‘’Maaf Nyonya, saya datang kemari karena urusan penting,’’ kata Sekretaris Rey.
‘’Kalau ada urusan penting, lihat kondisi dulu! Kami ini sedang sarapan, dan kau baru saja mengganggu sarapan kami.’’
Dahinya berkerut karena melihat putrinya berusaha mengatakan sesuatu.
‘’Oh? Sekretaris Rey.’’
Bu Christa berbalik dengan cepat saat mendengar ucapan suaminya. Ia menatap pria muda tadi dengan wajah kaget. Saat itu juga ia baru mengerti mengenai putrinya yang berusaha memberitahunya.
‘’Silahkan duduk. Kami sedang sarapan jadi tidak terlalu dengar suara bel rumah,’’ kata Pak Percy.
‘’Tidak apa-apa Tuan, saya mengerti.’’
Pandangan dinginnya kemudian ditujukan kepada bu Christa, membuat wanita itu tersenyum kaku.
Pak Percy menyuruh istrinya untuk membuatkan teh.
‘’Jadi ada urusan apa sampai membuat Sekretaris Rey datang kemari?’’
‘’Tuan Besar mengutusku untuk membawa Nona Eve ke kediamannya sekarang,’’ kata Sekretaris Rey.
Tidak lama kemudian, muncul bu Christa sambil menyajikan teh.
‘’Begitu? Pasti karena besok adalah hari pernikahan putranya, jadi Tuan Besar mengutus Anda datang kemari.’’
Sekretaris Rey mengangguk sambil tersenyum.
‘’Kalau begitu, tunggu apa lagi? Kami akan bersiap-siap,’’ kata Bu Christa.
‘’Mohon maaf. Tapi Tuan Besar hanya menyuruhku membawa Nona Eve.’’
Perkataan Sekretaris Rey spontan membuat reaksi bu Christa berubah.
‘’Apa maksudmu? Kami juga keluarganya. Otomatis kami juga harus ikut.’’
Sekretaris Rey menjelaskan kalau mereka tidak perlu khawatir untuk menghadiri pernikahan besok. Akan ada utusan lain yang akan menjemput mereka di sini. Mendengarnya membuat bu Christa mengepalkan tangan meskipun dirinya tersenyum.
‘’Kalau begitu Cordelia, cepat beritahu kakakmu untuk berkemas!’’
Cordelia terdiam. Rasanya tidak sudi melihat kakaknya akan pergi ke kediaman Raymond. Ketiga orang di sana menatapnya yang berdiam diri. Bu Christa langsung berdiri dan menyuruhnya untuk pergi.
‘’Hehe, maaf. Dia sangat sedih karena kakaknya akan pergi, jadi dia terlihat tidak sudi mengabari kakaknya.’’
......................
Kamar Eve Laurence
Tok! Tok! Tok!
Cordelia mengerutkan dahi tanda kesal, membuatnya membuka pintu kamar dan terbelalak melihat isinya begitu berantakan. Ia kembali teringat dengan kejadian menyenangkan kemarin, sehingga terukir senyuman di bibirnya.
Ceklek!
Dilihatnya Eve baru saja keluar dari kamar mandi, membuat kedua wanita itu bertatapan.
Eve hanya mengabaikan dan menuju ke lemari pakaian.
‘’Melihat pemandangan ini, sepertinya ada yang mengamuk kemarin malam.’’
Eve mengenakan pakaian tanpa peduli adiknya yang duduk di kasur.
‘’Utusan keluarga Raymond ada di bawah untuk menjemputmu.’’
Eve berbalik dengan cepat menatap Cordelia. Senyuman yang tadinya terukir di wajah adik tirinya, berubah seketika menjadi masam. Tanpa bertanya pjn, Eve sudah tahu reaksi wajah itu.
‘’Ayah menyuruhku untuk memberitahumu agar segera berkemas. Utusan keluarga Raymond akan membawamu ke kediaman mereka sekarang, tapi bagaimana ini? Kemarin malam Kakak ditiduri pria lain. Kebetulan semuanya ada di ruang tamu saat ini, apakah aku harus mengatakan kebenaran kepada me—‘’
Eve spontan berlutut sambil mengatupkan kedua tangannya. ‘’Tidak! Kumohon, jangan di depan ayah!’’
Melihat kakaknya berlutut dan memohon seperti itu, membuat Cordelia sangat menikmatinya.
‘’Apa pun yang kau mau. Aku akan berusaha memberimu, tapi kumohon, jangan pernah beritahu ayah mengenai hal ini!’’
‘’Hehehe, lalu bagaimana jika aku menolak?’’ pancing Cordelia.
‘’Cordelia, sejak dulu aku selalu memberikan pemberian ayah untukku kepadamu. Semua milikku kuberikan padamu dengan ikhlas. Sekarang aku berlutut di depanmu memohon. Setidaknya untuk kali ini saja, kau membalas budiku.’’
