5

Aku memandang langit- langit kamarku. Masih terngiang kalimat Senja siang tadi. Ternyata cintaku ini tidak bertepuk sebelah tangan. Tapi entah kenapa aku masih merasa enggan untuk memulai sesuatu hubungan dengan Senja. Dia gadis yang lembut, baik dan juga sopan. Senja juga gadis yang jujur. Terbukti dengan ucapannya siang tadi yang seakan ingin mengajak aku memulai hubungan yang lebih dari teman.

" SADAR WOY!!!" Sergah Randy sambil melemparkan bantal ke wajahku.

" Apaan sih lu?!" Protesku dengan decak agak kesal.

Randy memang sering menginap di rumahku. Apalagi jika besok adalah hari Sabtu atau Minggu. Sangat jarang sekali aku melewatkan weekendku seorang diri. Padahal Randy sendiri sudah memiliki pacar. Entah kenapa dia lebih senang ngapel ke rumahku dibandingkan ke rumah pacarnya.

" Ngelamun mulu." Sergahnya cepat.

" Masih terbayang- bayang Ran." Ucapku pelan sambil senyum- senyum.

" Istighfar, Nath!" Ucapnya lagi dengan mengusap kasar wajahku.

" Sialan lu." Omelku dan merubah posisi dudukku.

" Kalo suka, kalo cinta. Tembak aja, Nath."

" Gue belum mau Ran. Gak tau kenapa. Padahal sebenernya pengen jadiin dia pacar. Tapiii...." Aku menggantung kalimatku yang memang aku sendiripun bingung dengan apa yang aku rasakan kepada Senja.

" Kebanyakan tapinya luu.. Awas jadi bujang lapuk karena kebanyakan milih. " Sindir Randy.

Aku hanya tersenyum tak menanggapi sindiran Randy.

☀️☀️☀️☀️☀️

Seperti hari Minggu pagi lainnya. Tak pernah melewatkan untuk berolahraga. Usai menunaikan sholat subuh. Aku memakai baju training panjang hitamku. Memakai sepatu kets hitamku tak lupa handuk kecil yang aku sandangkan di leherku. Aku keluar rumah menyusuri jalanan komplekku yang masih masih diterangi cahaya lampu jalanan. Udara di pagi hari seperti ini masih sangat sejuk. Itulah kenapa aku lebih suka jogging pada waktu matahari belum terbit.

Aku berlari kecil menuju taman yang memang berada di tengah perumahan ini. Banyak orang- orang yang akan berolahraga di sini. Ada yang bersepeda, ada yang berjalan di atas batu- batu kecil untuk melancarkan peredaran darah, ada yang bermain basket dan adapula yang bermain sepeda di jalanan sekitar taman.

" Hai." Ucap seorang wanita yang tiba- tiba muncul dan menempelkan sebotol air dingin ke pipiku.

" Senja." Kataku seketika yang menoleh karena kaget.

Senja tersenyum tipis. Aku melihat Senja di pagi hari. Ah.. Mimpi apa aku semalam. Lamunku dalam hati.

" Udah lama?" Tanya Senja padaku dan duduk di sampingku yang sedang melakukan push up..

" Lumayan." Ucapku singkat yang saat ini sudah mulai berkeringat.

" Istirahat dulu." Ucapnya menyodorkan air minum yang ia pegang.

Setelah melakukan push up sebanyak dua puluh kali aku menghentikan kegiatanku dan duduk di samping Senja.

" Nih minum." Tawarnya.

" Gak ah, gak baik abis olahraga minumnya dingin begini." Tolakku halus yang mempunyai alasan tepat.

" Yah.. salah ambil minum donk aku." Ujarnya dengan wajah yang sedikit cemberut.

Aku tersenyum melihat ekspresi Senja yang seperti itu. Membuatku semakin gemas saja. Aku mengacak- acak rambut Senja pelan, dia hanya membalas dengan senyuman manja.

" Nath." Panggil Senja.

" Iya." Sahutku seraya menoleh ke arah Senja.

" Kamu udah punya yang lain ya?" Tanyanya datar. Aku hanya menjawab dengan gelengan kepala. " Kenapa ga mau sama aku?"

Aku menghela nafas panjang. " Aku gak bilang gak mau. Aku cuma bilang yaa kita jalanin aja. Kalau kamu serius yaa kita komitmen aja. Suatu saat kita pasti akan menikah." Ujarku yang di jawab hanya dengan o panjang dari Senja. " Kamu percaya sama aku?" Tanyanya menatap mata hitamnya yang jernih lekat- lekat.

" Aku percaya." Jawab Senja dengan senyuman khasnya dan menyandarkan kepalanya di bahuku.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***