalau itu membuat Aditya emosi.
“Dan siapa....kenapa tidak melanjutkan ucapanmu?” Tanya Aditya sambil mengerutkan keningnya.
“Kakak ipar tinggal dengan adiknya dan anaknya yang berumur 7 tahun.”
Aditya langsung mengepalkan tangannya ketika mendengar ucapan Andi. Wajahnya terlihat marah.
“Lanjutkan.” Pintanya dengan wajah dinginnya.
“Kakak ipar sekarang bekerja di sebuah perusahaan fhasion di Amerika sebagai Manajer Pemasaran.”
“Dalam sepuluh hari kamu harus menghubungi semua pemegang saham dari perusahaan itu, dan beli saham mereka. Berapapun harga yang mereka minta kamu berikan sedangkan perusahaan Tante Rosa, buat perusahaannya tidak bisa bekerja sama dengan perusahaan lain. Dalam tiga hari, kamu harus membuat perusahaan Tante Rosa bangkrut.” Tegasnya.
“Tapi.....itu perusahaan Bagas.”
“Jangan menyebut nama itu didepanku. Kalau kamu tidak bisa melakukannya, aku bisa menyuruh orang lain melakukan semua pekerjaanmu.” Tegasnya.
“Baik...akan saya lakukan.” Balasnya sambil membungkuk hormat.
“Lakukan sekarang.”
“Baik....”
Andi keluar Ruangan Aditya dan mulai melakukan tugas yang diperintahkan Aditya.
Ketika Andi keluar, Aditya berjalan kearah sebuah lemari kaca yang dipenuhi dengan berbagai macam minuman beralkohol. Ia mengambil salah satu botol minumannya dan mengambil gelas kaca minumannya. Ia menuangkan minumannya kedalam gelasnya. Ia langsung meneguk minuman yang ada digelas minumannya. Ia kemudian mengingat ucapan Andi tadi, kalau Kyra mengganti namanya. Ia berpikir kalau Kyra mengganti namanya untuk bersembunyi darinya.
“Jadi kamu begitu membenciku sampai mengganti namamu untuk bersembunyi dariku, kamu sungguh berani Kyra...” Gumamnya dengan wajahnya yang marah.
Seketika, ia melempar gelas yang ia pegang ke dinding Ruangannya. Sekertaris May kaget mendengar suara keras didalam ruangan bosnya itu. Tapi.....ia hanya diam sambil memandang ruangan bosnya.
Setelah melempar gelasnya, ia melemparkan dirinya dikursi sambil memegang kepalanya. Ia kemudian memejamkan matanya mencoba menenangkan dirinya.
Bersambung.
Berikan Like kalian untuk Aditya yah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Haji Mulyati
episode 16
2021-10-10
0
kakaika
kamu ga tau betapa hancurnya aditya. kamu tega kyra 🥺
2021-06-06
0
Nur Aini Tarigan
sahabat nya bukan sahabat baik karena melihat masalah dari satu sisi aja
2021-06-04
0