" WOYYY!!!" Teriak Randy seraya menggebrak meja mengagetkan aku yang sedang melamun. Tak ayal aku tersentak dan hampir terjatuh dari kursiku karena kaget. Melihat itu, Randy tertawa senang.
" Ngagetin aja lu!" Protesku setengah bersungut pada Randy.
" Nah, elu pagi- pagi udah ngelamun. Tumben amat." Ledek Randy. Aku hanya tersenyum dan melanjutkan pekerjaanku yang tertunda tadi.
" Pura- pura kerja ketauan gue." Ledeknya lagi. "Ngelamunin apaan sih luu?" Tanyanya penasaran.
" Siapa yang ngelamun? Gue gak ngelamun." Jawabku singkat.
Randy, dia adalah sahabatku. Mungkin satu- satunya teman dekatku. Karena memang aku tidak banyak memiliki teman. Kami berteman sejak kami duduk di sekolah menengah pertama. Kebetulan saat itu kami bersekolah di sekolah yang sama dan satu kelas pula. Walaupun saat pertama kami kenal. Kami tidak duduk sebangku. Entah kenapa, dia betah sekali menempel denganku. Aku yang memang sejak dulu cuek terhadap siapapun. Memang pada awalnya aku agak risih dengan keberadaannya. Tapi lambat laun aku mulai dekat dengannya. Hanya dengan Randy aku bisa berbicara banyak.
Randy jugalah yang selalu mensupport apapun yang akan aku lakukan, termasuk dalam membangun perusahaanku sekarang ini. Kalau tidak ada support darinya. Mungkin aku hanya menjadi pegawai kantoran biasa. Yang hanya duduk di balik meja tanpa ada tanggungan puluhan karyawan yang harus aku bayar tiap bulannya. Dia selalu memberikan motivasi untukku agar bisa maju. Kalau dia jangan ditanya. Randy terlahir dari orang berada. Bisnis hotel keluarganya bisa dibilang sudah menjadi bisnis yang besar. Apapu yang Randy butuhkan hanya tinggal tunjuk saja. Tapi Randy bukanlah orang yang seperti itu. Dia tetap mengambil andil dalam mengurus usaha keluarganya. Dalam manajemen Randy. Usaha keluarganya tetap berkembang. Walaupun dia emang agak tengil. Begitulah Randy.
" Dih, gue liat elu senyum- senyum sendiri." Celetuknya dan membuatku menghentikan kegiatanku.
" Em, gini. Lu masih inget cewek yang pernah gue ceritain itu gak?"
Sejenak Randy berpikir dan matanya langsung membulat tanda mengingat sesuatu. " Ohh, cewek yang lu liat sore- sore itu ya." Jawabnya berantusias. " Kenapa emangnya, lu udah berani kenalan sama dia?"
" Siapa yang takut buat kenalan. Gue cuma masih mau fokus sama usaha gue ini." Ralatku seraya mengusap wajahnya yang tampak antusias untuk mendengarkan ceritaku.
" Iya dah. Terus gimana- gimana. Ceritalah!" Perintahnya tak sabar sambil cengir kuda.
Baru aku akan menceritakan pada Randy, Tiba- tiba terdengar suara notifikasi pesan masuk di hpku.
" Baru diomongin, dia chat gue." Ujarku sambil menunjukkan hpku pada Randy. Membuat Randy semakin tidak sabar. " Ternyata dia anaknya temen ibu gue." Ucapku singkat.
" Serius lu?" Tanya Randy seolah tidak percaya. " Jodoh banget dong lu." Katanya lagi.
" Gue gak tau deh jodoh apa engga. Semoga jodoh. Anaknya juga baik, lembut dan wah.. bikin gue pengen lindungin dia aja dah bawaannya." Terangku yang mungkin semakin jatuh cinta pada Senja.
" Tembak, Nath!" Perintah Randy seketika dengan telunjuk dan ibu jari yang dia buat seperti pistol.
" Stres lu. Baru kenalan udah maen tembak aja. Enggalah. Nikmatin aja prosesnya dulu. Iya gak." Ucapku asal dan kembali membayangkan senyum Senja semalam. Rasanya masih seperti mimpi bisa melihat senyum itu sedekat itu. Senja, bisa gila aku dibuatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
kiara
hai kak..nice story..
mampir juga yuk ke kisah Anna&,Justin..
2021-09-18
1