‘’Hoo, apakah aku bisa memegang ucapanmu?’’
Eve mengangguk mantap dan berusaha meyakinkan adiknya.
‘’Kau berkata akan memberikan semua milikmu padaku dengan ikhlas. Kalau begitu pemberian ayah yang satu ini pasti sudah membuatmu mengerti.’’
Dahi Eve berkerut menyadari keinginan adik tirinya. Ia sudah membuang harga dirinya dengan berlutut dan memohon meskipun ia tidak sudi.
‘’Ya Kakak. Aku ingin kau menyerahkan pernikahanmu kepadaku. Kau sudah berjanji tadi.’’
Egois, benar-benar egois. Eve tidak tahu apa yang merasuki adiknya itu sampai seperti ini. Ia sudah dijebak, dan bukannya mencari solusi, malah dirinya justru dirugikan.
‘’Tidak. Untuk yang satu ini aku tidak akan memberikannya padamu. Aku juga memiliki hak untuk hidup bahagia.’’
Cordelia melotot dan langsung menarik kerah leher baju kakaknya.
‘’Kakak!’’
‘’Cordelia, kau ini benar-benar rakus. Kurang apa lagi dirimu sampai menjebak kakakmu sendiri? Kupikir dengan berlutut dan memohon padamu, kau akan berbelas kasih padaku, tapi ternyata tidak! Kau masih sama saja ingin mengambil milik orang lain. Kau tahu orang menyebutnya apa? Wanita ******.’’
Plak!
Tamparan itu berhasil mendarat di pipinya.
Cordelia melepaskan genggamannya dan berjalan keluar. ‘’Jangan membuat ayah menunggu!’’
Langkahnya terhenti. Ia menolehkan kepalanya sedikit ke samping dengan amarahnya. ‘’Kakak akan menerima akibatnya.’’
Eve mengepalkan tangan. Matanya kembali berkaca-kaca setelah mendapat tamparan dari adik tirinya. Ia berbalik dan mengemas pakaiannya. Tidak lupa bingkai foto ibunya juga dibawa.
......................
Ruang Tamu
Setelah Cordelia datang, Eve juga muncul sambil menarik koper.
Pak Percy spontan berdiri, saat melihat plester luka melekat di wajah putrinya. ‘’Eve? Ada apa dengan wajahmu?’’
Bu Christa melirik Cordelia yang tahu itu adalah perbuatan putrinya. Sekretaris Rey mengikuti arah pandang wanita tadi dan menatap Eve.
‘’Tidak apa-apa Ayah. Aku tidak sengaja terjatuh saat masuk ke kamar mandi.’’
‘’Kenapa kau begitu ceroboh?’’
Sekretaris Rey berdiri untuk berpamitan. Pak Percy dan bu Christa beserta Cordelia mengantar kedua orang itu sampai teras rumah.
‘’Kau tidak ingin memelukku?’’
Eve berusaha tersenyum setenang mungkin, agar tidak ada yang menyadari raut wajahnya yang sangat ingin menangis.
Bu Christa dan Cordelia hanya menatap pemandangan membosankan itu dengan datar. Sekretaris Rey kembali memperhatikan gerak-gerik mereka.
Eve beralih ke ibu tirinya. Meskipun tidak sudi, ia tetap memeluknya begitu juga adik tirinya.
‘’Bahkan jika Kakak meninggalkan rumah ini, aku akan tetap memberikan tekanan kepada Kakak. Aku tidak akan membiarkan Kakak hidup dengan tenang sebelum aku mencapai tujuanku,’’ bisik Cordelia ke telinga kakaknya.
Eve memasuki mobil sambil menatap ayahnya dengan sendu. ‘’Ayah?’’
Pak Percy tersenyum. ‘’Tidak apa-apa. Kita akan kembali bertemu besok di pernikahanmu. Putriku akan menikah, dan menjadi orang tercantik.’’
Sekretaris Rey memastikan kalau hal itu pasti akan terjadi, karena keluarga yang akan dinikahi Eve adalah salah satu keluarga yang memiliki pengaruh besar dalam dunia makanan.
‘’Ayah, aku pergi dulu. Tolong jaga kesehatan Ayah.’’
‘’Ya, jaga kesehatanmu juga sayang.’’
Mobil hitam itu pun melaju keluar. Eve hanya bisa memandangi dari kaca belakang mobil. Ia benar-benar tidak tenang meninggalkan ayahnya kepada dua wanita tadi. Setelah mendengar peringatan Cordelia tadi, perasaannya mulai gusar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Issey Miyake
sory to say..ngak suka watak eve yg bodoh dn trlalu bodoh .
2023-01-10
1
Ojha Pasha
lanjut
2022-08-04
2
Pisces Aprodithe
tenang aku dipihak mu eve
2022-07-30
1