"Kamu anak pembawa sial!! Siapa yang minta kamu lahir, hah?!! Kenapa kejadian satu malam itu langsung menjadi benih?!! Arghhh..."
Dania, setelah melayangkan satu pukulan pada Maura kecil, memukul kepalanya sendiri.
"Setidaknya kalau lahir seorang anak, harusnya laki-laki!!! Bukan perempuan lemah seperti kamu!!"
Emosinya lagi. Bagi Dania, Maura bukanlah anak yang diinginkan.
Air mata Maura jatuh. Dia masih kecil. Tapi tidak tau kenapa orang tuanya begitu membencinya. Dia meringkuk ketakutan.
Benarkah wanita dihadapannya ini adalah mamanya?
"Maafin Ara, Ma."
Ujar Maura menangis. Dia takut mamanya akan mengurungnya lagi di gudang.
Selama ini, tugas Dania cuma melahirkan Maura. Sedangkan yang mengasuhnya adalah Asisten Rumah Tangga.
"Kau apakan dia, hah?!!"
Teriak Papa Maura saat masuk ke kamar.
"Aku memukulnya, kenapa? Ini semua karena kamu. Kamu yang tidak bisa mengendalikan diri akhirnya aku harus melahirkan anak pembawa sial ini!!"
Mauren menggeram. Dia menarik rambut istrinya kasar.
"Cih.. Untuk apa juga aku mau menyentuhmu! Kalau bukan karena obat perangsang itu, mana sudi aku memasukkan milikku pada lubang kotor milikmu!! Dan ingat, malam itu kau juga menikmatinya bahkan menggodaku lebih dulu!!"
Dania mendorong tubuh suaminya.
"Jangan mimpi!! Lebih baik aku pergi dari sini! Ingat, sebentar lagi kita akan bercerai. Aku muak dengan kalian berdua!!"
"Kau pikir aku tidak muak?"
Maura semakin menangis kencang. Setiap kedua orang tuanya di rumah, selalu pertengkaran yang terjadi.
"Ma, Pa, hentikan. Ara takut.."
Cicit Maura. Di luar sedang hujan. Petir menggelegar seolah bertarung di atas langit.
"Pergilah!!" Usir Mauren.
"Memang aku mau pergi."
"Dasar ******!"
Maura melihat mamanya pergi tapi papanya tidak mencegah.
"Pa, mama mau kemana? Maura mau tidur sama mama."
Mauren menatap Maura sekilas.
"Tidur sendiri. Jadi anak jangan manja. Mama kamu gak bakal mau tidur sama kamu. Papa sibuk. Mending main sama boneka sana. Papa pergi dulu."
Tanpa kasihan papanya pergi meninggalkan Maura sendirian. Dalam kegelapan, ketakutan, dan suara hujan yang semakin menyeramkan.
"Ara takut.."
***
"Akkhhhrr"
Maura terbangun. Dia segera turun dari ranjangnya dan mengambil segelas air putih.
"Mimpi itu lagi. Kapan aku berhenti memimpikan masa lalu suram itu?"
Maura lalu mengambil sesuatu di dalam laci. Foto pernikahan kedua orang tuanya, tanpa raut wajah bahagia. Yang ada hanya senyuman terpaksa di wajah mereka.
"Ma, Pa. Kapan kita bisa foto bareng?"
"Aku nggak pernah minta dilahirkan dalam kondisi seperti ini. Aku nggak pernah mau dilahirkan cuma jadi bahan ambisi kakek. Aku tau sekarang, alasan dia tidak membuangku. Karena dia bisa menjual ku pada rekan bisnisnya. Kakek tega melakukan hal yang sama lagi. Menjodohkan aku."
Maura menghapus bulir bening yang mengalir di pipinya.
Lalu tangannya bergerak pada benda pipih berwarna golden. Menampilkan layar utama fotonya tengah memeluk Hans. Maura kemudian membuka galeri. Terlihat koleksi fotonya dan foto Hans, pria incaran satu sekolah yang sekarang menjadi pacarnya.
Maura sangat mencintai pria itu.
Maura memiliki impian dan harapan besar bersama Hans. Menikah, punya anak, dan hidup bahagia dengan keluarga kecil mereka hingga menua bersama.
"Hans.. Aku mencintaimu."
.
.
Keesokannya, saat berangkat ke sekolah Maura dikejutkan dengan kedatangan tamu di rumahnya. Pagi-pagi sudah cuci mata saja dia.
Seorang pria berambut blonde memakai setelan jas hitam tengah menyeruput teh hangat. Hidungnya sangat mancung dan alisnya tebal. Wajahnya, terpahat indah.
"Siapa dia? Apa rekan kerja kakek?"
Maura sedikit terpesona dengan ciptaan Tuhan di depannya ini. Tapi, dia segera menepis kekagumannya pada pria itu. Hans tetap no.1
"Kamu sudah disini. Ayo, kakek kenalkan padanya."
