'Tidak semua perpisahan harus ditangisi,
terkadang kita harus merayakan kepergian seseorang...terutama orang yang selama ini selalu mengecewakan dan menyakiti hati.'
—MOVE ON, by: Mrs Caffeine
💗
💗
💗
Dokter yang menangani Taki merekomendasikan beberapa dokter ahli yang diperkirakan dapat membantu kesembuhan pada kasus yang Taki alami.
Salah satunya adalah dokter ortopedi terkenal lulusan Jerman bernama dr. Tjuk, sp.OT yang kini berdinas di Rumah Sakit Internasional St. Luke yang ada di Tokyo, Jepang.
Menurut dokternya, penderita yang mengalami kecacatan setelah koma seperti Taki ini harus mendapatkan penanganan lebih lanjut melalui beragam terapi, mencakup fisioterapi*, psikoterapi**, serta terapi okupasi***. Dan Rumah Sakit Internasional St. Luke Jepang memiliki fasilitas yang sangat lengkap untuk beragam terapi itu.
"Mereka bahkan mempunyai tenaga ahli di bidang rehabilitasi fisik yang sangat bagus untuk membantu mengembalikan fungsi tubuh saudara Taki seperti sedia kala." ujar dokter tersebut dengan optimis.
Merasa dekat dengan kampung halaman keluarga besarnya, Taki pun memilih untuk dirujuk ke Rumah Sakit tersebut agar segera mendapat penanganan dari dr. Tjuk, sp.OT.
Dan atas permintaan Taki itulah, akhirnya keluarga Sahara membawa Taki berobat dan melakukan rehabilitasi ke Jepang, negara asal ayah Taki.
***
Hari-hari Malika dan kedua anak kembarnya yang dulu suram, tertekan, dan penuh penindasan kini dipenuhi gelak tawa ceria dan begitu banyak pengalaman baru bersama sepupu Malika—Rima serta suaminya.
Tidak hanya itu, tubuh Malika yang awalnya begitu kurus saat baru keluar dari rumah keluarga Amiadi, kini menjadi makin berisi. Membuatnya kembali pada figurnya yang cantik nan ceria seperti saat sebelum menikah dengan Haris dulu.
Kebahagiaan Malika seakan semakin lengkap kala motor baru kebanggaannya sudah nangkring di teras rumah. Namun sayang, saat melakukan test drive pertama untuk kepengurusan Surat Izin Mengemudi, ia sempat gagal satu kali dan terpaksa harus mendaftar ulang, tujuh hingga empat belas hari berikutnya.
"Elo sih, dibilangin suruh latihan dulu di lapangan komplek sini sampe bener-bener bisa, malah ngeyel pengen buru-buru ambil SIM aja," omel Rima.
"Habisnya gue udah pede bakalan lulus tes teori sama prakteknya, Rim," elak Malika.
"Nah itu, salahnya elo! Kepedean! Gagal di test drive kan jadinya," Rima makin bersungut-sungut kala merasa Malika susah untuk dinasehati.
"Iya deh, maaf... maaf...! Udah dong, ngomelnya... gue jadi nggak konsen nih latihannya," rengek Malika yang saat itu sedang latihan menyetir motornya di lapangan komplek dekat rumahnya.
Sedangkan Rima dan si kembar sedang duduk-duduk santuy di pinggiran lapangan dengan jarak yang cukup aman dari lokasi latihan Malika.
Setelah beberapa kali putaran serta latihan berbelok yang dilakukannya, Malika berhenti sejenak untuk melihat ke arah jam tangan yang bertengger di pergelangan tangannya.
"Waduh, udah jam segini aja nih! Gaswat! Rim, balik yuk!" teriaknya sambil melajukan motornya ke arah Rima dan si kembar.
"Lho, udahan?" tanya Rima heran.
"Ho'oh! Dah jam segini, Tante! Gue kudu online nih, jam-jam segini biasanya banyak member grup kuliner pada nimbrung buat nyari promosi pre-order buat besok," sahut Malika cepat.
"Oh, okey! Yuk-yuk, kita pulang!" seru Rima pada si kembar yang langsung ikutan bersorak sorai dengan ceria.
Malika memang sudah mulai menggeluti usahanya sendiri berjualan kue dan cake dengan cukup lancar. Tidak hanya dagangan onlinenya yang makin banyak pesanan, tapi dagangan offlinenya pun makin laris. Karena selain berjualan lewat grup kuliner, Malika juga tak gengsi untuk menitip-nitipkan kue buatannya ke warung-warung terdekat.
Waktu berlalu begitu cepat bagi Malika yang kini sangat menikmati hidupnya. Hingga suatu hari, Haris—mantan suaminya, mengirimkan sebuah pesan singkat (sms) yang menyuruh Malika untuk datang ke Kantor Pengadilan Agama pada tanggal sekian di jam sekian.
"Jadi lo sengaja nggak ngebuang hape lo yang lama bin jadul itu dengan alasan ini?" tanya Rima yang saat itu sedang main ke rumah Malika untuk membantunya menjaga si kembar, sedangkan Malika sendiri sedang sibuk membuatkan pesanan pelanggannya.
"Ho'oh!" jawab Malika dengan mengangguk. "Pokoknya nanti kalo urusan sama Mas Haris udah kelar, baru nomorku yang lama aku buang," tekadnya bulat.
"Nomornya doang? Hape jadulnya gimana?" balas Rima yang kala bertanya sambil nyomot salah satu kue yang sudah matang.
"Ya enggaklah! Kan sayang, itu dulu juga belinya pake duit. Tapi rencananya sih mau gue hibahin ke orang lain yang membutuhkan. Biar tetep ada manfaatnya," balas Malika tegas.
"Trus, ngapain lo disuruh ke Pengadilan Agama? Baru mau sidang?" Rima makin kepo.
"Enggak kok, mau langsung ambil surat-surat katanya. Mungkin prosesnya cepet karena Mas Haris pake jasa pengacara," jawab Malika sambil mengangkat kedua bahunya.
"Ya syukur deh kalo gitu, emang lebih cepet lo putus hubungan sama keluarga Amiadi lebih baik," Malika mendengus kesal, "tapi ntar ke Kantor Pengadilan Agamanya lo mau bawa motor sendiri ke sana?"
"Ya enggak lah! Entar ketauan dong kalo gue bakalan menetap di sini, gue kan ngomongnya mau pulang kampung biar mereka enggak ada alasan lagi gangguin hidup gue," terang Malika.
"Ooo...!" Rima pun manggut-manggut saja sambil terus menanggapi Leo dan Reo yang minta dibikinkan gambar aneka hewan olehnya.
***
Di Kantor Pengadilan Agama,
"Thanks God, it's DONE....FINISH....RAMPUNG....KELAR! AKU BE—B—AS!"
Malika berteriak menyerukan kelegaan dari hatinya yang terdalam di halaman kantor Pengadilan Agama yang baru saja mengesahkan perceraiannya dengan sang mantan suami—Haris Amiadi.
"Hei wanita gila! Jangan berteriak-teriak dan mempermalukan nama keluarga Amiadi begitu!" maki seorang wanita tua kepada Malika dengan tongkat di tangannya.
Malika menoleh ke arah wanita itu lalu tersenyum kaku yang cenderung sinis. "Mohon maaf tapi anda siapa berani memaki saya? Saya dan keluarga anda sudah tidak punya hubungan apapun lagi sejak hari ini. Jadi tolong! Jangan pernah memerintah saya lagi. Permisi!"
"Apa?" Mata keriput wanita tua itu melebar dengan mulut menganga. Otot-otot wajahnya yang nampak jelas karena faktor usia terlihat mengencang karena amarah. "Dasar wanita pembawa sial kurang ajar! Sudah berani kamu membalas omongan saya, hah?" teriak wanita tua itu makin menjadi setelah melihat sikap dingin Malika terhadapnya.
Malika memilih mengabaikan si wanita tua, lalu meninggalkan mantan ibu mertuanya itu dengan langkah yang penuh percaya diri. Malika akhirnya masuk ke dalam salah satu taksi yang mangkal di depan gedung Pengadilan Agama. Setelah duduk manis di dalamnya, ia pun menghembuskan napasnya dengan lega.
"Mau kemana, Bu?" tanya sopir taksi kepada Malika.
"Ke jalan Merbabu, Pak! Daerah Bibis Baru," jawab Malika mantap.
"Baik!" balas Pak Sopir taksi lalu mulai melajukan armadanya.
Senyum bahagia dan rona ceria tak henti-hentinya ditebarkan Malika. Dipeluknya map yang ia dapatkan dari Pengadilan Agama tadi erat-erat. Map yang berisi surat cerainya yang telah benar-benar resmi.
Berarti tinggal bikin Kartu Keluarga baru buat gue sama si kembar aja nih PRnya. Gumam Malika antusias.
Dalam hatinya, Malika begitu bersyukur dan berpuas hati bahwa ia tak lagi harus menanggung penderitaan lahir dan batin dari keluarga mantan suaminya itu.
Sudah cukup penderitaan selama lima tahun terakhir ini. Sudah cukup ia mengalah dan terus disalah-salahkan atas apa yang bukan kesalahannya selama ini.
Sudah cukup ia dimaki-maki sebagai pembawa sial atas kebangkrutan usaha keluarga Amiadi karena ketidakbecusan anak kesayangan mereka sendiri, mantan suaminya yang egois dan labil itu.
Bagaimana tidak, setiap ada masalah di perusahaannya, Haris selalu saja melampiaskannya kepada Malika yang tidak tahu apa-apa di rumah.
Bahkan saat Malika akhirnya hamil ditahun kedua pernikahannya pun, Malika tetap dijadikan pelampiasan amarah atau kekecewaan yang didapat Haris dalam pekerjaannya yang tidak berjalan lancar.
Meski begitu, Haris dan mertuanya masih selalu saja tidak puas akan perilaku baik Malika di rumah mereka. Hasil kerja keras Malika dalam mengurus rumah tidak pernah mereka hargai. Bahkan setiap hari ada saja yang dijadikan bahan celaan Haris ketika pulang ke rumah.
Entah itu rumah yang kurang bersih, makanan yang kurang enak, penampilan Malika yang seperti pembantu ketimbang seorang istri, dan masih banyak lagi. Dan jika sudah begitu, sang mertua selalu saja makin memperkeruh suasana.
Namun, semua itu hanya diterima Malika dengan lapang hati. Ia menganggap apa yang dilakukannya itu adalah bentuk pengabdiannya terhadap sang suami serta keluarganya.
Meskipun Malika sudah bekerja keras demi menyenangkan hati suaminya, tak pernah sekalipun Haris ingat untuk berterima kasih ataupun memberikan penghargaan kepada istrinya.
Bahkan dalam hal uang belanja, Malika selalu mendapat jatah yang hanya cukup untuk berbelanja bahan makanan dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
Sedangkan untuk kebutuhan pribadinya sendiri, Malika tidak mendapatkan jatah apapun dari suaminya. Ia sampai tidak pernah membeli baju ataupun make up selama lima tahun pernikahannya.
"Rumahnya jalan merbabu nomor berapa ya, Bu!" tanya Pak Sopir kepada Malika.
"Oh, rumah nomor dua, Pak," jawab Malika sedikit terkejut, pasalnya selama perjalanan tadi ia malah sibuk melamunkan masa lalu kehidupan pernikahannya yang begitu menyakitkan.
.
.
.
To Be Continue...
*FISIOTERAPI
adalah proses merehabilitasi seseorang agar terhindar dari cacat fisik melalui serangkaian pencegahan, diagnosis, serta penanganan untuk menangani gangguan fisik pada tubuh akibat cedera atau penyakit.
Tujuan dari dilakukannya fisioterapi adalah mengembalikan fungsi tubuh setelah terkena penyakit atau cedera. Jika tubuh menderita penyakit atau cedera permanen, maka fisioterapi dapat diprioritaskan untuk mengurangi dampaknya.
**PSIKOTERAPI
secara etimologis mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang diartikan sebagai jiwa dan “theraphy” dari bahasa yunani yang berarti merawat atau mengasuh.
Psikoterapi didefinisikan sebagai perawatan yang secara umum mempergunakan intervensi psikis dengan pendekatan psikologi terhadap pasien yang mengalami gangguan psikis atau hambatan kepribadian
Terapi jenis ini melalui serangkaian teknik penanganan masalah psikologis tanpa obat-obatan. Namun, sering kali psikoterapi digunakan bersamaan dengan obat-obatan untuk mengobati penyakit mental.
(Dalam kasus Taki Sahara, terapi ini diperlukan untuk mencegah adanya trauma tentang berkendara pada psikologinya)
***TERAPI OKUPASI
adalah bentuk layanan kesehatan kepada masyarakat atau pasien yang mengalami gangguan fisik dan atau mental dengan menggunakan latihan/aktivitas mengerjakan sasaran yang terseleksi (okupasi) untuk meningkatkan kemandirian individu pada area aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivitas dan pemanfaatan waktu luang dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Tujuan utama dari Okupasi Terapi adalah memungkinkan individu untuk berperan serta dalam aktivitas keseharian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
yanti_ardiansyah
Malika wanita yg kuat aku suka
2021-11-17
0
🐊⃝⃟ Queen K 🐨 코알라
Mantul Ka Author... 👍👍👍👍👍👍
2021-11-01
1
Aisyah Prasutio
bagus thorr critanya
2021-09-14
1