Ashan sudah selesai mandi, dia tersenyum mengejek ke arah Adel. Ashan melemparkan handuknya, lalu Adel menangkapnya.
"Kamu kurang ajar sekali iya." ujar Adel.
"Namanya juga Casanova, tidak segan pada perempuan." jawab Ashan, dengan santai.
Adel menarik paksa tangan Ashan, supaya dia cepat keluar dari kamarnya. Tidak lupa melemparkan handuknya kembali, sebelum menutup pintu dengan cemberut.
"Bisa-bisanya, Casanova masuk ke dalam sekolah tentara." Adel mengomel.
Keesokan harinya, semua murid berdiri di lapangan. Instruktur akan memberikan tugas pada mereka.
"Kalian angkat batu-batuan besar itu. Setelahnya masukkan ke dalam lubang, hingga tersusun rapi." titah instruktur.
"Baik instruktur." jawab semuanya.
Adel tersenyum, baru dia sadari kegunaan didikan kasar dari ayahnya. Sebuah kayu balok kecil, yang selalu menghantam kedua tangan dan punggungnya.
"Ayah, bila nilai ujian aku buruk kamu selalu menghukum aku. Meski seperti itu, aku tidak marah. Bahkan aku merindukan kamu saat kamu telah tiada." batin Adel.
Adel mengangkat batu besar itu, berjalan perlahan mendahului Ashan yang masih berhenti sejenak. Adel mendengar nafas Ashan yang ngos-ngosan.
"Ternyata, seorang Casanova sangat lamban." Adel sengaja meledeknya.
Adel berhasil memasukkan batu, ke dalam lubang besar. Ashan melangkahkan kakinya, yang sebentar lagi sampai ke ujung. Matahari mulai bersinar cerah, membakar kalori dalam tubuh mereka.
Pukul 12.00. mereka istirahat, waktunya untuk makan. Koki memberikan mereka makanan, satu porsi untuk satu orang.
"Apa di sini tidak ada mie instan?" tanya Ashan.
"Mana ada di sini mie instan. Kamu pikir, boleh mengonsumsi makanan berpengawet setiap hari." jawab Ruben.
"Memangnya kenapa?" tanya Ashan.
"Masih bertanya lagi, memangnya tidak membaca peraturan asrama." jawab Ruben.
"Apa isi peraturan dari instruktur?" Masih penasaran, membuat Ashan bertanya lagi.
"Isinya adalah, harus menjaga pola makan. Boleh memakan mie instan, hanya 3 bungkus dalam sebulan." jawab Ruben.
Adel duduk di kursi, berhadapan langsung dengan Anar. Mereka saling melempar senyuman, karena sebelumnya sudah berkenalan.
"Kamu berasal dari mana?" tanya Anar.
"Aku berasal dari kota Pakuan Tinggi." jawab Adel.
"Wah, pasti banyak tumbuhan paku." Anar asal tebak.
"Hahah, kamu benar." Adel tertawa kecil.
Dia masih menyendok makanan, lalu menyuapkan pada mulut kecilnya. Semua siswa dan siswi menatap heran, kenapa Adel bisa lulus dalam sekolah tentara.
"Adel, kamu kenapa tidak masuk sekolah lain saja. Di sini hanya pria semua." ujar Anar.
"Tekad ku sudah bulat, tidak ada yang bisa menghentikannya." jawab Adel.
Ashan duduk di samping kursi Adel. Dia membawa rantang makanannya. Ruben juga duduk di sebelah Anar. Posisi mereka kini saling berhadapan.
"Hai, boleh bergabung." ujar Ashan.
"Silahkan, lagipula kami hanya berdua. Meja dan kursi juga masih kosong." jawab Anar.
"Terimakasih, ternyata kamu baik. Tidak seperti gadis di sampingku." Ashan melirik Adel.
"Kamu menyindir aku?" Adel tidak terima.
"Kamu pikir, di sini ada gadis selain kamu." jawab Ashan.
Ashan tersenyum mengejek, karena Adel hanya gadis sendirian. Dia akan menjadi mainan baru, yang menyenangkan bagi Ashan.
"Apa di sini tidak ada AC?" tanya Ashan.
"Kamu pikir di sini bangunan hotel. Ini hanya asrama dari sekolah." jawab Ruben.
"Sungguh menyebalkan, kenapa orangtuaku harus menyuruhku untuk tinggal di sini." batin Ashan.
Ashan menusuk kentang rebus, yang hanya dibalut sambal mentah. Terbiasa hidup mewah, membuatnya susah untuk menikmati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments