Nando turun dari mobilnya yang kini sudah terparkir sempurna di halaman rumah orang tuanya yang luas itu.
Se ekor kucing lucu berbulu abu-abu berlari menghampiri Nando, lalu melompat ke pangkuan Nando yang berjongkok dengan mengulurkan tangannya.
Ekornya yang berbulu tebal bergerak-gerak seolah memberi tahu bahwa hatinya sedang senang.
"Bubu! Bubu! Kucing pintar, manis sekali hari ini, pasti kau makan sangat banyak, lihatlah! Perutmu keras sekali!" ucap Nando pada kucing kesayangannya itu.
Kemudian dia masuk ke dalam rumahnya.
"Semalam kau dari mana saja Do? Kenapa semua ponsel tidak aktif, kata Roy kalian di kuburan??" tanya Ricky, Papa Nando.
"Kuburan? Siapa yang di kuburan?" gumam Nando bingung.
Sementara Roy yang kini berdiri di belakang Nando terlihat ketar ketir takut di marahi Tuan besarnya, karena dia sudah ketahuan berbohong.
"Siapa lagi kalau bukan asistenmu yang culun itu!!" sahut Ricky sambil menunjuk pada Roy yang ada di belakang Nando.
"Roy! Kau buat ulah apa lagi sama Papa!" tanya Nando setengah berbisik.
"Demi menyelamatkan reputasi Tuan, semalam aku bilang kita di kuburan!" bisik Roy.
"Hei!! Kenapa kalian bisik-bisik?? Sedang membicarakan aku ya?? Nando, kau sarapan sekarang, biar si culun ini Papa beri sedikit pelajaran!" cetus Ricky sambil menarik kerah baju Roy keluar dari pintu rumah itu.
Nando mulai duduk di meja makan besarnya itu. Sang ibu dengan penuh kasih menuangkan segelas susu hangat dan sepiring nasi goreng untuk sarapan Nando.
"Semalam Papamu tidak bisa tidur memikirkan mu, biasanya kau selalu bilang kalau terlambat pulang!" ujar Lika, ibunya itu.
Nando terdiam, di keluarga ini begitu banyak limpahan kasih sayang dan perhatian yang dia dapatkan, berbanding terbalik dengan Sandra, wanita yang baru di kenalnya, bahkan pagi ini di depan matanya Nando melihat tamparan keras yang Sandra rasakan dari seorang Ayah yang seharusnya memberikan perlindungan.
"Kenapa kau bengong Nak? Ayo makanlah!" ujar Lika yang sedikit membuyarkan lamunan Nando.
"Terimakasih Bu!" sahut Nando yang kemudian langsung menikmati santapannya.
Lika ibunya kemudian duduk di sampingnya, seolah siap mendengarkan setiap curahan hati putranya itu.
"Ibu, boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Nando.
"Kau mau bertanya apa Do? Bertanyalah selagi Ibu bisa menjawabnya!" sahut Lika.
"Ibu, wanita terhormat itu dilihat dari apanya sih Bu? Apakah sikapnya, perangainya atau kesuciannya?" tanya Nando.
Lika mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan putranya yang tidak biasa itu, kemudian dia menatap ke arah Nando.
"Semua perempuan itu terhormat Nando, tergantung siapa yang menghormatinya, bahkan pengemis di jalan, nenek-nenek di panti jompo, mereka juga terhormat! Kalau kita menghormatinya!" jawab Lika.
"Lalu bagaimana dengan wanita yang kehilangan kehormatannya karena suatu hal? Apakah dia tetap terhormat?" tanya Nando lagi.
"Kehormatan bukan semata-mata karena kesucian atau keperawanan, hanya diri kita sendiri yang bisa menilai, seperti seorang guru, murid-murid menghormatinya bukan karena dia masih suci, tapi karena pengorbanan dan perjuangannya untuk keluarga dan masa depan murid!" jelas Lika.
Nando kemudian langsung memeluk ibunya itu.
"Ibu adalah wanita yang paling aku hormati di seluruh dunia!" ucap Nando.
Lika membelai rambut Nando, kemudian mulai mengecup keningnya.
"Anak ibu sekarang sudah dewasa, bahkan kini kau jauh lebih tinggi dari ibu!" ucap Lika.
****
Sementara di sebuah rumah besar yang merupakan rumah para berkumpulnya kupu-kupu malam, Sang mucikari dengan berjalan sambil mengipasi tubuhnya di ikuti oleh dua orang pria berbadan kekar, nampak masuk ke dalam sebuah kamar.
"Tuh bagianmu!" Wanita itu lalu melemparkan sejumlah uang ke wajah Sandra yang baru mengganti pakaiannya.
Sandra lalu memunguti uang itu yang tercecer di lantai kamarnya.
"Kau istirahatlah seharian ini, nanti malam bersiap-siap, ada boss besar yang sudah memboking mu, awas kalau kau mengecewakan pelanggan lagi!!" seru Mami Vero, mucikari itu.
"Tapi Mami, kenapa harus aku? Hari ini aku sedang tidak sehat Mami!" tukas Sandra.
"Kurang ajar kau! Berani mengaturku?? Sudah untung kau ku beri uang, tamu kita nanti malam hanya menginginkanmu, mengerti!!" sentak Mami Vero.
"Mami, sampai kapan aku harus di sini dan melayani semua tamu Mami?" tanya Sandra.
"Sampai kau sudah tak laku lagi!" cetus Mami Vero.
"Tapi aku ingin keluar Mami, aku ingin menjadi wanita normal seperti orang di luar sana!" Sandra mulai menangis, sesungguhnya dalam hati dia sangat ingin keluar dari tempat itu.
Mami Vero tertawa terbahak-bahak, kemudian dia mencengkram dengan kuat dagu Sandra hingga wanita itu meringis menahan sakit.
"Kau jangan mimpi Sandra! Ayahmu saja sudah menjualmu padaku, aku sudah memberikan ayahmu uang banyak! Masa kau mau pergi begitu saja!! Awas kalau kau lagi-lagi mengecewakan tamuku!!" Mami Vero lalu mendorong Sandra hingga jatuh ke tempat tidurnya.
Kemudian dia segera keluar dari kamar itu. Sandra kembali menangis sambil mengusap dagunya yang kini kebiruan.
"Sudahlah San, ngapain juga sih kau berulah pada Mami, jadi sakit sendiri kan?" ujar Mirna, teman satu kamar Sandra yang juga seorang wanita malam.
"Aku muak dengan kehidupan yang seperti ini Mir, aku ingin hidup bebas, bekerja yang normal dan ... mengenal cinta!" ucap Sandra.
Kini Mirna yang tertawa terbahak-bahak, dia menepuk-nepuk bahu Sandra.
"Sandra ... Sandra ... hidup bebas katamu? Siapa yang mau menerima kita dengan menanyandang status seperti ini, kau tau sendiri pandangan masyarakat terhadap bekas wanita penghibur seperti kita! Cinta katamu? Wanita seperti kita tidak ada cinta, adanya uang dan kepuasan!" ujar Mirna.
Sandra terdiam, benar kata Mirna, tidak mudah bagi wanita seperti mereka untuk hidup normal, karena sudah tertanam di dalam diri mereka sebuah cap, cap yang selalu menempel kemanapun mereka pergi.
"Kemarin malam kau berkencan dengan siapa?" tanya Mirna yang mengagetkan lamunan Sandra.
"Aku tidak tau siapa namanya, dia seorang pemuda tampan yang baik, berbeda dari laki-laki pada umumnya!" jawab Sandra.
"San, jangan bilang kau mulai jatuh cinta padanya! Kalau Mami Vero tau, habislah kau San, selama ini kau lah yang menjadi aset terbesarnya karena kau primadona di sini!" seru Mirna.
"Entahlah Mir, aku juga cukup tau diri siapa aku siapa dia, percaya tak percaya, malam itu sedikitpun dia tidak menyentuhku Mir!" ucap Sandra.
"Oya? Masih ada gitu jaman sekarang laki-laki normal yang tidak tertarik dengan wanita, apalagi secantik dirimu!" ujar Mirna terkesiap.
"Itulah yang membuat aku merasa bahwa ada dunia lain yang bernama bahagia! Layakkah aku untuk meraih itu semua Mir, aku ingin berubah Mir, aku ingin bertobat!" seru Sandra sambil memegang kedua bahu Mirna dengan tatapan mata penuh harapan.
****
Hai guys ...
Kisah ini terinspirasi dari lagu "Kupu-kupu Malam" by Noah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Sri Astuti
ayah tiri yg kejam.. ibunya mati anak dijual
2023-08-21
0
Jer Silalahi
aku ngga sanggup bacanya ngeri .
2021-08-24
1
Whitney
mantap kali ceritanya
2021-08-05
0