chapter 4

B.liliana.

❤ 🗨

1250 suka

B.liliana. Off day is self-care day

216 komentar

Setelah mengunggah selfie dengan caption, “Off day is self-care day.”, Lili meletakkan ponselnya kembali ke atas meja rias. Ia lalu menjatuhkan tubuhnya ke kasur, mendesah panjang. Kakinya masih pegal sisa tampil semalam, tapi toh hari ini ia sedang libur.

"Yah, mending capek manggung daripada capek dengerin ocehan Eomma," gumamnya sambil menatap langit-langit kamar.

Bukannya bersantai seperti niat awal, Lili malah bangkit lagi beberapa menit kemudian. Ia berjalan terpincang pelan ke arah luar kamar, lalu menuju halaman depan rumah. Di tangannya sudah tergenggam selang air yang panjangnya setengah hidup itu.

Tentu saja dia tidak bilang ke ibunya kalau kakinya masih nyeri. Bisa-bisa malah disuruh istirahat total sambil disuapi bubur ayam dan diceramahi tiga babak.

“Lebih baik nyiram bunga sambil konser kecil-kecilan deh,” gumamnya sambil menekan tuas semprotan.

Dengan gerakan lembut dan lagu viral yang dia nyanyikan setengah sadar, Lili pun menyiram tanaman bunga mawar dan kembang sepatu kesayangannya. Suaranya mengalun pelan.

🎵 “Aku jatuh cinta... tapi kamu enggak percaya\~” 🎵

Sesekali, Lili menggoyangkan bahu, tangannya ikut nge-beat, selang pun ikut bergoyang ke kiri-kanan seperti pegang mic panggung.

“Ini lagu sinetron viral, sih. Eomma aja udah bisa nyanyi dari awal sampai ending,” celotehnya sambil tersenyum kecil.

Tiba-tiba, dari arah pagar terdengar suara menyapa nyeleneh, tetapi familiar. “Rajin amat, Mbak Lili. Udah mandi belum tuh? Jangan-jangan cuma nyiram doang, orangnya belum kena air.”

Lili spontan berhenti bernyanyi. Ia mendongak, lalu matanya membulat. Begitu mengenali sosok yang berdiri di seberang pagar, ia langsung menjerit kecil sambil menutup mulutnya.

“Eaaaaaah! Astagaaa... ahjumma!”

Tanpa pikir panjang, ia melempar selangnya sembarangan dan berlari keluar pagar.

“OMO OMO! Ahjumma datang juga akhirnya! Kangen banget, loh! Kenapa baru mampir lagi? Kasian nenek tuh di rumah sendirian. Itu loh, kayak drama Korea yang ditinggal anak-anaknya kerja di kota!”

Wanita paruh baya yang berdiri di depan pagar pun tertawa lepas. Di sampingnya, ada seorang wanita muda membawa kantong besar, tampaknya berisi buah tangan.

“Eh, kamu tuh kalau ngomong, bisa lebih kalem gak sih?” jawab wanita yang dipanggil ‘ahjumma’ itu sambil tersenyum geli. “Suaranya kayak alarm kulkas rusak.”

“Nggak bisa, Ahjumma. Emang udah dari lahir volumenya begini!” sahut Lili semangat. Ia langsung memeluk wanita itu hangat, meski diselingi langkah kecil karena kakinya yang masih sakit.

Wanita itu adalah Bu Ratu—ibunda dari Andra dan Indri. Sudah lama tidak bertemu, mengingat keluarga Bu Ratu memang jarang keluar rumah belakangan ini.

Dulu, waktu pertama kali Bu Ratu bertemu Lili, dia sempat mengira Lili adalah turis nyasar. Soalnya logatnya campur-campur, kadang Indonesia, kadang Korea abal-abal, dan kadang bahasanya dia sendiri.

Akan tetapi, justru karena itu, Bu Ratu merasa betah ngobrol lama. Di antara tetangga-tetangga yang terlalu sering membicarakan harga sayur dan acara gosip, Lili seperti semprotan air segar, literally and figuratively.

“Wah, kamu makin heboh aja sekarang, Li,” ujar Bu Ratu sambil mengelus kepala Lili. “Eh, udah nikah belum?”

Lili mendelik dramatis, bibirnya mencibir manja. “Ih, pertanyaan terlarang banget itu, Ahjumma. Gak usah dibahas-bahas, deh. Ngomong-ngomong, mana anak cowok Ahjumma yang katanya mau dikenalin sama Lili? Jangan-jangan Ahjumma PHP!”

Tanpa sadar, Lili makin semangat ngomong, sementara bajunya yang cuma atasan tiga perempat dan celana pendek membuat seseorang yang baru saja muncul dari balik mobil berdecak sebal.

