Najwa membelai lembut punggung kedua anaknya "sayang Allah tidak pernah memberi cobaan pada hambanya melampui batasanya. Sudah masuk waktu ashar yuk berjamaah" ajaknya.
merekapun menunaikan sholat berjamaah di dalam bangsal tersebut. Setelah salam dan memanjatkan doa tak lupa menyempatkan membaca beberapa surah Alquran. Ketukan pintu menghentikan aktivitas mereka. ternyata yang datang dokter jaga yang bertugas memeriksa pasien.
"asalamu alaikum maaf ganggu waktunya , pasien diperiksa dulu ya" sapa dokter. Begitu sang dokter menatap ke tiga perempuan itu jantungnya berpacu lebih cepat melihat sosok yang tiga puluh menit lalu bertabrakan denganya. Dokter yang kerap dipanggil dokter Hizkia ini segera memalingkan muka takut ekspresinya dianggap aneh oleh pihak lain. "gadis sempurna dunia akherat" batinya. Setelah dipersilahkan dia mendekati tubuh pak Candra dan menempelkan alat medisnya di dada pasien. Candra yang merasakan sentuhan di tubuhnya bangun dari mimpinya "Na Najwa, anak..." dengan suara serak dan berat dia mencari keluarganya. Mereka bertiga mendekati Candra" abi kami disini" seru ketiganya. Candra mengangkat tanganya mencoba meraih mereka dan segera disambut ketigany " ma af abi, pe' ca yalah abi be sih. Abi ta kut ne yakah. kayan yang tabah i klas ( maafkan abi, percayalah abi bersih. Abi takut neraka. Kalian yang tabah dan iklas).."
" umi percaya bi, abi yang kuat kita hadapi sama-sama" najwa memotong
"iya bi, Celyn dan Salwa juga akan mendukung abi..." ucap Celyn sambil menyeka air matanya.
Candra tersenyum melihat ketiganya " watu abi dah tiba maf abi. ashaduala ila ha i lallah (waktu abi sudah tiba maafkan abi. Ashaduala ila ha ilallah)" setelah Candra menutup mata terdengar bunyi
tiiiiiiiiiiiiiiìiiiiiiìt
yang memekakan telinga. Dokter Hizkia langsung menangani pasien.Perawat meninta kelurga pasien untuk keluar supaya tim medis bisa fokus mengani pasien. Setelah diluar selama kurang lebih sepuluh menit perawat meminta keluarga untuk masuk. Dengan gemetar Najwa menggandeng tangan Celyn dan Salwa memasuki bangsal. Begitu masuk pemandangan yang di tangkap mereka adalah Candra yang terbujur pucat, beberapa perawat yang melepakan alat medis dari tubuh pasien dan dokter yang menunduk. Harapan mereka seperti menguap, sisa tenaga seolah luruh bersama jatuhnya air mata.
"maaf kami sudah berusaha sebisa mungkin tapi Allah berkehendak lain..." ujar dokter Hizkia.
Kalimat tarji keluar dari ketiganya dan menghampiri jasad Candra . " abi terimakasih sudah jadi ayah yang baik buat Celyn, Celyn sayaaaang sama abi tapi ternyata Allah lebih sayang abi. Celyn janji didikan abi akan teruuus membimbing langkah Celyn dan Celyn juga akan teruuus mendoakan abi. Abi yang tenang semoga Allah memberi tempat terindah di surga-Nya untuk abi"
"abi maafkan semua kesalahan umi selama mendampingi abi, umi ikhlas . Umi akan selalu menjaga anak semampu umi"
"Abi Salwa akan terus mendoakan abi , abi tenang disana ya"
Dokter Hizkia yang awalnya melangkah keluar menghentikan langkahnya ketika mendengar kalimat pelepasan yang indah. Ada rasa haru dihatinya bagaimana tidak, sebagai seorang dokter menghadapi keluarga pasienya yang meninggal bukan ini kali pertama. Bermacam macam respon yang dia dapat bahkan pernah mendapat bogem mentah dan umpatan. Seolah kematian pasien dokterlah penyebabnya. Ini kali pertama dia melihat keluarga yang tabah seolah ilmu ikhlas sudah mendarah daging. Tak terasa air matanya juga ikut mengalir. "pak Diky Candra keluarga anda sungguh hebat" gumamnya sambil berlalu .
Prosesi pemakaman dilaksanakan malam itu juga. Mungkin karna keluarga ini suka bersosial warga yang datang untuk berbela sungkawa dan membantu prosesipun banyak sekali. Sepulang dari makam sudah jam sembilan lebih, tapi masih ada beberapa warga yang berkumpul di rumah duka untuk membanjatkan doa dan surah iklas di khususkan untuk almarhum.
Pagi harinya berhubung masih dalam suasana duka Celyn dan Salwa tidak masuk sekolah. para pelayat silih berganti memadati rumah duka. Diki Candra memiliki seorang adik yang tinggal kota P, sampai dirumah duka tengah hari. Sedangkan Najwa dari kecil hidup sebatang kara dan di besarkan di panti asuhan di kota S, setelah lulus SLTA dia mengadu nasib di kotq J dan bertemu Diki Candra.
Tujuh hari setelah itu ada surat pembekuan harta almarhum Diki Candra. Najwa yang belum tau kejelasan kasus yang dialami suaminya penasaran dan berniat untuk mendatangi perusahaan tempat suaminya bekerja sebagai penanggung jawab lapangan. Tepat pukul sebelas mobil yang dikendarai pak Slamet sampai di gedung yang lumayan besar bertuliskan PT DARMA tbk. Begitu masuk najwa menuju ke resepsionis, awalnya resepsionis itu ramah namun ketika mendengar bahwa yang di depanya istri Diki Candra wajahnya langsung berubah. Dengan agak ketus dia menyuruh najwa menunggu, setelah mendapatkan ijin dia mengarahkan najwa untuk pergi ke lantai sembilan dan menemui pak Aswin selaku asisten CEO.
Setelah masuk lift dan memencet nomor 9 pada dinding lift dia bergumam "ya Allah apakah langkahku ini sudah tepat". muncul keraguan setelah melihat perbedaan sikap dari sang resepsionis tadi. Begitu lift dibuka hanya nampak satu meja dan seorang pekerja wanita. Najwa menanyakan dimana dia bisa menemui pak Aswin dan wanita itu mengantarnya ke sebuah pintu ruangan yang terbuat dari kaca mozaik. Setelah mengetuk sang wanita meminta ijin atas nama najwa.
"masuk" suara dari dalam
wanita itu pun membukakan pintu untuk Najwa. ''Permisi pak" sapanya sedikit gugup.
"Duduk" jawab Aswin dingin.
"Maaf pak mengganggu kesibukan pak Aswin, maksud saya datang kesini untuk mengstahui kasus yang menimpa suami saya".
"Sudah sekian masihkah anda belum memahami kasusnya? Atau itu juga cara anda supaya terlihat polos di depan kami?
"maaf pak kami belum sempat mebicarakan masalah ini"
"huh" desis Aswin menganggap omongan Najwa hanya alibi dia menyodorkan beberapa berkas. " ini laporan dari Diki candra untuk perusahaan, ini laporan yang kami dapat dari lapangan. Dari keduanya terdapat selisih bahan bangunan yg fantastis. Pekerja lapangan mengaku hanya mendapat barang dari pak Diki dengan mutu yang jelek bahkan dia mengarahkan pekerja lapangan menggunakan perbandingan campuran bahan bangunan yang yang tidak sesuai standar. Akibatnya bangunan ini roboh dan tiga puluh satu pekerja lapangan menderita cidera ringan sampai serius bahkan ada yang terpaksa di amputasi. Sekarang perusahaan mengalami kerugian dalam nominal yang cukup besar. Sampai sekarang kami menunggu pertanggung jawaban suami anda, bapak Diki Candra tapi sudah satu minggu dia absen tanpa keterangan" jelasnya panjang kali lebar. Sebenarnya Diki Candra terkesan sosok yang baik dimata atasan dan rekan kerjanya, karna itulah dia yang dulu hanya sebagai mandor mampu menduduki posisinya dalam kurun waktu 12 tahun kerja. Karena kemajuanya beberapa dari rekan kerjanya merasa iri padanya.
tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Sarni Slamet
lanjut baca. ok juga
2021-12-22
1