Ashan masuk ke dalam kamar Adel, tanpa mengetuk pintu terlebih dulu.
"Bisakah kamu sopan santun, ucapkan salam ketika mau masuk kamar." ujar Adel.
"Tidak bisa, aku sedang terburu-buru. Lagipula ini bukan salahku, siapa suruh tidak kunci pintu." jawab Ashan.
"Kamu memang anak liar, pergi sana." Adel mengusirnya.
Ashan keluar dari kamar, sambil tersenyum ceria. Dia mengendap-endap, untuk segera pergi ke bar. Beberapa menit kemudian, Ashan sudah sampai ke tempat tujuannya.
"Halo sayang!" sapa Ashan.
"Halo juga." jawab gadis cantik.
"Temani aku makan, aku lapar." pinta Ashan.
"Boleh sayang." jawabnya.
Ashan pergi bersama gadis itu, dia makan bersama di restoran mewah yang tidak jauh dari bar. Gadis itu sangat rindu, karena Ashan tidak pernah tidur di kamar bar lagi.
"Sayang, kamu kenapa tidak pernah datang lagi." ujarnya.
"Sayang, aku sekarang sibuk sekolah. Aku tinggal di asrama yang dijaga ketat. Apa kamu tahu, sebenarnya aku keluar diam-diam." jawab Ashan, dengan memberikan penjelasan.
Keesokan harinya, semua siswa dan siswi berbaris di lapangan kembali. Mereka semua tidak ada yang bersuara, karena instruktur sedang memberikan penjelasan.
"Hari ini, kalian akan latihan lempar lembing. Dimana olahraga ini akan menguras tenaga, karena melempar tombak." ujar Kevin.
"Baik instruktur, siap laksanakan." jawab semuanya.
Mereka memulai dengan fokus, pada sasaran masing-masing. Ashan berdiri di sebelah Adel, mereka melemparkan tombak secara bersamaan.
"Yes, punya aku lebih jauh lemparannya." Menyindir si Adel.
"Cih, baru sekali juga. Sudah sombong sekali." jawabnya.
"Bilang saja, karena kamu kalah. Jadinya kamu pura-pura santai. Padahal sebenarnya, hatimu takut tersaingi." Ashan sengaja mengejeknya.
"Seharusnya tuan muda ini dihukum, di dalam lubang buaya. Casanova sombong, pantas dimangsa." Adel menjawab, sambil tersenyum mengembang.
Ashan mendekati Adel, instruktur Kevin melihatnya. Kevin sudah naik pitam saja, karena Ashan main-main.
"Ashan, kenapa kamu mengganggu teman. Tugasmu belum selesai." Kevin melirik tombak, yang ada di samping mata kaki Ashan.
"Maaf instruktur, aku tadi hanya kelilipan." Ashan beralasan.
Ashan melemparkan tombaknya kembali, Adel tertawa cekikikan lirih karena Ashan dimarahi.
"Senang sekali melihat orang dihukum." Ashan menggerutu.
Adel segera meninggalkan Ashan, tanpa menghiraukan kekesalan hatinya. Tombak yang Adel lemparkan, sudah berhasil mengalahkan Ashan.
"Hai Adel!" seru seorang pria.
"Eh, kamu pria yang kemarin di dapur 'kan. Oh iya, siapa nama kamu?" tanya Adel ramah.
"Namaku Refic." jawabnya.
Mereka semua baris kembali di lapangan, setelah selesai dengan pelatihan. Instruktur Kevin, kembali lagi menerangkan.
"Kalian semua, sekarang masuk ke kelas. Aku akan memberikan materi pelajaran, yang perlu kalian catat." titahnya.
"Baik instruktur Kevin." jawab semuanya.
Siswa dan siswi masuk ke kelas. Instruktur Kevin memberikan masing-masing peta pada mereka.
"Kalian dengar iya, untuk menjadi tentara tidak hanya pintar bersenjata. Kalian juga harus bisa memahami peta, untuk mengetahui denah musuh." Kevin menjelaskan.
"Iya instruktur, siap laksanakan." jawab semuanya serentak.
Mereka membaca kertas peta itu, serta mencatat poin-poin penting. Mereka takut ada yang lupa, bila tidak masuk ke otak.
"Adel, ini apa?" tanya Ashan, yang sibuk.
"Bodoh." jawab Adel acuh.
Ashan menyobek kertas bukunya, dia melemparkannya ke kepala Adel. Gadis itu masih tetap cuek, hingga Ashan melemparkan berkali-kali.
"Memang cari masalah dia, sudah tahu aku tidak paham." batin Ashan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments