Meisya yang sudah dibutakan oleh cinta, mempercayai saja setiap perkataan dan ucapan Aldo. Tanpa ingin mengetahui dan menyelidiki kebenaran dari setiap ucapan dan perbuatan nya.
"Bagiku memilikimu, sudah merupakan anugrah terindah dalam hidupku, bang Al.” Ucap Meisya.
“Terimakasih sayang, atas pengertianmu, aku benar-benar beruntung bisa memiliki mu sayang,” Aldo mengecup sekilas kening Meisya dan melanjutkan tidur mereka saling berpelukan.
Dirumahnya Sally, tersenyum puas, dia yakin sekali Meisya saat ini pasti tersiksa dengan penolakan dan sikap Aldo yang tidak ingin menyentuhnya. Sally percaya pada Aldo karena mereka saling mencintai sejak lama.
“Rasain kamu Meisya, bang Al hanya milikku, dan akan tetap menjadi milikku selamanya baik jiwa maupun raga nya.” Ucap Sally tersenyum bahagia. Sambil memainkan rambutnya. Yang merupakan kesukaan Aldo mengelus rambut panjangnya tersebut.
Satu tahun berjalan pernikahan mereka, Aldo masih menunjukan sikap manisnya, terutama dihadapan kedua orang tuanya Meisya. Sehingga mereka sekarang yakin jika Aldo sudah berubah dan mencintai Putri mereka dengan tulus. Aldo memang pintar bermuka dua termasuk mamanya Gea, Hanya papanya Aldo lah yang sering menasehati istri dan anaknya Aldo, jika tujuan pernikahan nya dengan Meisya salah, tapi tidak ada yang mendengar kan perkataan nya.
"Sudahlah pa, kamu jangan terlalu banyak ikut campur. seharusnya kamu bersyukur sekarang. semenjak anak kita menikah dengan anak pemilik pabrik itu. hidup kita berubah sembilan puluh derajat. sekarang kamu tidak perlu banting tulang lagi, karena Aldo sudah mencukupi seluruh biaya kehidupan kita." bentak Gea kesal melihat tingkah suaminya.
"Kamu dan anakmu sama-sama serakah, aku lebih suka kehidupan kita yang dulu." Ucap papa Aldo. sementara Gea lebih memilih pergi karena semakin diteruskan pertengkaran ini tidak akan usai., mengingat perbedaan prinsip mereka.
Sementara dipabrik, Aldo mendapatkan pujian karena mampu mengelola dengan baik. Papa Meisya terseyum bangga melihat perubahan menantunya.
Papa Meisya juga mulai mengajari cara memimpin dan mengurus perusahaan pada Aldo, Dia berharap menantu satu-satunya itu bisa menggantikan posisi nya suatu saat, Aldo yang selalu mendapatkan hasutan buruk dari mamanya yang serakah. Memanfaatkan situasi dan kondisi tersebut. Untuk meraup keuntungan untuk mereka nantinya.
"Selangkah lagi kita akan menguasai semuanya," bisik Gea tersenyum senang ditelinga Aldo.
"Iya ma, aku sudah tidak sabar lagi menjadi CEO perusahaan perkebunan ini ma," Ucap Aldo terlihat sangat antusias.
"Iya sayang, Mama juga sudah tidak sabar melihat mu seperti itu." Ucap Gea.
"Aldo segera keruangan papa," tiba-tiba papa Meisya menghubungi Aldo untuk segera menemuinya.
"Ada apa nak?"
"Entahlah ma, menyerahkan surat kuasa mungkin sehingga dia meminta ku segera menemuinya di ruangan kerjanya." Ucap Aldo yakin.
"Syukurlah nak, Mama juga berharap seperti ." balas Gea.
Tanpa membuang waktu lagi, Aldo segera berjalan menuju ruangan kerja mertuanya yang besar dan sangat mewah.
"Wah... bagusnya, sebentar lagi ruangan ini akan menjadi milik ku." gumamnya.
"Maaf pa, ada apa papa meminta ku datang keruangan kerja papa?" Tanya Aldo sopan.
“Aldo , besok papa dan mama harus melakukan kunjungan bisnis ke luar negeri, papa harap kamu bisa menghandle perusahaan dan menjaga Meisya sampai papa kembali.” Ucap papa Meisya
“Tentu Pa,” balas Aldo terlihat kesal namun dia berusaha menyembunyikan perasaan nya yang sesungguhnya.
