"Ibu. Kenapa aku merasa ada yang aneh dengan desa ini. Ekspresi masyarakat disini sangat kaku" tanya Tina pagi menyeduh tehnya pagi itu.
"Ibu juga merasa seperti itu. Tapi ayah kamu tak pernah cerita begitu banyak karena dia jarang pulang kesini dan dia hanya tahu dari almarhum kakek kamu" jawab Sani Ibunya sambil mempersiapkan sarapan.
"Apa yang dikatakan ayah? Ayah tak pernah cerita denganku tentang penduduk disini" tanya Tina kembali.
"Katanya sih di sini dulu ada yang melakukan pesugihan sejak kedatangan satu keluarga."
"Beberapa orang melihat mereka setiap Jumat malam sering melakukan ritual namun tak kunjung ditindaklanjuti" jelas Sani.
"Siapa keluarga itu? Apakah ada korban?" Tanya Tina dengan penasaran.
"Ibu tidak tahu. Itu sudah lama sekali. Dan kalau korban, belum ada bukti yang menunjukkan pesugihan itu memakan korban saat itu" jawab Sani.
Tina memikirkan ulang cerita Ibunya dan menikmati tehnya.
"Ayah pergi melayat dulu ya. Ada yang meninggal warga di sini" ucap Dino.
"Siapa yang meninggal ayah" tanya Tina.
"Anaknya Pak Sali. Katanya dia sudah lama sakit" balas Dino.
"Aku boleh ikut ayah?" minta Tina.
Dengan hal yang dialami Tina dan cerita Ibunya dia berniat ikut dengan ayahnya dengan tujuan untuk mengenal warga sekitar situ.
Betapa terkejutnya dia bahwa yang meninggal wanita yang dilihatnya tempo hari berwajah pucat, kurus dan lesu.
Tina memperhatikan anggota keluarga yang duduk di sana. Tak satupun yang meneteskan air mata, entah itu adiknya seorang perempuan bahkan bercanda di samping rumah itu bersama teman perempuan lainnya.
Suasana itu sangat aneh mereka menikmati makanan ringan yang dibagikan sambil mengobrol satu sama lain layaknya yang Tina lihat setiap hari.
"Sungguh aneh. Disini benar-benar tidak normal" ucap Tina dalam hatinya dan tetap memperhatikan orang yang hadir di sana.
Dia keluar dan melihat nenek tua atau nenek Liut dan pria tua itu lewat membawa tumpukan jerami.
Tina mencoba menyapanya dengan tersenyum namun tak ada tanggapan.
"Ayah aku pulang duluan ya" bisiknya.
Tina kembali ke rumah terlebih dahulu namun kali ini dia memilih jalan yang tidak biasanya.
Jalan ini sedikit sepi dan jarak rumah di sana tidak sedekat yang lainnya.
Melihat sekeliling jalan itu dan seorang perempuan keluar dari sebuah rumah. Wanita itu terlihat sangat kurus, wajahnya sangat pucat dan lesu. Dia seperti tidak sanggup lagi berjalan.
"Mba mau ke mana?" Tina menyamperin.
Wanita itu hanya diam tanpa berkata apapun.
"Ayo kembali ke dalam. Mba sepertinya sakit, tidak baik jika keluar rumah" ucap Tina menuntun wanita.
"Biarkan saja mba. Dia tidak apa-apa kok, dia hanya tidak enak badan" sahut seorang pria keluar dari rumah itu.
"Tapi dia sangat lesu dan wajahnya pucat" jawab Tina.
Pria itu menghampiri Tina dan menarik tangan wanita itu masuk ke dalam.
"Sangat kasar...." gumam Tina memandangi mereka dan seketika wanita berbalik melihat Tina.
Dia tak mau ambil pusing dan kembali menuju rumahnya.
Hanya berjalan beberapa meter dia melihat wanita paruh baya yang kondisinya sama seperti yang dia temui baru saja.
"Ada apa ini? Mereka sungguh hampir sama. Apa sebenarnya yang terjadi di sini" ucapnya dengan penasaran.
Sudah satu minggu Tina melihat kurang lebih sepuluh orang dengan kondisi yang hampir sama.
"Ayah. Boleh ceritakan bagaimana penduduk di sini?Di sini sungguh tidak normal."
"Yang namanya orang sakit pasti dikasihani sama keluarganya tapi warga disini sungguh aneh, dan kenapa kondisi mereka hampir sama?"sahut Tina di malam itu.
"Ayah tidak tahu nak. Warga di sini juga tak pernah bercerita seperti itu kepada ayah dan tak pernah melihat hal seperti yang kamu ucapkan."
"Lagian kamu tahu kan nak, ayah sangat jarang di sini."
"Kamu fokus saja sama kerjaan kamu. Tak perlu terlalu ambil pusing dengan orang di sini" ucap Dino dengan lembut.
Tina tidak menanggapinya lagi dan masuk ke kamarnya.
"Ini benar-benar aneh dan sangat mengganggu" ucapnya membuka laptopnya.
Dia mengetik nama desa itu di internet namun tak satupun tulisan mengenai tempat itu.
"Ini benar-benar aneh bagaimana mungkin desa ini tak ada di peta elektronik sedangkan yang lain ada" gumamnya mencari-cari di pencarian wilayah.
"Ayo kita istrahat dulu, kopinya sudah disediakan" sahut wanita kepada para pekerja yang masih sibuk menyelesaikan menanam bibit coklat di lahan milik Tina.
"Apa kalian pernah melihat hal aneh di sini seperti bertemu nenek tua dan tatapan warga yang agak aneh" tanya Tina ke pekerja itu menikmati cemilan sore
"Menurut warga desa lain masyarakat di sini memang agak aneh, tidak heran ini tempat jarang didatangi orang lain karena selain tidak ramah dan mereka sangat sombong" ucap salah satu pekerja.
"Iya itu sangat benar. Bahkan jika ada acara dari pemerintah warga desa lain selalu menjaga jarak dari mereka" sambung yang lainnya.
Pekerja melanjutkan keluhan mereka satu sama lain sampai menyelesaikan waktu istirahatnya.
Tina semakin penasaran dan sangat terganggu karena dia juga harus fokus dengan pekerjaanya tetapi faktor lingkungannya tidak bisa diabaikan begitu saja.
Penanaman bibit selesai pukul tujuh malam.
"Terima kasih semuanya. Untuk bulan depan kita akan bekerja membersihkan gulma dan untuk pemupukan hanya beberapa orang saja" ucap Tina dengan jelas.
"Dedi. Bisa kamu jemput aku ke ladang, udah malam tak ada teman pulang ke rumah" Tina mengirimkan pesan ke Ade dari ponselnya.
Sembari menunggu Ade, Tina melihat-lihat lahan itu.
"Dua tahun lagi lahan ini akan rame pekerja karena panen tiap hari. Tolong kalian tumbuh dengan baik dan sehat" ucapnya dalam hati dengan berharap.
Suara motor Dedi sudah terdengar, dia bergegas membawa peralatannya.
Dedi yang fokus mengendarai motor sedangkan Tina duduk di belakang memegang tas ransel kecil yang berisikan senter, alat tulis, ph meter dan ponselnya.
Seketika motor itu mati dan mereka berhenti dibawah lampu jalan dekat perumahan warga.
"Tunggu sebentar ya. Ini hanya masalah kecil" ucap Dedi mengecek motornya.
Tina memperhatikan Dedi memperbaikinya dan sesekali melihat ke arah rumah warga.
"Sakit...!" tiba-tiba suara menjerit dari rumah warga.
"Itu kenapa ya Dedi" tanya Tina dengan terkejut.
"Tidak apa-apa. Mungkin mereka hanya bercanda" jawab Dedi.
Tina melihat ke salah rumah warga, terdengar suara tumpahan air namun bukan dari dalam rumah.
Dia mendekat perlahan dan di samping rumah itu seorang wanita yang sedang dimandikan dengan menggunakan ember kecil.
Mencoba tenang dan mengintip dari pohon depan rumah itu, wanita adalah itu salah satu yang dia lihat sebelumnya.
"Itu kan wanita yang sakit hari itu dan nenek itu... " ucap dalam hatinya.
Dia adalah nenek Liut, dia menumpahkan air dari kepala wanita itu dan dia terlihat menggendong anak kecil namun tidak menggunakan pakaian dan matanya merah melotot.
Tina hanya melihat dengan tegang, perlahan dia mundur dari situ.
"Ade. Bisakah lebih cepat, aku mau ke toilet" ucap Tina tergesa-gesa.
Nenek Liut itu datang menghampiri mereka. Terlihat wajah Tina sangat takut karena dipunggungnya hanya setumpuk jerami.
"Nek. Nagapain malam-malam di sini? Bukankah di sana rumah nenek" sahut Tina dengan gugup.
"Ternyata kamu tidak sendirian. Saya hanya lewat dari sini mengantar jerami" balasnya meninggalkan mereka.
"Dedi. Kamu tidak takut dengan dia" ucap Tina.
"Kadang aku juga takut, tapi aku abaikan saja" ucapnya menyalakan motornya.
bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments