Plak!!
Bella baru saja memasuki minimarket tempatnya bekerja saat matanya menatap sepasang muda mudi yang bertengkar di depan showcase minuman.
"Tega kamu giniin aku!!" Gadis berusia awal 20an berusaha menekan suaranya agar tidak memancing perhatian pengunjung lain.
"Bisa-bisanya kamu tidur sama cewek lain setelah apa yang kamu lakukan! Aku pikir kamu tulus sama aku! Munafik!
Diluar dugaan, pemuda yang ditamparnya hanya tersenyum.
"Kita ngelakuin ini atas dasar suka sama suka. Kamu yang seharusnya jangan munafik. Tidur denganmu bukan berarti aku memiliki perasaan lebih untukmu" balas pemuda tersebut
Perkataan pemuda itu seketika membuat wajah sang gadis merah padam. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia pergi meninggalkan pemuda itu. Sedangkan yang ditinggalkannya hanya tersenyum seolah tidak terjadi apa apa.
Tidak berapa lama, pemuda itu keluar dari minimarket. Saat melintas di depan Bella, dia mengatakan sesuatu.
"Pertunjukan gratis telah usai, mulailah bekerja"
Bella menatap punggung si pemuda hingga menghilang di tikungan jalan depan.
**********
Bella mengenali pemuda itu karena seringnya ia berkumpul bersama teman-temannya sesama pecinta motor antik. Mereka sering mampir ke minimarket tempatnya bekerja untuk membeli minuman ringan, kemudian duduk di halaman minimarket sampai larut malam.
"Kumpulin duit taruhan yang kemarin, gue udah berhasil tidur sama Viva" pria itu berseru ke arah teman-temannya.
"Serius lo? Gilaaa, ga salah kalau julukan penakluk wanita jatuh ke tangan lo!" Balas salah satu temannya
Suasana menjadi riuh, beberapa memuji keberhasilan pemuda itu yang kabarnya sering melakukan taruhan untuk meniduri wanita. Beberapa lagi menggelengkan kepala dan merasa bahwa apa yang dilakukan sang pemuda bukanlah suatu prestasi. Bella sekilas mendengar, malam ini mereka mengadakan taruhan lagi untuk meniduri seorang gadis di kampus tempat mereka berkuliah. Mata hitam Bella menatap lekat ke arah pemuda itu.
************
Bella sedang melihat langit dari tempatnya berdiri. Malam ini ia sangat menikmati atmosfer sepi dan hening karena waktu sudah beranjak tengah malam. Jam kerjanya sudah berakhir satu jam yang lalu. Tapi gadis itu memutuskan untuk tidak langsung pulang. Ia ingin menikmati dinginnya udara dan sunyinya suasana. Saat saat seperti ini yang dia sukai. Malam seolah meredupkan polusi cahaya dan polusi suara yang membuat kepalanya berdenyut nyeri.
Pikirannya jauh mengembara ke segala arah, saat melihat satu sosok yang dikenalnya melintas. Sosok tersebut berjalan menuju taman dengan langkah yang santai. Dengan senyum sinis di bibirnya, gadis itu memasang tudung sweaternya dan mulai berjalan perlahan.
**************
Di depan dr Arka terbujur kaku jenasah seorang pemuda. Kepolisian baru saja mengirimkan jenasah ini kemari untuk di otopsi. Dari tampilan luar, tidak terlihat adanya luka selain luka yang ada di kepala.
Pria berkacamata itu melakukan semua prosedur otopsi dengan berurutan. Tidak ada detil yang terlewat satupun juga, semua tidak lepas dari pengawasannya. Korban meninggal 12 jam yang lalu, ditandai dengan tubuh yang mulai kaku, dan livor mortis atau lebam mayat yang sudah terlihat jelas. Penyebab kematian adalah pendarahan di otak karena hantaman keras benda tumpul. Melihat luka, diduga pelaku memukul kepala korban membabi buta dari segala arah. Dan dapat dipastikan, pelaku memiliki kekuatan tangan yang cukup kuat. Satu kali hantaman dapat langsung meretakkan tulang tengkorak. Karena hal inilah, korban menemui ajal.
***********
Polisi kembali dibuat bingung. Disekitar TKP tidak ada satupun terpasang CCTV. Kesaksian para teman-teman korban pun tidak sesuai dengan lokasi terakhir korban. Teman temannya bersaksi secara terpisah bahwa korban berpamitan sebentar untuk pergi ke toilet yang berada di minimarket. Tapi dari pantauan CCTV di dalam minimarket, korban tidak pernah sekalipun masuk ke dalam toilet. Beberapa jam kemudian, korban ditemukan berada di taman yang berjarak kurang lebih 500 kilometer dan sudah dalam keadaan meninggal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments