Dari arah lain, tampak sosok pria muda berjalan menyusuri koridor. Namun, sebelum ia mencapai elevator, langkahnya terhenti tepat di depan salah satu kamar hotel bernomor 212. Samar-samar, ia mendengar suara aneh dari dalam, membuatnya membuka pintu tersebut.
Bugh!
Terlihat sosok wanita langsung terjatuh ke arahnya. Dilihatnya kondisi wanita itu tidak sehat, nafasnya menjadi berat, dan sekujur tubuhnya berkeringat. Melihat hal itu, ia berniat menghubungi seseorang, tapi wanita tersebut menariknya masuk ke dalam dan mendorongnya ke kasur.
Wanita yang tidak lain adalah Eve itu menaiki tubuh pria muda tadi tanpa melepaskan pakaiannya. Pria muda mencoba menyadarkannya tetapi Eve begitu agresif menciumnya.
Sekali gerak, pria muda itu membalikkan posisi. Sekarang ia yang berada di atas tubuh Eve.
‘’Kau yang memaksaku melakukan hal ini.’’
......................
Lobby
Cordelia berdiri saat melihat pria tua menghampirinya. Ia membungkuk dan membawanya kepada kakaknya yang saat ini tidak sadarkan diri.
......................
Kamar 212
‘’Tuan, wanita yang saya katakan tadi sudah ada di dalam.’’
Pria tua itu tersenyum dan menyerahkan amplop berisikan uang kepadanya.
‘’Ini bayaranmu.’’
Begitu pintu terbuka, keduanya terpaku melihat pemandangan itu. Meskipun lampu dimatikan, tetapi mereka masih bisa melihat adegan yang tidak senonoh di dalam, membuat pria tua tadi langsung memalingkan wajahnya.
‘’Sungguh tidak tahu malu! Apa-apaan ini? Kau berencana menipuku?!’’
Cordelia juga sama kagetnya. Tidak tahu ia akan berkata apa sampai pria tua itu menariknya pergi.
‘’Tuan! Tunggu!’’
Mereka memasuki elevator.
‘’Aku akan membawamu ke kantor polisi karena telah menipuku! Serahkan kembali uang itu kepadaku!’’
‘’Tidak! Anda sudah memberikannya kepadaku jadi Anda tidak bisa mengambilnya kembali,’’ kata Cordelia.
Pria tua itu semakin marah dan mengeluarkan ponsel untuk menghubungi polisi.
‘’Kalau Tuan mau, kita berdua bisa masuk penjara bersama-sama. Aku akan memberitahu polisi kalau Anda membayarku untuk mencarikan wanita untuk ditiduri. Publik akan tahu kalau kelakukan walikota mereka serendah ini, dan dampaknya Anda sendiri sudah tahu.’’
Mendengar ancaman Cordelia membuat pria tua itu menggertak gigi dan mematikan ponselnya.
Ting!
Bersamaan pintu elevator terbuka, pria tua itu menatap Cordelia tajam.
‘’Pastikan aku tidak melihatmu lagi!’’
Cordelia hanya tersenyum melambaikan tangan menatap kepergiannya.
‘’Stt, meskipun bukan dia yang menyentuh kakak, tapi saat ini kakak sudah disentuh oleh orang lain, tidak masalah. Sekarang waktunya memberi hadiah.’’
......................
Kamar 212
Dahi Eve berkerut karena merasakan sesuatu. Pelan-pelan ia membuka matanya dan melihat ke sekeliling ruangan itu gelap.
Deg!
Eve spontan bangkit menyadari ruangan itu adalah salah satu kamar hotel. Matanya membulat besar melihat tubuhnya tidak mengenakan satu helai pakaian. Ia menyalakan lampu dan langsung melihat noda darah di kasur. Pandangannya teralihkan oleh secarik kertas yang tergeletak di sampingnya.
Ini sebuah kecelakaan, kau hanya perlu menutup mulut dan aku juga akan menutup mulut, dengan begitu semuanya akan baik-baik saja. Cek sebagai tebusan untuk membiayai hidupmu juga sudah aku berikan.
Tangannya meremas secarik kertas itu disertai gertakan gigi.
‘’Kecelakaan? Setelah kau merebut mahkotaku? Dasar laki-laki brengsek!’’
Saat itu juga, muncul seorang wanita berambut panjang ungu tersenyum ke arahnya.
‘’Hoo, bagaimana? Apakah kau menikmatinya, saudariku?’’
Deg!
Rasanya seperti ada sesuatu yang menembus jantungnya. Eve tidak menyangka, saudari tiri yang dianggapnya sebagai saudara kandung malah menjebaknya agar tidur bersama pria lain. Ia seharusnya sudah memperhitungkan hal ini, saat dirinya selalu menerima perlakuan buruk dari Cordelia.
Cordelia berjalan ke arahnya sambil menyerahkan sebuket bunga.
