Bagas baru saja keluar dari ruang kerja sang desainer, ia menatap kasihan wanita yang sangat di cintainya itu telah tertidur pulas di sofa. Bagas merasa sangat bersalah karena terlalu lama tenggelam dalam obrolan bersama Desainer kondang itu, ia berjongkok merapikan dan mengelus rambut Andita lalu mengecup lembut dahinya.
"Maafin mas sayang, kamu pasti lelah dan bosan nunggu mas disini.mas sangat menyayangi mu" bisik Bagas sambil menatap wajah damai Andita yang tengah terlelap.
Setelah berpamitan dengan sang desainer Bagas meninggalkan butik tersebut dengan menggendong Andita hingga mobilnya, Andita tersentak dan membuka matanya ketika merasakan tubuhnya tertekuk.
Andita menatap Bagas yang sedang melingkarkan sabuk pengan di pinggangnya.
“Mas...” panggil Andita serak. Bagas memberikan botol air mineral ketika menyadari Andita telah bangun, “Maafin mas ya, sudah bikin kamu lama nunggu sampai ketiduran” Bagas menyambar tisu dan mengelap tetesan air di sudut bibir Andita.
Andita tersenyum lalu mengecup pipi Bagas “Gak apa, Dita sayang mas” sahut Andita.
“Mas juga sayaaaaaang banget” jawab Bagas. Lalu memutari mobil dan duduk di belakang kemudi.
“Hehehe...sayangnya panjang banget” Andita tertawa kecil menanggapi ucapan Bagas.
“Emang, sepanjang masa dunia akhirat.” Bagas tersenyum menatap Andita, “Langsung pulang atau mau belanja sesuatu dulu ?” tanya Bagas sama Andita.
“Langsung pulang aja mas. Dita capek, pengen tiduran tapi temenin ya.” Andita merebahkan kepalanya di bahu Bagas dengan manja, “Oke...” perlahan Bagas melajukan kendaraannya.
“Yakin gak ada yang mau di beli ?” tanya Bagas lagi.
“Besok-besok aja ya mas, harini Dita capek” Andita merebahkan kepalanya di sandaran kursinya.
Bagas menggenggam jemari Andita “ Kalo besok kamu masih capek, apa yang perlu di beli catet aja biar mas yang belanja” Andita mengangguk sambil memejamkan matanya lagi.
...----------------...
Setelah menempuh perjalanan lebih kurang satu jam, mobil Bagas akhirnya memasuki halaman rumah orangtuanya.
Sejenak Bagas melirik calon istri yang kelihatan nya betul-betul lelah, Andita masih memejamkan matanya meskipun tahu bahwa mereka telah sampai dirumah.
Bagas turun dan membukakan pintu untuk Andita,lalu membungkuk membantu melepaskan Seatbel.
"Capek banget ya, maafin mas ya. Mau mas gendong sampai ke kamar ?" Tanya Bagas.
Andita menggeleng " Gak usah mas, Dita bisa jalan sendiri kok" Dengan malas Andita turun dari mobil.
Bagas menyusul Andita setelah mengambil dan membawa tas wanita yang sangat di cintainya itu.
"Assalamualaikum" salam Andita secara bersamaan dengan Bagas, ketika masuk ke dalam rumah.
Brata dan Ayuningtyas menatap wajah putra-putrinya secara bergantian, "Walaikumsalam."
"Andita kenapa ?" Tanya Brata.
"Dita kecape'an aja pa, tadi ketiduran di butik waktu nunggu Bagas ngobrol sama desainer nya." Jelas Bagas pada Brata
"Pa,ma. Dita istirahat dulu ya" pamit Andita.
"Sayang, apa kalian gak makan dulu ?" Tanya Ayuningtyas.
"Nanti aja ma, Bagas temani Andita dulu." Pamit Bagas menyusul Andita menaiki tangga
Suami istri itu saling menatap sekilas, lalu tersenyum.
"Semoga mereka menjadi suami istri yang saling mencintai dalam hal apapun" ucap Brata.
Brata masih menatap punggung Bagas sebelum sang putra menghilang di balik pintu kamar Andita, Ayuningtyas mengangguk setuju atas harapan dan doa suaminya.
"Semoga pernikahan mereka berjalan lancar, aku takut mas terjadi sesuatu." Lirih Ayu
"Berdo'a yang baik- baik saja untuk mereka, berpikir positif" sahut Brata. Brata merengkuh pinggang ramping Ayuningtyas dan membawanya duduk, lalu mencium lembut bahu istrinya.
"Iya mas, semoga saja semuanya berjalan sesuai harapan. Bagaiman dengan undangan, apa Bagas masih ingin mengurusnya sendiri ?" Tanya Ayu.
"Sepertinya begitu. Biarkan saja, Bagas ingin menikmati masa indahnya menjadi calon pengantin yang sesungguhnya. Repot urus persiapan ini dan itu," ucap Brata tersenyum bahagia.
"Paling juga Erwin dan Robert yang repot," jawab Ayu.
"Hahaha...bisa jadi," Brata tertawa menimpali ucapan istrinya.
Mengingat pernikahan Andita sebelumnya pernah gagal, Ayu sebagai orang tua tentu merasa khawatir. berbanding terbalik dengan Brata, lelaki yang masih tampak gagah dan tampan di usianya yang tak muda lagi itu, tampak sangat bahagia. harapan dan impiannya, dapat terus berkumpul bersama orang-orang yang di cintainya akan terwujud.
Dapat berkumpul bersama istri tercinta, putra-putri yang sangat di sayangi nya adalah impiannya. terlebih-lebih lagi, Brata terus tersenyum bahagia kala membayangkan akan tertawa dan bermain bersama cucu-cucu nya, di masa-masa mendatang.
"Mas kenapa sih senyum-senyum begitu ?" tanya Ayu menyelidik.
"Tidak ada sayang, Mas hanya bahagia ketika terbayang kita akan bermain bersama cucu-cucu yang lucu nanti. melihat mereka menangis, rebutan mainan, kejar-kejaran di halaman rumah kita, semua itu akan menjadi pemandangan yang paling indah. mas tidak sabar menunggu moments itu," Brata menerawang sambil tersenyum.
Ayu ikut tersenyum bahagia dan menatap suaminya, "Mas maunya punya cucu berapa ?" tanya Ayu.
"Mas maunya yang banyak, biar rame." sahutnya sungguh-sungguh
"Banyaknya seberapa ?" tanya Ayu lagi.
"6 Cukup " Sahut Brata. lelaki itu tersenyum manis menatap wajah istrinya, yang nampak shock ketika mendengar keinginan tak masuk akal suaminya.
"Hah...6 ! apa mas gak kasihan sama Andita ?" tukas Ayu.
"Kenapa ? kita bisa memperkejakan baby suster buat bantu Andita merawat cucu kita nanti" jawab Brata yakin.
"Tidak. tidak ada suster-suster ! apa mas lupa, perceraian Andita karena apa ?!" tolak Ayu tegas.
Bagas yang berdiri sedari tadi di belakang kedua orang tuanya geleng-geleng kepala, Bagas terkekeh geli melihat semua itu.
" Ada apa ini ?" tanya Bagas tiba-tiba duduk di hadapan suami-istri itu, Bagas menyipitkan matanya menatap sang Papa.
"Enggak apa-apa nak, Apa Bagas mau makan ?" Ayu mengalihkan perhatian Bagas.
"Nanti aja setelah Andita bangun" sahut Bagas.
"Apa kalian sedang mempersiapkan program membuat adik untuk kami ?" tanya Bagas pura-pura tidak mendengar secara jelas pembicaraan antara suami-istri itu.
Ayu menatap suaminya, Brata terlihat santai aja tu.
"It...u...anu..." Ayu tampak kikuk sendiri. Bagas menunggu kedua nya menjawab pertanyaan nya dengan jelas, sambil senyum-senyum menatap keduanya.
"Ha-ha-ha" Brata tertawa.
"Itu anu,itu anu apaan" Brata menggoda istrinya yang menunduk.
"Hm...cucu," jawab Ayu. Ayu hanya menjawab satu kalimat saja.
"Iya cucu !" sahut Brata antusias. " Papa minta 6 cucu" sambung Brata.
" What ?! permintaan macam apa itu. apa papa mau membunuh istri Bagas ? tidak ! 2 cucu aja cukup." sahut Bagas mendelik tajam ke arah Brata.
"Setuju...yeay" Ayu bertepuk tangan sambil tertawa-tawa, mengejek suaminya.
"Mau jadi istri dan anak durhaka ya kalian, tidak menyetujui permintaannya." sungut Brata
"Hahaha...Ya gaklah pa, habis permintaan papa berlebihan begitu" sambung Bagas.
"Papa merajuk aja sama kalian berdua" Brata berdiri dan meninggalkan Ayu dan Bagas.
Bagas geleng-geleng kepala melihat tingkah pria tampan yang tengah merajuk tua itu, Bagas melirik Ayu memberi kode agar menyusul suaminya.
Bagas tersenyum sendiri membayangkan cucu yang di minta oleh orang tuanya, binar bahagia berkilau di matanya. membayangkan bayi mungil yang akan hadir di tengah-tengah mereka nanti
"Apa sebahagia itu menjadi seorang ayah ?" gumam nya.
...----------------...
jangan lupa dukung terus karya Mentari Impian dengan like dan vote ya, dan jgn lupa klik ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Yasmien Khan
duuh tanda 2 akn ada mslah nih
2021-08-17
1
Ritta Halil
deg ...bacanya sdh mulai datang masalah .Bagas dan andita
2021-08-17
1