Louvre Gallery of Art ....
Kompetisi melukis yang diadakan Louvre grup, sengaja dilakukan oleh pihak management, karena sebentar lagi perusahaan seni ini akan membuka pameran lukisan untuk umum dan terbuka. Siapapun bisa memajang lukisannya di gallery seni Louvre, asalkan memenuhi syarat kompetisi dan menjadi pemenang terpilih oleh pemilik Louvre grup.
Semua pandangan tertuju pada Daniel, si kecil yang paling muda, yang berani mengikuti kompetisi besar ini. Daniel tak mengerti mengapa mereka melihat dirinya dengan tatapan yang mencolok. Namun, Daniel tetap fokus pada kanvas besar dihadapannya. Beberapa juri melihat kearah Daniel.
Mereka semua tak menyangka, Daniel adalah peserta termuda yang mengikuti lomba ini. Saat tiba waktu melukis, Daniel memanfaatkan waktunya dengan baik. Ia mulai melukis sesuai dengan keinginannya. Lukisan kali ini, akan Daniel buat semenarik mungkin, agar juri melihat lukisannya.
Satu jam berlalu, beberapa juri menilai satu persatu lukisan yang telah dipamerkan. Dan ... betapa tercengangnya para juri, ketika melihat lukisan Daniel. Mereka mendekat kearah Daniel. Anak sekecil itu mampu melukis dengan kehebatan seperti yang dimiliki orang dewasa.
"Lukisan mengagumkan. Aku terpesona dengan lukisan ini!" Ucap salah seorang kurator seni.
"Aku berpikir demikian. Bukankah ini adalah karya terbaik yang pernah aku lihat?"
"Ya, betul. Kita harus segera memberi tahu CEO, agar ia melihat lukisan tersebut," tambah sang kurator.
"Aku akan segera menghubunginya." ujar Liem Gifran, salah satu juri.
"Lukisan ini layak mendapat apresiasi besar. Sungguh, selama bekerja di bidang seni, aku baru menemukan lukisan indah seperti ini. Lukisan yang sangat-sangat layak disandingkan dengan lukisan yang dibuat oleh pelukis terkenal," seru Sarah Winn, selaku manager Louvre.
"Tuan Gavin pasti bangga pada anak genius ini. Segera kita kabari Sekretaris Aaron, agar menyampaikannya pada Tuan Gavin,"
Beberapa saat kemudian, lukisan Daniel dianggap sebagai pemenang ke 1. Juri sepakat untuk membuat Daniel menjadi juara satu. Hingga kabar anak kecil yang genius dalam melukis itu terdengar di telinga sang CEO, Gavin Alexander.
Gavin tak mengerti, kenapa anak sekecil itu mampu melukis dengan sangat hebat. Sebuah perintah tiba, mengatakan bahwa Daniel harus menghadap Gavin Alexander. Daniel sama sekali tak mengerti, tapi Samuel mencoba untuk menenangkan Daniel dan membuat semua kembali rileks.
"Besok, kau diminta untuk datang lagi ke perusahaan ini, kau akan bertemu dengan CEO dari Louvre Gallery. Kau adalah pemenangnya, Daniel! Kau hebat! Benar dugaanku, bahwa kau memiliki bakat hebat terpendam. Aku benar-benar bangga padamu, Niel," Samuel menepuk-nepuk pundak Daniel.
"Uncle Bos, CEO itu apa? Kenapa CEO ingin menemuiku?'
"CEO adalah pimpinan tertinggi perusahaan seni ini. Bagus lah, jika CEO meminta bertemu denganmu. Mungkin dia akan mempertimbangkan lukisanmu. Bukankah itu kabar baik?" tanya Samuel.
"Aku tak ingin sendiri bertemu dengan CEO," keluh Daniel.
"Aku akan menemani kau bertemu dengan CEO Louvre. Apa kau siap?"
"Iya, Uncle. Aku takut CEO itu galak dan selalu marah-marah." ujar Daniel polos.
"Tenang saja, ada aku di sampingmu. Ayo, kita makan siang bersama dengan seluruh management dan peserta lomba. Kau adalah yang terbaik, Niel."
"Oke Uncle Bos ...."
...*****...
Sore ini, Ellea harap-harap cemas menanti kedatangan Samuel dan putranya. Ellea penasaran, bagaimana hasilnya kompetisi lukisan yang diikuti Daniel. Selang beberapa menit kemudian, Samuel dan Daniel datang dengan wajah lesu dan murung. Ellea kaget melihat ekspresi Daniel dan Samuel. Ellea pun langsung menghampiri putranya.
"Bagaimana? Bagaimana kompetisinya? Ada apa dengan kalian? Kenapa wajahmu begitu murung, Nak? Apa yang terjadi padamu?" Ellea sedikit khawatir.
"Tak apa-apa, Ellea. Mungkin Daniel belum diberi kesempatan," ucap Samuel.
"Ah, begitu ya Pak. Tak apa-apa, karena ini adalah pertama kalinya untuk Daniel. Masih banyak waktu dan kesempatan agar bisa lebih baik lagi. Jangan sedih ya, sayang ... It's Ok, no problem ... Mommy proud of you!" Ellea memeluk Daniel yang terlihat sedih.
"Mommy ..." ucap Daniel menatap wajah Ellea.
"Yes, baby? Why? Ada apa?"
"Aku diminta untuk bertemu dengan CEO. Aku tak tahu, CEO itu apa," ujar Daniel.
"Apa? Kenapa kau harus bertemu dengan CEO? Apa yang telah kau lakukan, Niel?" Ellea kaget.
"Karena Daniel ... adalah pemenangnya, Ellea!" Ucap Samuel mengagetkan Daniel.
"Oh my God, benarkah? Apa kalian berbohong? Aku sungguh tak memercayai ucapan anda, Pak." Ellea masih shock.
"Yes, Mommy ... aku adalah pemenangnya. CEO meminta aku bertemu dengannya. Besok, aku harus datang lagi ke galeri itu. Apa kau mengizinkanku?" tanya Daniel.
"Tapi, kenapa kau harus bertemu dengan CEO-nya? Untuk apa harus ada pertemuan seperti itu? Niel, kau masih terlalu kecil untuk melakukan semua itu. Aku tak ingin kau terbebani dengan hal yang tak seharusnya kau jalani. Kau masih kecil, masa kecilmu harus bahagia. Jika kau fokus pada seni dan lukisan-lukisan itu, waktu golden age mu akan sia-sia. Mommy tak ingin kau kehilangan kebahagiaan masa kecilmu. Sudahlah, tak usah bertemu dengan CEO itu. Mommy rasa, hal itu akan memberatkanmu nantinya. Mommy takut, banyak peraturan aneh yang dibuat oleh mereka si penggila harta," cerca Ellea yang kini tak rela jika Daniel harus terlibat dengan sebuah perusahaan seni.
"Tidak, Ellea. Tidak seperti itu. Pertemuan ini, hanya sebatas rasa terima kasih CEO karena Daniel telah bekerja keras melukis dengan baik. Kompetisi ini, hanya berlanjut sampai pameran seni terbesar di Louvre gallery nantinya. Dan karena Daniel pemenangnya, lukisan yang telah ia lukis akan dijejerkan di pameran seni nantinya. Hanya seperti itu saja, tak lebih. Aku tak memaksakan hal itu. Tapi, sayang sekali pencapaian yang telah Daniel lakukan." Bujuk Samuel.
"Baiklah, Pak. Tapi, hanya sampai pameran seni saja, ya ... aku tak ingin Daniel terlalu sibuk melukis hingga ia lupa, bahwa ia masihlah anak-anak yang membutuhkan masa kecil sesuai usianya."
Samuel mengangguk, "Aku paham, hati dan perasaan seorang Ibu itu seperti apa,"
"Terima kasih, Pak ..."
...*****...
Keesokan harinya ....
Pertemuan dengan CEO Louvre gallery dilaksanakan saat jam makan siang. Samuel pun telah membawa Daniel untuk bertemu dengan Sang CEO, Gavin Alexander. Pertemuan diadakan di ruang pribadi khusus CEO dan jajarannya. Sebuah kehormatan bagi Samuel dan Daniel, dapat masuk ke ruangan khusus CEO.
Selama bekerja di Louvre Gallery, bahkan Samuel pun tak pernah menginjak ruangan mewah ini. Samuel baru tahu, jika di perusahaan tempatnya bekerja, ada sebuah ruangan yang sangat megah, bak di hotel-hotel berbintang lima.
"Selamat siang, Sekretaris Aaron. Dia adalah pemenang kompetisi melukis tempo hari. Aku mengantarnya, karena aku yang membawanya kemari." Ujar Samuel.
"Baik. Tapi, CEO tak ingin ada orang lain yang masuk selain anak ini. Bisakah kau menunggunya diluar, dan membiarkan dia masuk kedalam ruangan sendiri? Ini perintah langsung dari Tuan Gavin."
"Ah, bagaimana ini? Daniel, apa tak apa jika kau masuk kedalam sendirian? Uncle akan menunggumu di sini. Uncle tak akan ke mana-mana. Kau menurut saja, ya?" bujuk Samuel.
"Uncle, aku takut ..." Daniel bersembunyi dibalik tubuh Samuel.
"Tidak apa-apa. Tuan Gavin hanya ingin mengenalmu saja, anak pintar." Rayu Aaron.
Setelah berhasil dirayu, Daniel pun mau masuk sendiri tanpa ditemani oleh Samuel. Aaron mengantarnya masuk, dan memperkenalkan Daniel pada Gavin Alexander. Daniel berada dibelakang Aaron. Daniel ketakutan, karena ini adalah kali pertama baginya bertemu dengan orang asing yang disebut CEO.
"Selamat siang, Tuan. Saya sudah bersama dengan anak yang menjadi juara melukis tempo hari. Daniel, namanya." Ucap Aaron dengan hormat
"Bagus. Silakan kau tinggalkan ruangan ini!" Titah Gavin pada Aaron.
"Baik, Tuan. Daniel, silakan kau duduk," tambah Aaron.
Pandangan pertama itu terjadi. Gavin menatap Daniel dalam-dalam. Seakan Gavin berkaca pada dirinya di masa kecil. Daniel begitu mirip dengan Gavin saat usia Gavin sekitar 5-6 tahun. Berkali-kali, Gavin memicingkan matanya, bola mata anak itu sama persis dengan miliknya. Sungguh hal yang tak diduga, batin Gavin.
"Siapa namamu? Kenapa kau mirip denganku?" tanya Gavin spontan tanpa basa-basi.
"Namaku Daniel. Mirip denganmu? Kurasa tidak, Uncle. Kata Mommy, aku sangat tampan! Bahkan, tak ada yang mengalahkan ketampananku. Jadi, tentunya lebih tampan aku, daripada Uncle. Tapi, Uncle juga tampan, kok." Jawab Daniel sangat-sangat polos.
Ck, sial. Kenapa anak ini menyebalkan sekali? Berani-beraninya membantah ucapan seorang Gavin Alexander! Batin Gavin dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
susi 2020
😎😎😎
2023-05-07
0
susi 2020
😍😍😍
2023-05-07
0
Kastinah
hasil dari kamu bercocok tanam dalam semalam Gavin
2022-01-24
0