"Aku kira papa Meisya, akan menyerahkan masalah Perusahaan, dan mengatakan jika dia akan pensiun dari pabrik dan perkebunan ini selamanya. tapi ternyata dia hanya meminta ku untuk menggantikan nya sementara waktu saja, sial.... padahal aku sudah tidak sabar lagi menikmati ini semua." gumam Aldo.
"Memangnya, papa berapa lama diluar negeri.?" Ucap Aldo penasaran.
"Mungkin sepuluh hari saja nak." balas papa tersenyum kearah menantunya itu.
Besoknya, Meisya ikut mengantarkan kedua orang tuanya kebandara. Entah kenapa dia merasakan perasaan nya tidak enak dan gelisah melepaskan kepergian kedua orang tuanya. Padahal ini bukan untuk yang pertama kalinya Mama dan papanya pergi keluar negeri.
"Mama...hu...hu.." Meisya memeluk mamanya erat, seakan tidak ingin melepaskan pelukannya.
“Sudalah Meisya, kamu kenapa seperti tidak rela melepas kedua orang tuamu ?” bisik Aldo.
“Iya bang, tiba-tiba hati Meisya mersa sedih. Seakan-akan berpisah dari mereka untuk selamanya.” Ucap Meisya.
Meisya kembali memeluk erat kedua orang tuanya, air mata mengalir dikedua pipinya. Begitu juga dengan Mama dan papanya. Mereka juga merasakan hal yang sama.
“Meisya anak ku, jaga dirimu. jika seandainya Mama dan papa tidak ada atau tidak pernah kembali.” Ucap mama membelai sayang wajah Meisya penuh kasih sayang..
“Mama tidak boleh bicara seperti ini, Meisya tidak mau dan belum siap kehilangan Mama dan papa hu...hu...” balas Meisya.
“Sudahlah sayang, Mama dan papa Cuma pergi sebentar. Kamu tidak perlu khawatir dan larut dari kesedihan seperti ini.” Bujuk Aldo sambil mendekap bahu Meisya.
"Iya nak, jangan sedih ya.. sekarang kamu sudah Menik dan mempunyai suami. jadi belajar lah dewasa dan tidak tergantung pada Mama dan papa lagi." Ucap Mama menyemangati Putri nya.
Meisya masih melambaikan tangannya, sambil mengusap air matanya melepas kedua orang tua nya yang sudah menghilang dari pandangannya.
“Ayo sayang, sekarang kita pulang, karena siang nanti Abang harus menggantikan papa dalam memimpin rapat besar.” Bujuk Aldo. Meisya hanya mengangguk pelan, dia mersa sangat canggung tanpa kedua orang tuanya.
Sepanjang perjalanan menuju rumah, Meisya lebih banyak diam. Perasaan sedih dan kehilangan begitu menghantuinya. Sehingga dia lebih memilih diam dan berdoa untuk keselamatan kedua orang tuanya tersebut.
"Ya Tuhan, lindungi lah kedua orang tuaku yang sedang melakukan perjalanan jauh. aku belum siap kehilangan mereka. ya Tuhan jaga mereka untuk ku." tiba-tiba air mata Meisya menitik, segera dia menghapusnya dia tidak ingin Aldo mengetahui jika dia saat ini benar-benar rapuh.
Sampai dirumah, Meisya langsung mengurung dirinya dikamar, sementara Aldo kembali keperusahaan untuk melanjutkan rapatnya, namun ditengah perjalanan ponsel berdering. Tertera nama Sally sang kekasih hatinya. Segera Aldo mengangkat panggilan sambil fokus menyetir mobil.
“Hallo ada apa sayang?” Tanya Aldo mesra, dengan suara dibuat selembut mungkin.
“Tanya kenapa lagi? Aku lagi kangen berat tahu ngak!” ucap Sally kesal.
“Kamu sabar dulu ya sayang, nanti aku kesana. Kita akan menghabiskan malam panjang berdua.” Bujuk Aldo.
“Tapi bagaimana dengan istri kebo mu itu ?, Aku yakin dia pasti tidak akan mengizinkan kita untuk bertemu.” Mengerutkan bibirnya agar terlihat imut oleh Aldo, karena saat ini mereka sedang melakukan panggilan Vidio.
"Tenang Sayang, kita akan bermain cantik. dia tidak bakal tahu dengan apa yang kita lakukan sayang." bujuk Aldo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments