Bab 1

Nina menginjakkan kaki di apartemennya dengan perasaan tidak nyaman. Perempuan itu melihat sekeliling. Walaupun apartemen itu tapi dan bersih, tapi aura suram dapat Nina rasakan.

Hernina Cristalia atau yang akrab disapa Nina mengikuti suaminya untuk pindah ke Jakarta, karena suaminya itu bekerja di sini. Ia harus rela meninggalkan kampung halaman dan juga pekerjaannya.

"Ikut gue!" ajak Indra ketus.

Nina menurut. Perempuan itu lalu mengikuti langkah kaki suaminya menaiki anak tangga.

"Kamar lo di sini, kamar gue di sebelah." Indra menunjukkan kamar tidur untuk Nina dengan suara tidak bersahabat.

"Oke," sahut Nina tak kalah ketusnya.

Perempuan itu lantas masuk ke dalam kamar yang tadi ditunjuk oleh Indra. Mereka menikah karena perjodohan. Dan Indra, sangat tidak mencintai Nina. Indra mau menikah dengan Nina karena orangtuanya mengancam tidak akan memberinya warisan jika ia tidak menikah dengan Nina. Dan Nina tahu akan hal itu. Tapi ia tidak punya pilihan lain, ia tak kuasa menolak keinginan ibunya yang sakit-sakitan.

Nina mendaratkan bokongnya di pinggir kasur. Ia melihat sekeliling. Entah mengapa tiba-tiba saja bulu kuduknya merinding.

"Haduh, aku apaan, sih!" Nina bermonolog seraya mengelus tengkuknya yang merinding.

Tiba-tiba saja ekor mata Nina menangkap sesosok di sudut ruangan. Tapi begitu ia menoleh, ia tak mendapatkan apa-apa.

"Itu pasti cuma perasaan aku aja," gumam Nina seraya mengelus dadanya yang mulai berdetak tidak normal. Perempuan itu mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Dret dret dret!

Suara pintu lemari dibuka tutup membuat bulu kuduk Nina kembali meremang. Perempuan itu menoleh ke arah lemari dengan perlahan. Dan ... ternyata lemari itu masih tertutup dengan rapat.

Nina memberanikan dirinya untuk mendekati lemari tersebut. Ia jalan pelan-pelan. Dan kemudian, ia membuka lemari dengan perlahan pula.

"Aarrgghh!"

Nina berteriak histeris saat melihat sosok wanita dengan perut tertusuk pisau berdiri di dalam lemari pakaian gantung. Perempuan itu ingin berlari keluar kamar, tapi tidak bisa. Kakinya seolah terpatri erat dengan lantai.

Perempuan itu memejamkan matanya kuat-kuat.  Ia tidak kuat untuk melihat sosok menyeramkan yang ada di depannya.

"Tolong!" teriak Nina histeris. Beruntungnya ia karena masih bisa berteriak.

Mendengar teriakan Nina dari dalam kamarnya, Indra lantas membuka pintu kamar Nina dengan kasar.

"Kenapa teriak-teriak? Lo pikir ini hutan? Dasar orang kampung! Nggak punya etika," hardik Indra dengan emosi yang meletup sampai ke ubun-ubun. Pasalnya tadi ia hampir saja terpejam, tapi terbangun akibat teriakan dari Nina yang sangat melengking.

"Ada han ...." Nina tak melanjutkan kata-katanya. Karena kalaupun ia memberitahu, pasti Indra tidak akan percaya. Yang ada malah ia akan ditertawakan oleh suaminya itu.

"Maaf," lirih Nina setelah ia berhasil menguasai diri.

Perempuan itu melihat ke dalam lemari, sosok perempuan menyeramkan tadi sudah tidak ada di sana. Ia lalu menutup pintu lemari dengan tangan yang bergetar.

"Awas aja lo teriak-teriak lagi! Mati lo!' ancam Indra dengan nyalang. Laki-laki itu lantas kembali ke kamarnya.

Nina terduduk lesu di atas kasur. Sekarang ia mulai menyesal. Mengapa ia mau menikah dengan Indra? Jelas-jelas ia tahu sejak awal, kalau Indra tidak pernah mencintainya. Hanya karena menjaga perasaan ibunya, ia harus rela mengorbankan masa depannya.

Pernikahan yang baru berusia satu bulan, sudah terasa seperti seribu tahun.

Lelah dengan memikirkan Indra, Nina merebahkan tubuhnya di atas kasur. Perjalanan dari kampung ke Jakarta cukup memakan waktu yang lama. Sehingga sekarang badannya cukup lelah. Perempuan itu pun memejamkan matanya.

Baru saja Nina hendak terlelap, perempuan itu mendengar suara tangis yang sangat jelas. Ia membuka matanya perlahan-lahan. Kemudian melihat ke sekeliling kamarnya.

Kamar yang tidak terlalu luas itu hanya terisi dengan sebuah lemari kaca tiga pintu dan sebuah meja kecil dan kursi saja. Tidak ada manusia atau sosok apapun di kamar tersebut selain benda mati.

Nina menarik nafasnya berat, kemudian menghembuskannya perlahan-lahan. Ia bukanlah seorang indigo yang bisa melihat makhluk halus. Tapi mengapa tadi ia melihat wanita terluka di dalam lemari? Lantas baru saja mendengar suara tangis di dalam kamar?

"Sebenarnya ini nyata atau halusinasi, sih?" lirih Nina dengan mata terpejam.

"Kalau kamu nyata, tolong jangan ganggu aku. Kita hidup berdampingan satu sama lain," ujar Nina. Kata-katanya itu ia tujukan pada makhluk yang tadi ia lihat.

Perempuan itu lalu kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tapi kali ini, sebelum ia terlelap, ia membaca do'a terlebih dahulu. Agar tidurnya bisa nyenyak.

Sementara itu di kamar sebelah, Indra tengah tertidur pulas. Berkendara dari kampung ke Jakarta cukup membuat energinya terkuras. Akhirnya sekarang ia terkapar di atas tempat tidurnya.

Dari sudut kamar Indra, ada sesosok perempuan dengan perut tertusuk pisau tengah menatap Indra dengan tatapan membunuh.

🍁🍁🍁

Nina terbangun saat perutnya terasa perih. Ia lapar. Perempuan sedikit kaget saat menyadari hari sudah gelap. Pasalnya tadi saat ia mulai tidur, jam baru menunjukkan pukul empat sore.

"Ya ampun, jam delapan. Ini aku tidur atau mati," ujar Nina tak percaya.

Prang!

Dari luar kamar, terdengar bunyi seperti beling yang jatuh ke lantai. Dengan segera Nina keluar dari kamar. Tapi di luar kamar ia tak menemukan apapun.

Tiba-tiba saja bulu kuduk perempuan itu meremang hebat. Ia ingat sosok yang ia lihat tadi sore. Mungkin suara itu ulah dari sosok tersebut.

Nina lalu segera menuruni anak tangga untuk mencari makanan di dapur. Tapi perempuan itu langsung lemas saat di dapur tidak ada apapun yang bisa dimakan. Isi lemari kosong. Isi kulkas juga kosong.

Akhirnya Nina memutuskan untuk membeli mie instan saja. Ia membeli sepuluh bungkus mie instan dan telur.

Setelah itu, ia memasaknya dan langsung menyantapnya selagi hangat. Perempuan itu duduk manis di meja makan sambil menikmati makanannya.

Ia melirik ke arah Indra yang menuruni anak tangga. Suaminya itu memakai pakaian rapi. Ia bertanya-tanya sendiri, suaminya itu mau ke mana malam-malam begini?

"Kamu mau ke mana?" Akhirnya Nina terpaksa bertanya. Jujur saja, ia takut ditinggal sendiri di apartemen tersebut. Takut makhluk seram tadi akan kembali muncul.

"Bukan urusan lo!" jawab Indra ketus. Laki-laki itu lalu keluar apartemen meninggal Nina sendirian.

Nina menyantap makanannya dengan terburu-buru. Ditinggal sendirian di apartemen tersebut, membuat jantung Nina berdetak tak karuan. Ia takut. Benar-benar takut.

Setelah makan, Nina langsung kembali ke kamarnya. Ia memutar murottal Al-Qur'an. Kemudian ia menenggelamkan seluruh tubuhnya di dalam selimut tebal.

🍁🍁🍁

Hai gengs 🖐️

Boleh dong kasih jejak di tulisan ini. Jejak kalian itu mood booster-ku loh.

Luv Peje ❤️

Terpopuler

Comments

Hoirun Nisa

Hoirun Nisa

suka bgt aq bca yg serem2

2022-01-01

0

¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻

¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻

ku hadir thor...
suka banget kisah2 serem kyk gini...
tp sering kecewa krn gk jelas endingnya , atau brhenti up tanpa ada kepastian... 🤭🤭
tp kuharap tdk bgitu dg karyamu ini thor... 🙏🏻🙏🏻

2021-10-31

1

widjaja djunarko

widjaja djunarko

Cerita menarik hanya saja jangan terburu buru di keluarkan sosok hantunya di awal pembukaan

2021-10-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!