chapter 3

"Mau ke mana kamu pakai baju begitu?"

Suara Rosa langsung menginterogasi dari balik pintu dapur saat Lili melangkah keluar kamar. Tatapannya menelusuri penampilan anaknya dari atas sampai bawah, menyipit seolah sedang menilai kelayakan seorang kontestan ajang pencarian bakat.

Lili yang baru saja keluar dengan sweater ungu muda bermotif warna-warni dan rambut disanggul tinggi agak berantakan, langsung berhenti di tempat. Ia menoleh ke arah ibunya dengan wajah jengkel.

"Kerja, Mah. Ke kafe. Masa mau kabur dari rumah pakai sweater beginian?" jawab Lili, memutar bola matanya malas.

“Ya ampun, Lili rambutmu itu kayak gulali jatuh ke lantai. Sisiran tuh yang bener.” Rosa meletakkan tangan di pinggang.

Lili melirik pantulan dirinya di kaca jendela. "Lucu gini kok dibilang kayak gulali? Masa tampilan cantik begini dibilang belum mandi," gerutunya sambil merapikan rambut asal-asalan.

“Udah gede, masa dandan kayak bocah habis tidur siang.”

"Eomma, Lili udah telat! Lagian biasanya Eomma juga nggak pernah ribet soal beginian."

“Karena biasanya kamu nggak pakai sweater kayak kue ulang tahun,” balas Rosa sambil geleng-geleng kepala.

Tak mau debat lebih panjang, Lili buru-buru mengambil tasnya. "Oke, Lili cabut dulu. Assalamualaikum!" teriaknya sambil berlari keluar, sebelum ibunya sempat melempar gulungan handuk atau lebih buruk, gayung isi air.

Rosa hanya menghela napas panjang. “Waalaikumsalam. Anak itu ya, bisa-bisanya lari pakai alasan kerja tiap hari. Ya Allah, tolong sabarkan hamba!”

***

Lima belas menit kemudian, Lili sudah tiba di depan kafe tempatnya bekerja menggunakan motor. Plang besar bertuliskan “Café D’or” berdiri megah dengan lampu hias yang mulai menyala, menandakan akan ada acara hari ini.

Benar saja, hari ini Lili dijadwalkan untuk tampil dalam acara ulang tahun privat. Acara seperti ini bukan hal asing baginya. Namun, kali ini kliennya termasuk orang baik dan yang paling penting, royal soal tip.

Lili memarkir motornya lalu masuk ke ruang karyawan. Di dalam, hanya ada Mas Edi, pemain keyboard yang sudah duduk santai sambil menyeruput kopi.

“Mas Edi, yang lain udah pada datang belum?”

“Udah. Mereka lagi isi perut dulu di belakang. Lo disuruh nyusul kalau udah ganti kostum,” jawab Edi sambil menoleh sebentar, lalu lanjut menyeruput kopi seperti tak terjadi apa-apa.

“Oke, siap!”

Tanpa buang waktu, Lili segera masuk ke ruang ganti. Ia mengganti pakaiannya dengan dress panggung yang sudah disiapkan. Warna merah wine, panjangnya, ya, standar panggung. Atasannya tertutup, tapi roknya hanya sepertiga paha. Bukan pilihan Lili sebenarnya, tapi demi profesionalitas dan bayaran yang oke, ia cukup berkompromi. Toh, ini bukan pertama kalinya.

Setelah mengganti pakaian, Lili duduk di depan cermin dan mulai memoles wajahnya. Meski tanpa make-up pun wajahnya sudah menarik, ia tetap menambahkan sentuhan blush dan eyeliner tipis.

“Kerja, Li. Fokus. Bukan cari jodoh,” gumamnya pada bayangan sendiri di cermin. Namun, tak bisa bohong, kadang, panggung memang tempat Lili paling bersinar. Entah kenapa, justru di atas sanalah ia merasa paling percaya diri.

---

Panggung kecil di sudut kafe malam itu tampak meriah. Balon-balon warna pastel menggantung di setiap sisi, lampu-lampu gantung berkelap-kelip, dan rangkaian bunga menyebar wangi manis ke seluruh ruangan. Musik latar terdengar pelan, menunggu untuk digantikan oleh suara utama malam ini.

Lili berdiri di tengah panggung, dress merah marun selutut membalut tubuh mungilnya. Wajahnya cerah, penuh percaya diri. Senyumnya mengembang saat melihat para tamu undangan yang memenuhi ruangan.

“Selamat siang semuanya!” serunya lantang namun hangat. “Perkenalkan, aku Liliana, tapi biasa dipanggil Lili. Hari ini, saya merasa terhormat bisa menyumbangkan beberapa lagu di acara ulang tahun seseorang yang katanya, sih, spesial banget.”

Ia mengarahkan pandangan pada seorang pria berjas navy di meja utama. “Mas Andika, bisa berdiri sebentar di samping saya?”

Sorak sorai langsung memenuhi ruangan. Andika, dengan pipi memerah, berdiri kikuk dan melangkah ke atas panggung.

“Duh, senang banget saya bisa berdiri di samping Mas Andika yang… aduh, senyumnya manis banget, ya?” goda Lili sambil mengedipkan sebelah mata. Gelak tawa terdengar dari meja teman-teman Andika.

“Tenang, Mas. Saya gak gigit, kok. Kecuali, diminta,” lanjutnya, mengedip lagi, membuat Andika makin salah tingkah.

Sambil tersenyum, Lili menyerahkan buket bunga. Sebenarnya, bunga itu bukan darinya, bosnya yang menyuruh, tapi biar terlihat dramatis, Lili memainkan perannya dengan maksimal.

Tepat saat Andika menerima bunga, mata Lili sempat melirik ke arah meja bar. Pandangannya terhenti. Seorang pria dengan kemeja hitam, duduk menyendiri sambil memegang gelas kopi yang belum tersentuh.

Sekejap mata mereka bertemu.

Lili nyaris kehilangan irama napasnya. “Ya, ampun, itu siapa? Mimpi apa gue semalam bisa ketemu cowok sekeren itu di acara beginian?” batinnya menerka-nerka.

Akan tetapi, refleksnya cepat. Ia kembali tersenyum lebar ke tamu-tamu lain seolah tak terjadi apa-apa, lalu menutup sesi perkenalan.

“Mas Andika, selamat ulang tahun ya! Semoga panjang umur, sehat selalu, makin sukses, dan makin ganteng!” Lili terkikik kecil, lalu bersiap menyanyi.

Sementara itu, pria di meja bar—Andra— hanya mengangkat alis malas. "Huh. Perempuan macam apa yang bisa segampang itu gombalin cowok di depan umum? Nggak ada rasa malu sama sekali?"

Andra datang bukan karena ingin, tapi karena Andika, teman lamanya, merengek agar datang ke acara reuni kecil-kecilan ini. Tadinya ia sudah menolak, tapi akhirnya luluh karena ditarik paksa oleh teman yang lain juga.

Kini, dia merasa itu adalah keputusan paling dia sesali hari ini.

Andra terus menatap Lili di panggung. Meski hatinya mencibir, telinganya tak bisa membohongi, suara wanita itu indah. Merdu, lembut, dan powerful, bahkan sedikit menghipnotis.

Pada saat Lili kembali menatap ke arahnya–dan kali ini mengedipkan mata dengan senyum menggoda– Andra langsung mengernyit.

"Astaga. Perempuan ini beneran niat. Rok pendek. Gaya centil. Mata genit. Bukan cuma bukan tipe gue, tapi dia udah auto masuk blacklist."

Kalau Indri, adiknya sendiri, berani pakai baju begituan, udah dari tadi dia suruh ganti celana panjang dan masuk kamar. Bukan berdiri di panggung sambil ngedipin mata ke cowok nggak dikenal.

Musik berubah. Lagu ceria bergema dari speaker. Lili mulai bergerak mengikuti irama. “Pesta di malam minggu, semua suka suka…”

Beberapa tamu ikut berdansa. Ada yang naik ke panggung, ikut bernyanyi, bahkan ada yang mencoba mendekat ke Lili. Namun, wanita itu tahu batas. Ia tetap menjaga jarak, menyebar semangat tapi tanpa membuka ruang sentuhan.

Andra memperhatikan dari kejauhan, masih duduk tenang. Tanpa sadar, jarinya mengepal. Rahangnya mengeras. Tatapannya tak lepas dari sosok Lili yang kini jadi pusat perhatian.

Setelah lagu usai, Lili turun ke backstage. Ia langsung menjatuhkan diri di sofa, melepaskan heels, lalu memijat-mijat betisnya sendiri.

“Sial! Gue lupa pemanasan. Betis gue ngilu setengah mati,” gerutunya.

“Kenapa, Li?” tanya Edo, sang gitaris, yang baru saja menurunkan gitar dari pundaknya.

“Bang Edo, kita masih berapa lagu lagi?” Lili mendesah.

“Dua lagu. Tapi, bisa kita ubah jadi lagu slow. Lo duduk aja sambil nyanyi, gimana?”

“Bang Edo emang paling ngerti!” Wajah Lili kembali cerah, meski kakinya masih kesemutan.

Beberapa menit kemudian, Lili kembali ke panggung. Akan tetapi, kali ini duduk di kursi tinggi yang sudah disiapkan. Langkahnya sedikit pincang.

Dari kejauhan, Andra memicingkan mata. “Lho? Dia kenapa jalannya kayak abis main futsal semalaman?”

Seketika rasa penasaran menggantikan cibiran. Namun, ia cepat-cepat menepis pikiran itu. "Peduli apa gue."

Terpopuler

Comments

Dinda Kharisma

Dinda Kharisma

masih nyimak

2021-09-16

4

kimtae

kimtae

semangat Thor. menulisnya.

2021-08-20

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!