Dialah Andra.

Tadi dia sempat kembali ke mobil untuk mengambil barang-barang ibunya dan adiknya. Namun, begitu melihat Ibunya sedang ngobrol santai di depan rumah nenek, Andra refleks menghentikan langkah. Tatapannya langsung mengunci pada sosok perempuan yang sedang berbicara–berisik, cerewet– dan bajunya terlalu terbuka menurut standar Andra.

“Kalau itu Indri, udah gue suruh ganti outfit dari tadi,” gumamnya pelan sambil memicingkan mata menilai.

Ratu yang menyadari keberadaan anak sulungnya langsung memanggil, “Andra, sini, kenalan dulu! Ini Lili, tetangganya Nenek.”

Lili otomatis berbalik dan jantungnya berdetak cepat. Dia terdiam. Lelaki itu adalah lelaki yang ada di acara reuni kemarin. Matanya langsung membelalak. Lili bahkan reflek berbisik ke Ratu, “Ahjumma serius? Itu anak Ahjumma?”

Andra memandangnya balik dengan tatapan datar, sementara Ratu malah nyengir puas. “Iyalah! Kenapa? Gak nyangka anak Ahjumma setampan itu?” godanya sambil menjitak manja lengan Lili.

Lili cemberut malu, pipinya bersemu. “Bukan. Ya, agak gak nyangka aja, sih,” jawabnya jujur, menggaruk kepala belakang. Namun, matanya mencuri pandang wajah Andra lagi.

Indri muncul dari belakang, ikut nyengir. “Fix, kayaknya Mba Lili suka abang gue nih,” bisiknya lirih, lalu tertawa pelan.

Andra meletakkan barang, berdiri di samping adiknya. Ia memandangi Lili dari ujung kepala sampai ujung kaki, dan detik itu juga, ekspresi ilfil mulai muncul.

“Kayaknya gue pernah liat lo,” gumam Andra. Matanya menyipit, mencoba mengingat. “Lo penyanyi cafe waktu acara reuni, kan?”

Lili langsung senyum selebar mungkin. “Iya! Wah, masih inget dong sama aku!” jawabnya bahagia, bahkan rambut depannya langsung disampirkan ke belakang telinga dengan gaya ala aktris drama Korea.

Indri dan Ratu melongo. Biasanya Andra gak pernah ingat sama perempuan. Namun, ini? Kok bisa?

“Abang inget Mba Lili?” pancing Indri.

Andra mendengus. “Ya jelas. Penyanyi dengan suara bagus, tapi cara manggungnya over. Bajunya juga,” ia melirik ke arah celana pendek Lili sekilas. “Ck. Udahlah. Jelas bukan tipe gue!”

Lili yang mendengar itu cuma nyengir, padahal dalam hati dia udah teriak, “Tipe lo atau bukan, nanti juga lo jatuh cinta!”

“Eh, Bang, umur Mba Lili tuh berapa kira-kira?” tanya Indri iseng.

Andra melirik sekali lagi, “Ya seumuran kamu lah. Bahkan tingginya aja hampir mirip. Atau, jangan-jangan anak SMA?”

Lili ngakak sambil memukul pelan lengan Ratu. “Ahjumma, anak Ahjumma ini gak punya otak ketiga ya? Umurku 28 loh!”

“Lah?! Serius?” Andra nyaris tersedak udara.

“Fix, kamu harus ikut tes ketelitian, Bang,” sahut Indri sambil tertawa keras. Ratu pun ikutan ngakak.

Indri lalu pamit, “Mba Lili, aku ke rumah Nenek dulu, ya. Udah gak kuat nahan pipis. Nanti main ke rumah, ya!”

Ratu ikut menyusul masuk ke dalam rumah nenek, menyempatkan mengelus rambut Lili dengan sayang.

Lili melambaikan tangan sambil senyum, lalu menoleh dan menabrak tatapan dingin Andra. “Kenapa? Abang Andra sayang?” godanya dengan senyum genit.

Andra mendengkus sinis. “Cih. Jangan sok kenal dan jangan panggil gue sayang! Lo bukan siapa-siapa gue.”

Lili cuma tertawa kecil. Dalam hati dia justru semakin bersemangat. “Oke, Andra. Kalau biasanya cowok ngejar gue, kali ini biar gue yang ngejar lo, Sayang. Siap-siap jatuh, Mas Dingin.”

Terpopuler

Comments

Dinda Kharisma

Dinda Kharisma

jodoh g akan lari k mana ya lili...cumunguuuuttt

2021-09-16

2

kimtae

kimtae

lili gaskeun lah

2021-09-08

2

꒰꒰🧸﹒nana﹕

꒰꒰🧸﹒nana﹕

kiyowo, semangat

2021-09-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!