"Bella"
"Apa kabar? Saya Lita dan ini Rere" sahut seorang wanita bercelana panjang kain dan mengenakan blazer warna hijau gelap berdiri di hadapan Bella. Disebelahnya ada seorang gadis yang tersenyum kepadanya.
Lita mengulurkan tangannya sebelum akhirnya ia dan Rere duduk di hadapan Bella. Bella sendiri hanya mendongak dan mengabaikan ajakan Lita untuk berjabat tangan.
" Bagaimana keadaan kamu hari ini?" senyum tidak pernah lepas dari wajah Lita. Matanya mulai mengevaluasi sosok gadis pembunuh yang sudah melenyapkan nyawa 9 manusia. Bukan tanpa sebab ia bergelar dokter ahli di bidang kejiwaan, ia berusaha membaca karakter Bella dari gestur tubuh dan ekspresi wajah. Rere yang duduk di sebelahnya hanya memperhatikan.
" Ada perlu apa?" Tandas Bella dengan raut muka datar.
"Pribadi yang tenang dan tidak suka basa basi" batin Lita. Wanita itu mencatat di sebuah buku kecil. Rere terlihat mencatat sesuatu di buku kecil yang juga ia bawa.
" Saya ingin bertanya beberapa hal terkait kasus yang sedang menimpa kamu" Lita menjawab
"Menimpa? Pemilihan kata yang saya rasa kurang tepat. Menimpa memberikan kesan bahwa bukan kemauan saya hal ini terjadi. Tapi yang sebenarnya adalah, saya melakukan ini karena saya ingin" Bella menatap Lita tepat di mata.
"Menarik.." sahut Lita pelan.
Bella membuang nafas seraya memalingkan muka. Terlihat jelas oleh Lita, gadis itu tidak nyaman dengan kehadirannya.
"Kamu ingat Sumi?" Lita mulai memancing.
Sekian detik Bella hanya terdiam. Saat kembali menatap Lita, gadis itu berujar pelan.
"Anda bercanda? Bagaimana bisa saya melupakannya?" Bella berkata santai.
"Iya, saya rasa kamu tidak akan melupakannya. Tertulis disini, beliau adalah korban pertamamu" jawab Lita
"Hahahaha...." gadis itu tertawa sampai kepalanya terdongak keatas.
"Dia bukan korban pertama saya. Dia adalah target pertama saya" Bella menjawab di sela sela tawa
Lita mengerutkan kening dan mulai berpikir.
"Target? Bagaimana bisa dia menjadi target" pertanyaan lanjutan terlontar dari mulutnya
"Hahahahaha, saya pikir anda pintar profesor. Tapi tetap saja, anda bahkan tidak mengerti saya. Dia menjadi target karena saya yang memutuskan begitu" Bella masih terkekeh.
"Dari awal saya memang mengincarnya"
Lita kembali mencatat beberapa poin penting. Untuk pertemuan pertama ini, ia tidak akan terlalu menekan Bella. Ia perlu mengobservasi gadis ini. Untuk kasus ini, pendekatan secara pribadi sangat diperlukan untuk mengungkap kepribadian gadis itu.
Bella kembali terdiam, seolah olah ia memiliki dunia dan pikirannya sendiri. Beberapa saat Lita hanya memandangnya. Sampai akhirnya wanita itu membuka suara.
"Mood anda sepertinya tidak terlalu bagus Bella"
"Saya dan asisten saya akan pergi sekarang. Kami akan kembali lagi di lain hari" lanjutnya
Bella mendongak
"Berhenti bicara basa basi profesor. Berhenti juga mengajukan pertanyaan retoris. Saya tidak akan menjawab pertanyaan yang anda sudah tau jawabannya. Tanyakan apa yang ingin anda tau. Dan jika saya ingin, saya akan menjawabnya" ucap Bella menatap Lita.
Lita hanya tersenyum mendengar pernyataan Bella, setelah itu ia dan Rere berjalan menuju pintu keluar dari ruangan. Sedangkan Bella, gadis itu kembali melihat pemandangan di luar jendela.
***********
Hujan mengguyur kota ini selepas matahari terbenam. Lita sedang duduk di meja kerjanya. Dihadapannya berserakan berkas berkas mengenai kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Bella. Hasil pengamatannya dari pertemuan pertama, Bella adalah sosok yang tertutup. Gadis itu lebih nyaman dengan dirinya sendiri. Selain itu, cerdas. Dengan latar belakang pendidikan yang biasa biasa saja, Bella memiliki pemikiran yang mendalam. Masih terlalu dini untuk melabeli gadis itu dengan stempel psikopat. Walaupun Lita tau, ada kecenderungan ke arah sana. Lusa, ia akan kembali menemuinya.
************
Sudah setengah jam Lita duduk dihadapan Bella. Keduanya terdiam. Lita sibuk mengamati gerak gerik gadis itu. Sedangkan Bella, ia sedang meminum kopinya.
"Bolehkah saya meminta segelas kopi" tanyanya pagi itu kepada petugas rumah sakit. Petugas itu memberitahu Lita bahwa Bella dengan sangat sopannya meminta.
Setelah mendapat kopinya, gadis itu menuju tempat duduk favorit yang menghadap ke halaman luar. Lita yang sudah setengah jam menunggu pun tidak dihiraukannya.
"Apa yang ingin anda tanyakan?" Gadis itu menggeser kursinya menghadap Lita
"Kenapa kamu membunuh Sumi?" Kali ini Lita langsung menuju ke pertanyaan.
"Karena dirinya sendiri" jawab Bella seraya menyesap kopi yang sudah mulai dingin
"Jelaskan" sambung Lita
Bella meletakkan gelasnya.
"Wanita itu putus asa" Bella memulai
"Ia merasa tidak berguna untuk siapa siapa. Bagaimana bisa berguna jika untuk hidup pun dia kesulitan. Sebagai ibu dia tidak berguna dalam hal mendidik anak anaknya sehingga mereka menelantarkannya saat tua. Sebagai manusia, dia juga tidak berguna karena tidak ada yang bisa ia lakukan selain memulung untuk bertahan hidup. Sebagai manusia, dia sudah menjadi sampah karena tidak berguna untuk siapa siapa. Bukankah kematian adalah pilihan yang tepat?"
Lita mencatat semua jawaban Bella.
"Jadi kamu merasa perlu melenyapkannya, hanya karena dia tidak berguna?" Tanya Lita
"Tentu. Dunia semakin rusak karena manusia manusia seperti wanita tua itu. Mereka tidak memiliki kemampuan bertahan hidup. Yang bisa mereka lakukan hanyalah iri dan menyalahkan manusia lain yang nasibnya lebih baik. Saya rasa, anak anak pemulung itu bernasib baik. Itulah sebabnya, wanita itu menginginkan anak anaknya menengoknya. Dia berharap anak anaknya bisa membantunya bertahan hidup" tandas Bella tegas.
"Ini yang membuat saya muak profesor" Bella membetulkan posisi duduknya.
"Para orang tua yang merasa berjasa membesarkan anak anak mereka. Sehingga, saat mereka sudah tidak mampu bertahan hidup, mereka akan menuntut kepada anak anaknya atas apa yang dulu pernah mereka lakukan. Mereka selalu berbicara seolah olah mereka adalah orang tua yang hebat. Tapi disaat tua, mereka menjadi parasit. Mengungkit semua, melabeli anak anak mereka anak durhaka jika sedikit saja tidak mau memenuhi keinginan mereka. Bukankah seorang anak tidak bisa memilih dari rahim mana ia dilahirkan prof?"
"Teruskan.." sahut Lita
" Untuk apa mereka bersusah payah membesarkan anak anak mereka jika pada akhirnya mereka akan menuntut balas jasa? Memuakkan" sahut Bella tersenyum sinis.
Lita tersenyum dan menutup buku catatan. Apa yang dia cari sudah ia temukan jawabannya.
"Gadis dengan pola pikir menarik" batin Lita
Bella sendiri kembali melihat pemandangan di luar jendela. Selama beberapa menit kedua wanita itu tenggelam dalam kebisuan. Hingga akhirnya Lita berdiri dan berpamitan, Bella masih belum mengalihkan matanya dari jendela.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments