Bab 2

Nina merasakan selimutnya ditarik dengan perlahan. Perempuan itu memejamkan matanya kuat-kuat dan pura-pura tidur. Padahal nyatanya, sudah satu jam lebih ia menyembunyikan dirinya di balik selimut, tapi ia belum bisa juga untuk terlelap.

Deru nafas Nina semakin tidak karuan saat ia merasakan selimutnya sudah terlepas sempurna dari tubuhnya. Perempuan itu melafalkan do'a di dalam hatinya.

Nina membuka matanya dan langsung terbangun saat ia merasakan ada yang menyentuh pipinya. Namun setelah ia bangun, ia tak mendapati apa-apa di dalam kamarnya.

Tanpa sadar air mata Nina membasahi pipi mulusnya. Perempuan itu merasakan frustasi. Rumah tangganya saja cukup membuat ia setres, ini ditambah lagi dengan gangguan makhluk halus.

Mengapa hidupnya sekompleks ini? Apalah ia tidak boleh hidup damai dan tenang?

Nina duduk di atas kasur dengan kepala ia sandarkan pada kepala tempat tidur. Perempuan itu bertanya-tanya, sebenarnya Indra tinggal di sini sudah sejak kapan? Baru saja atau sudah lama? Kalau sudah lama, apakah Indra tidak pernah diganggu seperti dirinya?

Ya, Nina memang tidak tahu menahu tentang apartemen ini. Setelah pernikahan mereka jalan dua minggu, Indra pergi ke Jakarta sendirian. Katanya, ia akan mengurus tempat tinggal untuk mereka berdua nantinya. Dan saat itu pula, Nina tetap berada di kampung sambil mengurus pengunduran dirinya dari tempat kerja. Dan dua hari yang lalu, Indra pulang lagi ke kampung untuk menjemputnya.

Indra dan Nina berasal dari satu kampung yang sama. Tapi sudah sejak lama Indra merantau di Jakarta untuk mengadu nasib. Sedangkan Nina, menjadi guru honorer di sebuah SMA negeri di kampungnya.

Karena bingung mau berbuat apa, akhirnya Nina mengambil ponselnya dan mencari pekerjaan di internet. Ya, ia harus segera mendapatkan pekerjaan. Kalau suatu saat Indra membuangnya, ia tidak perlu takut karena tidak mempunyai uang.

🍁🍁🍁

Indra dan teman-temannya tengah berpesta minuman keras di sebuah kelab malam. Laki-laki itu sudah teler parah.

"Alice, mending lo bawa Indra ke apartemen lo. Liat, tuh! Dia udah teler parah," ujar Tomi salah satu teman Indra.

Alice yang memang menyukai Indra, langsung mengiyakan suruhan tersebut dengan sukarela. Ia membawa Indra ke apartemennya.

Sebenarnya, sebelum ini Indra sudah sering juga menginap di apartemennya. Tapi Indra hanya datang disaat ia ada masalah saja. Seolah-olah dirinya adalah tempat penampungan masalah.

Tapi meskipun begitu, Alice tidak keberatan. Selama ia bisa bersama dengan Indra, dalam kondisi apapun itu, ia tidak keberatan.

Alice sudah sering mengutarakan isi hatinya kepada Indra. Tapi Indra selalu menolaknya. Dengan alasan tidak ingin menodai pertemanan diantara mereka.

Alice pun tak bisa memaksa. Kalau Indra tidak bisa menerimanya, ia akan mencoba untuk ikhlas. Ia bisa bersama dengan Indra seperti ini saja sudah membuat hatinya bahagia.

Sesampainya di apartemen, Alice dengan telaten membersihkan badan Indra. Indra sendiri tengah terkapar di atas tempat tidur seperti orang pingsan, tidak sadar sama sekali.

Alice membersihkan tubuh Indra dengan penuh kasih sayang. Seperti istri pada suaminya.

🍁🍁🍁

Pagi harinya, Nina membereskan apartemennya. Ia menata barang-barangnya di lemari. Setelah itu ia juga menata dapur, tak lupa ia juga sudah belanja kebutuhan pokok. Lemari pendinginnya sudah terisi, tidak kosong seperti kemarin.

Pukul sembilan pagi, Nina baru mulai memasak. Tapi tadi ia sudah sarapan mie instan.

"Indra ada di kamar nggak, ya?" Nina bermonolog sambil memotong-motong wortel. Perempuan itu akan memasak sup ayam.

Selesai masak, Nina tak kunjung juga mendapati batang hidung suaminya. Akhirnya perempuan itu memberanikan diri untuk menuju kamar sang suami. Ia mengetuk beberapa kali, tapi tak ada sahutan.

"Eh, nggak dikunci?" gumam Nina saat ia tak sengaja memegang handel pintunya dan ternyata pintu tersebut tidak dikunci.

Nina membuka pintu tersebut dengan perlahan-lahan. Kosong. Tidak ada Indra di dalam. Perempuan itu lantas menutup pintu kembali, dan ia memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya saja.

"Apa Indra nggak kerja? Kenapa udah jam segini nggak pulang?" gumam Nina. Pasalnya ini bukan hari libur, tapi hari kerja.

Nina mulai merasa bosan. Perempuan itu lantas memilih untuk jalan-jalan di sekitar apartemennya saja. Berlama-lama sendirian di apartemen angker, membuat Nina tidak nyaman.

Langkah kaki Nina menyusuri trotoar di sepanjang jalan. Pemandangan lalu lalang kendaraan ibu kota membuatnya takjub. Pasalnya di kampung, pemandangan itu tidak pernah ia jumpai.

Setelah berjalan tanpa arah dan tujuan, kaki Nina berhenti di sebuah taman kota. Ia melihat ada sebuah bangku panjang di sana. Perempuan itu lantas mendaratkan bokongnya di sana.

Ini adalah pertama kalinya Nina ke Jakarta. Selama ini ia hanya di sekitaran Bandung saja. Tidak pernah kemana-mana.

Nina kembali membuka ponselnya untuk mencari pekerjaan. Tadi malam, ia sudah mengirimkan email ke beberapa sekolah.

"Is! Kok cuma untuk jurusan manajemen, sih?" gerutu Nina saat melihat persyaratan pendidikan bagi si pelamar. Pasalnya ijazah yang Nina punya adalah S1 Pendidikan Bahasa Inggris.

Nina kembali mengirim lamaran pekerjaan yang mau menerima ijazahnya. Tapi tiba-tiba ia memiliki ide liar. Ia iseng-iseng mengirim ke perusahaan terkenal yang tidak menginginkan ijazahnya. Siapa tahu berhasil. Masa depan tidak ada yang tahu, bukan?

Nina terkekeh dengan idenya itu. Ya, selagi mengirim lamarannya via email, tidak masalah bagi Nina untuk menyebar cv-nya sebanyak mungkin. Tapi Nina tidak mengirim ke sembarang perusahaan, kok. Ia hanya mengirimkan ke perusahaan yang jelas legalitasnya.

Tak terasa Nina sudah terlalu lama berada di luar. Akhirnya ia pun memutuskan untuk pulang.

Sesampainya di apartemen, Nina mendapati Indra yang tengah duduk di sofa panjang, menatapnya dengan tatapan membunuh.

"Apa?" tantang Nina berani. Ia sungguh tidak nyaman diperhatikan seperti itu.

"Dari mana lo?" tanya Indra tidak bersahabat.

"Bukan urusan kamu," sahut Nina ketus. Perempuan itu lantas menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya.

Merasa geram dengan tingkah Nina, Indra langsung berdiri dan menjambak rambut Nina hingga perempuan tersebut jatuh ke belakang.

"Aw!" Nina meringis sambil memegangi kepalanya yang sakit. "Kamu keterlaluan banget. Lain kali aku bakal pasang banyak kamera tersembunyi di apartemen ini, biar semua kelakuan kasar kamu terekam. Kalau ada buktinya, aku pasti akan lapor ke polisi," geram Nina. Ia lalu berjalan dengan langkah cepat menuju kamarnya.

Sesampainya di kamar, Nina terduduk di balik pintu. Perempuan itu duduk memeluk lutut sambil menangis.

Kalau di hadapan Indra, ia bisa pura-pura tegar. Tapi sebenarnya, hati Nina sangat sakit diperlakukan seperti itu oleh suaminya. Ia merasa seperti perempuan tidak mempunyai harga diri.

🍁🍁🍁

Btw, Nina ini bukan tipe istri yang manis dan diem aja kalau ditindas suami. Dia adalah perempuan tukang ngelawan. Hehe ... gimana menurut kalian? Suka nggak dengan karakter cewek tangguh?

Terpopuler

Comments

Felisyah

Felisyah

karakterny nina aq suka thor..
perempuan kuat g gmpang trtindas perlakuan kasar laki"

2021-10-04

4

safitri

safitri

suka bgt Thor ma sikap Nina...
biar gak diinjak2 ma cowok

2021-09-27

1

Yanny Teechivanniic

Yanny Teechivanniic

stuju aq... jangan mau d tindas walaupun lemah

2021-09-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!