‘’Selamat atas pernikahanmu Kakak. Padahal aku berniat ingin bertemu dengan pria yang bermain bersama Kakak tadi. Tapi secepat ini dia menghilang. Ayo kita pulang! Hotel sebentar lagi akan tutup, tidak kusangka pria itu melakukannya secepat ini.’’
Dengan tubuh gemetar, tangan yang mengepal sambil menggertak gigi, Eve menangis dalam diam sambil membanting buket bunga itu.
......................
Perjalanan pulang...
Cordelia sesekali melirik kakaknya yang hanya menunduk sejak tadi dengan tatapan hampa.
‘’Jadi bagaimana pengalaman pertama Kakak tadi? Apakah pria itu melayani Kakak dengan baik atau sangat agresif?’’
Eve hanya diam tanpa peduli pertanyaan Cordelia.
‘’Haa, bagaimana ini? Apakah kita berdua harus mengatakannya kepada ayah? Ah~ kurasa tidak, kalau ayah sampai mengetahuinya maka dia akan sangat ke—‘’
‘’Kenapa kau melakukannya?’’ tanya Eve memotong kalimat Cordelia.
‘’Melakukan apa?’’ tanya Cordelia pura-pura tidak tahu.
Eve mengepalkan tangan dan menggertak gigi. Ia langsung mencengkeram bahu Cordelia.
‘’Kenapa kau melakukannya?!’’
Karena hal itu membuat mobil yang dibawa Cordelia sedikit keluar jalur. Ia berusaha memberontak dari cengkeraman kakaknya.
‘’Apa yang kau lakukan?!’’
Sret!
Cordelia menginjak rem membuat keduanya terdorong ke depan.
‘’Jika kau ingin mati, jangan mengajakku!’’ bentak Cordelia.
Eve mencengkeram bahu adiknya begitu kuat sehingga Cordelia meringis. Ia menatap adiknya dengan mata mengkilat disertai butiran air mata.
‘’Apakah kau serendah ini sampai menjebak kakakmu? Apa maumu Cordelia? Apakah kau segitu bencinya padaku?’’
‘’Iya! Aku membencimu! Sangat membencimu! Bahkan aku tidak sudi menganggapmu sebagai saudariku, kenapa? Itu karena ayah lebih menyayangimu dibandingkan diriku!’’
‘’Ayah menyayangi kita berdua, Cordelia.’’
Cordelia tersenyum remeh.
‘’Bahkan anak kecil pun bisa tahu kalau dia dibedakan. Sejak memasuki keluarga ini, ayah memberikan perhatian lebih kepadamu, bahkan sudah merencanakan masa depanmu yang begitu sempurna dengan menikahi anak presdir akademi kuliner ternama. Aku yang seharusnya menikahi Adam bukan Kakak! Tapi, ayah bersih keras menikahkanmu karena perjanjiannya dan ingin melemparkan semua tanggung jawab rumah kepadaku! Kau akan hidup mewah, dikelilingi barang-barang mewah, bagaimana dengan diriku? Tinggal di rumah kecil itu saja membuatku tidak tahan!’’
Eve terbelalak, cengkeramannya yang kuat tadi tiba-tiba menjadi lemah. ‘’Kau melakukan hal ini hanya karena semua itu?’’
Cordelia menepis tangan kakaknya dengan kasar.
‘’Kalau iya memangnya kenapa? Aku memesan anggur untuk membiusmu dan menghubungi walikota agar dia menidurimu, tapi semua itu gagal saat pria lain sudah menidurimu lebih dulu. Tapi, entah itu walikota atau pria lain yang menidurimu, yang penting rencanaku sudah berhasil.’’
Tangan Eve hendak ingin menamparnya.
‘’Kenapa berhenti? Ayo tampar aku! Dengan begitu aku akan mengadu kepada ayah kalau anak kesayangannya sebenarnya tidak seperti pikirannya.’’
Eve mengepalkan tangan dengan perasaan tertahan lalu membuang wajah.
......................
Kediaman Laurence
Kedua wanita tadi masuk sambil ditatap oleh pasangan yang tengah menonton tv di ruang tamu.
‘’Kalian sudah pulang, bagaimana acaranya?’’ tanya Bu Christa.
Cordelia melirik ke arah kakaknya yang diam menunduk. Ia pun langsung tersenyum sambil menggandeng tangan kakaknya.
‘’Sangat menyenangkan. Kakak membawaku ke restoran mewah tempatnya bekerja. Ibu tahu? Makanan di sana sangat enak, pokoknya aku sangat suka! Iya, kan? Saudariku tercinta yang sudah ternodai,’’ ucapnya berbisik di ujung kalimat.
Tanpa menjawab apa pun, Eve menepis tangan Cordelia dan langsung menuju kamarnya. Melihat hal itu, pak Percy menatap Cordelia dengan wajah kusut membuat Cordelia tertegun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Siti Munawaroh
dasar krokodei GK tau diri gedek deh q ma dia
2023-02-03
1
Ojha Pasha
crocodila hah
2022-08-04
2
Pisces Aprodithe
persetanlah
2022-07-30
1