Disaat semua orang sedang sarapan kecuali Rara dan Nabila. Bel pintu berbunyi, salah satu pelayan berlari dan segera membukakan pintu.
Dan ternyata itu Rafael adik Ken. Ia segera masuk dan menghampiri keluarga Ken yang sedang sarapan.
"Selamat pagi Semuanya." sapa Rafael dan semua menatap Rafael seakan terkejut dengan kedatangannya.
"Rafael, kamu datang kenapa tak mengabari kami sebelumnya?" tanya Ken dan mereka pun berpelukan untuk saling menyapa.
"Aku kesini menjemput putriku Nabila, dia memintaku menjemputnya." jelas Rafael dan sontak membuat Joy tersedak.
🌟Malam itu setelah Nabila kembali ke kamar, ia pun menghubungi papanya.
"Pa... bisakah papa menjemputku?"
"Kenapa tiba-tiba kamu ingin pulang nak? bukankah kamu ingin di sana selama satu bulan."
"Awalnya memang aku ingin lebih dekat dengan Joy pa, tapi sepertinya hubungan jarak jauh itu lebih baik. Nabila mohon pa, tolong jemput Nabila.
"Baiklah, besok pagi papa akan menjemputmu.🌟
Suara high heels yang beradu dengan lantai dan suara roda koper yang bergesekan dengan lantai memecah tanda tanya. Nabila sudah bersiap diri dan menarik kopernya menghampiri Rafael.
"Pa... Nabila sudah siap" ucap Nabila pada papanya.
"Ada apa ini Nabila, kenapa kamu tiba-tiba ingin pulang? apa ada masalah antara kamu dengan Joy? kamu bilang pada bibi akan di sini selama satu bulan." tanya Karin yang menghampiri Nabila.
Belum sempat Nabila menjawab Joy menghampiri." Aku ingin bicara padamu sebentar" Joy menarik lengan Nabila menjauh dari yang lainnya.
"Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa kamu tiba-tiba ingin pulang? kenapa kamu tak bicara dulu denganku?" tanya Joy yang membutuhkan penjelasan sambil menangkup wajah Nabila dan menatap matanya.
Nabila menjauhkan tangan Joy dari wajahnya dan membelakanginya, menghapus air mata yang baru menetas."Lebih baik aku pulang, dan kita berhubungan jarak jauh saja, itu sepertinya lebih baik. daripada aku disini tapi hatimu tidak ada disini." ucap Nabila.
Joy membalikan tubuh Nabila, dan meminta penjelasan dari ucapannya."Apa maksudmu, aku selalu perhatikan denganmu dan selalu menyempatkan waktu bersamamu, apa lagi yang kurang? coba katakan padaku agar aku bisa memperbaiki kesalahan yang aku perbuat."
"Aku cemburu mas, aku cemburu melihat kamu dengan Rara, aku tahu kalian saudara tapi kalian tak ada ikatan darah. Di tambah lagi kamu yang begitu perhatian bahkan sangat mencemaskan dirinya saat terluka, apa mas pernah secemas itu padaku saat aku terluka, tidak kan." pertegas Nabila membuat Joy mundur selangkah dan mengacak rambutnya tak percaya kekasihnya cemburu pada adiknya.
"Astaga sayang!!! ternyata hanya karena Rara kamu jadi seperti ini. Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Rara, aku perhatikan dan cemas padanya karena dia itu adikku, apa kamu paham." Joy mencoba menjelaskan kesalahan paham yang terjadi yang membuatnya tak habis pikir.
"Oke... kalau memang mas gak ada hubungan apa-apa, mas harus janji padaku akan datang menemui orang tuaku, aku tunggu mas datang melamar aku sampai bulan depan."
"Baik... baiklah kalau itu maumu, aku kan segera datang melamar mu, tapi tidak bisakah kamu tetap Tinggal di sini, ini juga rumah pamanmu." bujuk Joy namun Nabila tetap menolaknya
"Aku tetap akan pulang."
"Baiklah, aku tak bisa memaksamu lagi, kalau itu memang keputusan darimu." Joy pun membiarkan Nabila pergi dan kembali menemui yang lain. Joy terpaku dalam diam. Menyalahkan dirinya sendiri yang tak bisa membuat kekasihnya nyaman.
Setelah pamit pada Ken dan Karin serta Arthur Nabila pun pergi bersama Rafael meninggalkan kediaman Ken.
Rara yang masih ada di kamar hanya bisa melihat kepergian Nabila dari balkon.
"Apa karena kejadian kemarin Nabila pergi?" gumam Rara seraya memperhatikan mobil Nabila meninggalkan mansion.
Rara kembali masuk dalam kamar, dan mencari-cari ponsel miliknya, untuk menghubungi Nabila, Rara merasa ikut bersalah jika memang penyebab kepergian Nabila karena dirinya.
"Ponselku?... mana ponselku... Rara mencari ponselnya yang tak disadari telah hilang bersama tas miliknya.
Arthur yang baru datang untuk menjenguk adiknya di buat bingung dengan tingkah Rara yang mondar-mandir mencari sesuatu.
"Ra... apa yang kamu lakukan, mondar-mandir seperti itu, ingat kakimu masih terluka." Arthur menahan lengan Rara agar ia bisa berhenti.
"Dimana ponselku?" kakak ya... yang mengambil ponselku? kembalikan kak, Rara butuh sekarang."
"ponsel apa? kakak gak ada menyembunyikannya, Kakak juga gak tahu kamu menyimpannya." jelas Arthur yang bingung.
"Dimana tas Rara, ponsel Rara ada dalam tas Rara."
"Tas...!!! kamu gak bawa apa-apa waktu Kakak menemukan kamu di depan rumah sakit." jelas Arthur lagi.
"Jadi kalau bukan kakak yang nyimpan dan Rara gak ada bawa, terus siapa yang mengambilnya." Rara terdiam.sesaat mengingat-ingat kejadian yang ia alami." Apa mungkin, tasku di bawa orang gila itu? atau tertinggal di jalan atau rumah sakit." Rara menebak-nebak.
"Kak pinjamkan aku ponselmu, aku ingin menghubungi ponselku, siapa tahu masih aktif dan tahu keberadaan tas milikku dimana"
"Buat apa repot mencari tas dan ponselmu yang sudah hilang. kakak bisa membelikan yang baru buat kamu."
"Pokoknya pinjam ponselnya, bukan masalah ponsel atau tasnya yang Rara cari tapi isinya, sangat berarti buat Rara." jelas Rara dan Arthur pun memberikan ponsel miliknya. Dengan cepat Rara pun mengambil dan segera menghubungi ponselnya.
"Mudah-mudahan ponselku masih aktif, dan siapapun yang menemukannya mau mengangkatnya."Gumam Rara sambil menggigit kukunya berharap ada yang mengangkatnya.
Namun sayang tak ada satu panggilan pun yang di angkat, padahal ponselnya masih aktif.
"Bagaimana apa bisa di hubungi?" tanya Arthur yang masih menunggu. Rara pun menggelengkan kepalanya.
"Gak ada yang angkat." jawab Rara kecewa.
"Kembalikan ponsel kakak, biar kakak lacak posisi ponselmu." Rara pun mengembalikannya pada Arthur. Rara sangat sedih karena kehilangan kenangan yang paling berharga, yang selalu ia simpan di dalam tasnya.
"Ayo ikut kakak Ra, kakak ingin menunjukkan sesuatu padamu." Arthur pun menggandeng Rara dan mengajaknya turun ke lantai bawah.
"kakak mau menunjukkan apa?" tanya Rara namun tak ada jawaban dari Arthur.
Dua orang laki-laki berpakaian rapi, berdiri di tengah ruangan, Mereka Bertubuh tinggi dan juga masih muda.
Rara menatap Arthur, dengan penuh tanda tanya untuk apa laki-laki tersebut.
"Mereka siapa kak?" tanya Rara.
"Mereka yang akan menjagamu dimana pun kamu berada. Sesuai janji kakak. Kakak tak akan membiarkan kejadian yang kemarin terulang lagi. Jadi kakak mencarikan bodyguard untukmu. ini Namanya Kiki usianya 23 tahun dan yang itu namannya Roy 25 tahun." jelas Arthur dan membuat Rara melongo. karena mereka terlihat tampan dan masih muda.
"Aku gak butuh mereka kak, aku bisa jaga diriku sendiri. Lagian aku gak terbiasa ada yang mengawalku." tolak Rara dan Arthur menutup mulut Rara dengan menempelkan jari telunjuknya.
"Kakak tidak meminta pendapatmu, ini sudah keputusan keluarga, jadi kamu tidak bisa menolaknya mengerti."
"Kalian berdua dengarkan, ini adalah Rara adikku satu-satunya, aku ingin kalian menjaganya, karena dia adalah permata keluarga ini, jangan biarkan dia pergi tanpa pengawalan dari kalian." jelas Arthur kepada dua bodyguard baru Rara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments