Ra... kilas balik 5

Berkali-kali Rara bercermin, menatap dirinya sendiri yang tak ia kenali lagi.Tak terasa buliran air mata menetes membasahi pipi. "Apakah ini benar-benar diriku? apa ini benar-benar nyata?" Rara mencubit pipinya sendiri meyakinkan dirinya.

Dengan memakai dress, dan rambut terurai sepinggang serta wajah yang di balut makeup natural, membuat Rara nampak begitu cantik dan anggun. Sangat mirip seperti Karin saat masih muda.

Arthur membalikan tubuh Rara dan membelakangi cermin, menatap ke arah Arthur.

"Sudah kakak katakan, kalau adik kakak ini sangat cantik jauh lebih cantik dari wanita-wanita yang pernah kakak temui." puji Arthur. tangan Arthur pun menghapus air mata Rara.

"Rara, benar-benar gak percaya, kalau bisa berubah seperti ini. Terimakasih kak, sudah merubah penampilan Rara. tak ada kata-kata lain lagi yang bisa Rara ungkapkan selain terimakasih.

"Mulai sekarang, inilah penampilan Rara Aurora Kenzo, putri kebanggaan keluarga Kenzo dan juga adik satu-satunya Arthur Felix Kenzo." Rara pun langsung memeluk Arthur sangat erat.

Tak terasa hari pun mulai malam. mereka pun memutuskan untuk pulang. Selama di perjalanan Rara dan Arthur semakin intim sebagai saudara. ngobrol dan saling bercanda.

Arthur meminta untuk singgah sebentar di salah satu supermarket, untuk membeli kebutuhan Arthur yang sudah habis.

"Kamu gak ikut turun Ra?, siapa tahu mau beli sesuatu?" tanya Arthur sebelum turun.

"Gak, Rara disini saja. Rara masih gak percaya diri mau jalan di tempat umum." saut Rara. Arthur pun meninggalkan Rara dalam mobil yang terparkir.

Saat sedang memandangi sekeliling area parkiran supermarket. Dari dalam supermarket keluar Varo bersama key dengan membawa belanjaan.

Rara yang masih ingat betul dengan Varo, buru-buru keluar mobil dan mengejar Varo, sebelum mereka pergi. Bodyguard Rara pun mengejar Rara saat mengetahui Rara berlari dengan telanjang kaki.

Varo sudah menghidupkan mesin dan mulai berjalan ingin keluar dari tempat parkir, namun secara mendadak Rara muncul di depan mobil Varo hingga membuat Varo berhenti secara mendadak.

Dengan mata terpejam Rara menghentikan mobil Varo. kedua bodyguard Rara pun berteriak dari kejauhan, memanggil Rara.

Jantung Rara berdetak kencang, peluh seketika membasahi tubuhnya dan badan pun gemetaran, namun Rara masih berdiri kokoh di depan mobil Varo.

Di dalam Varo Mulai emosi, melihat ada yang sengaja ingin menghadangnya.

"Kamu di sini saja key dan jangan ikut keluar, papa ada urusan sebentar." Key hanya memandangi papanya dan sekali-kali menatap Rara.

"Woi... Kamu mau cari mati?" Varo keluar mobil, dan membentak Rara. Rara pun membuka mata mendapati dirinya masih hidup. Kedua bodyguard Rara pun menghampiri.

"Non Rara gak papa? apa yang nona lakukan, itu sangat berbahaya?" ucap Kiki salah satu bodyguardnya.

"Aku gak papa."Rara pun menghampiri Varo yang hanya berdiri di samping pintu mobil dengan melipat kedua tangannya di dada.

"Kamu...!!! masih ingat denganku?" tanya Rara dan Varo mencoba mengingat-ingatnya.

"Kamu.!!! Varo menunjuk wajah Rara. Memang benar ya kamu itu memang sengaja waktu itu menabrakkan diri kan. Sebenarnya apa sih maumu. Begitu liciknya caramu untuk mengejar-ngejar aku dengan cara serendah ini."

"Jaga mulut anda tuan, berbicaralah yang sopan dengan nona kami." ucap bodyguard Rara yang membela Rara.

"Kalian mundur saja, gak usah ikut campur, ini urusanku dengan orang gila ini." ucap Rara. Kiki dan Roy pun mundur dan berpindah kebelakang Rara.

"Siapa yang kamu bilang gila.?" Varo menarik lengan Rara sedikit menjauh dari bodyguard Rara.

"Lepaskan tanganku!!!" berontak Rara.

"Sebenarnya apa sih maumu? kenapa kamu tiba-tiba buat masalah dengan sengaja ingin menabrakan diri supaya aku di penjara atau kamu pura-pura hanya untuk menjebakku."

"Hai...!!! jaga mulut anda, aku gak kenal anda dan gak pernah bertemu dengan anda sebelum kejadian itu dan aku gak pernah bermaksud untuk menjebak anda. Aku hanya ingin meminta sesuatu pada anda yang sudah anda ambil. Kembalikan tas ku. aku yakin pasti anda yang mengambil tasku ya kan." Rara menengadahkan tangannya meminta agar segera di kembalikan.

Varo tertawa dengan terpaksa. mendengar ucapan Rara. "Jadi hanya karena tas lusuh itu kamu sampai nekat cari mati." Varo mendekatkan wajahnya pada"Rara Apa kamu benar-benar menginginkannya?"Rara mendorong Varo untuk menjauh.

"Ya aku menginginkannya karena itu sangat berarti buat ku, makanya sekarang cepat kebalikan padaku."

"Jika kamu menginginkannya, ambil sendiri di rumahku dan temui aku besok ke alamat ini." Varo memberikan kartu nama di tangan Rara dan berlalu meninggalkan Rara dan kembali ke mobil untuk pergi.

Rara berjalan lambat, ia syok dengan apa yang dia perbuat dengan nekat.

"Nona Rara gak papa?" tanya Roy salah satu bodyguard Rara.

"Aku gak papa, tolong janji padaku jangan ceritakan ini pada kakak Arthur." ucap Rara dan kedua bodyguardnya pun mengangguk.

Arthur pun kembali dengan dua tas kresek belanjaan. Dan Rara pun bersikap seolah-olah tak terjadi apa-apa. Mereka pun segera pulang.

🍂🍂🍂🍂

Key yang duduk di samping Varo pun menatap wajahnya dengan penuh tanda tanya.

"Apa yang kamu lihat key?" tanya Varo.

"Papa itu tadi siapanya papa?" tanya key penasaran.

"Itu hanya orang gak waras key, memangnya kenapa, Key menanyakannya?"

"Key kira, itu pacar papa dan calon mamanya key? apa papa dan Tante cantik itu bertengkar? tanya key dengan polos dan Varo pun tertawa dengan ucapan putranya itu.

"Mana mungkin itu calon mamamu key. Kamu bisa lihat sendiri betapa galak dan nekatnya dia. Sudahlah gak usah di bahas orang gak jelas seperti dia." Varo pun memfokuskan untuk melanjutkan perjalanan.

🍂🍂🍂🍂

Sesampainya di rumah, keadaan sudah sunyi kerena sudah beristirahat semua.

Rara pun segera kembali ke kamar begitu juga dengan Arthur.

Setelah membersihkan diri, Rara beristirahat dan mencoba memejamkan mata. Tapi entah kenapa tiba-tiba ia tak bisa tidur pikirannya melayang mengingat kejadian nekat yang ia lakukan.

Setengah jam. Satu, dua jam berlalu namun tetap tak bisa memejamkan mata. Rara menatap jam di atas nakas dan sudah menunjukkan pukul satu dini hari.

Ia pun keluar kamar dan memeluk boneka Teddy bear miliknya dan melangkahkan kaki menghampiri kamar Arthur.

Beberapa kali Rara mengetuk pintu. Arthur yang sudah tertidur pun terbangun dan segera turun ranjang untuk membukakan pintu.

Arthur pun mengucek kedua matanya menjernihkan penglihatannya. Rara berdiri di ambang pintu kamar Arthur.

"Ra... apa yang kamu lakukan dini hari begini? kenapa kamu tidak tidur?" tanya Arthur.

"Rara gak bisa tidur? bisakah Rara tidur di kamar kakak, kali ini saja."

"Oh... masuklah." Rara pun masuk kamar Arthur sambil memeluk bonekanya dan Arthur kembali menutup pintu kamarnya.

"Kamu tidurlah di ranjang kakak, biar kakak tidur di sofa."Rara pun merebahkan tubuhnya di atas kasur dan Arthur pun menyelimutinya. "Sekarang tidurlah." Arthur mengecup kening Rara dan ia pun tidur di sofa.

"Kak..."panggil Rara.

"eeemm," saut Arthur.

"Kalau seandainya Rara melakukan kesalahan karena kecerobohan Rara, apa kakak mau maafin Rara?" tanya Rara.

"Tergantung, kesalahannya fatal atau tidak, sudahlah kita bahas besok saja, kakak sudah benar-benar ngantuk. Selamat malam." Arthur pun kembali melanjutkan tidurnya dan Rara pun berusaha memejamkan mata.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!