Sang Kakek yang entah muncul dari mana membawa Maura ke hadapan pria itu.
"Ini Maura, Fraz. Cucu kesayangan saya. Gadis paling cantik di dunia."
Hah? Maura tidak salah dengar? Barusan kakeknya bilang apa?
"Kenapa tiba-tiba gue jadi pengen muntah? Dia kayak lagi promosiin barang aja."
Pria bernama Fraz itu langsung berdiri dan menatap takjub gadis di hadapannya.
Sangat cantik.
"Halo Maura, aku Fraz."
Fraz mengulurkan tangannya, berharap bisa menyentuh telapak tangan lembut Maura tapi sayang, uluran tangannya tidak disambut baik.
"Maura."
Balas Maura cuek. Dia yakin kalau pria itu adalah orang yang akan dijodohkan dengannya.
Dasar kakek tua!
"Ya udah aku mau ke sekolah dulu."
"Tunggu Maura. Kamu lebih baik diantar Fraz. Sekalian dia juga mau berangkat ke kantor."
Fraz tersenyum manis sembari mengangguk. Tapi bagi Maura terlihat sangat menyebalkan.
"Aku naik taksi aja. Gak usah diantar."
"Kamu pikir itu permintaan atau penawaran? Bukan. Tapi perintah dari kakek. Sekarang kamu pergi ke sekolah bersama Fraz. Tidak ada penolakan."
Tegas sang kakek.
Maura menghentakkan kakinya. Pagi pagi sudah dibuat kesal saja oleh kakek gilanya.
"Gak mau. Kok kakek maksa, sih? Lagian aku udah punya pacar. Kalau Hans cemburu liat aku sama Fraz gimana? Kalau aku diputusin kakek mau tanggungjawab?"
Marcus kakek Maura, tersenyum angkuh.
"Bagus kalau dia memutuskan mu. Supaya tangan kakek tidak perlu ikut campur memisahkan kalian secara paksa."
"Kalau Maura nya gak mau, gak papa. Saya maklumi karena mungkin ini pertama kalinya kita bertemu."
Sela Fraz masih mempertahankan senyumnya.
"Hello!! Mau pertemuan pertama, kedua, ke seratus, sampe seribu sekalipun aku gak bakal bisa suka sama kamu. Udah ah.."
Saat melangkahkan kakinya, langkah Maura tertahan mendengar ucapan kakek selanjutnya.
"Jalan satu langkah lagi, kamu keluar dari rumah ini. Silakan jadi gembel di luar sana."
"Sialan."
Umpat Maura penuh dendam.
***
Di gerbang sekolah..
"Kenapa kamu liatin saya begitu?"
Fraz menahan nafas sekaligus debaran jantungnya yang menggila saat wajah cantik Maura berjarak beberapa inci saja dari wajahnya. Tapi, gadis itu langsung menjauhkan wajahnya setelah tersenyum sinis.
"Kamu ganteng. Keliatan orang baik baik. Penerus Perusahaan terkenal. Dan dari keluarga terpandang."
Fraz tersenyum mendengar pujian dari calon istrinya.
"Tapi--"
"Tapi?"
"Tapi bego!"
Teriak Maura.
"HARUSNYA ANDA BISA MENCARI GADIS SENDIRI. PACAR SENDIRI. ISTRI IMPIAN ANDA, BUKAN MALAH MAU DIJODOHKAN DENGAN ORANG YANG GAK DIKENAL!!!"
Siapapun tolong Fraz sekarang. Telinganya berdengung mendengar teriakan keras Maura. Untung mobilnya kedap suara.
"Saya menyukai kamu, Maura. Kamu cantik."
Maura tersenyum tipis.
"Ada gak sih, cowok zaman sekarang yang gak mandang fisik? Kalau aku jelek, yakin masih mau? Pokoknya minta ke kakek supaya perjodohan kita dibatalkan. Bye!!"
Seketika Maura menutup pintu mobil kasar dan berlari meninggalkan Fraz yang mengelus dadanya.
"Menghadapi remaja sangat sulit ternyata. Tapi, sepertinya ini akan menyenangkan."
Fraz kembali tersenyum smirk, melajukan mobilnya kencang.
***
Jam Istirahat..
Maura persis seperti orang gila sekarang. Berlari kesana-kemari mengelilingi sekolah, mencari seseorang. Ke perpustakaan, taman belakang, toilet pria, kantin, ruang OSIS semua sudah Maura jelajahi. Tapi dia masih belum menemukan orang yang dia cari.
"Hei!!"
Tepukan di pundaknya mengagetkan Maura.
"Hah! Eh! Cumi kering!"
"Hahahha..."
Friska tertawa kencang. Lucu melihat ekspresi kaget sahabatnya.
"Apaan sih lo ngagetin gue aja. Gue lagi panik nih, capek juga. Bagi minum dong."
Tanpa izin si pemiliknya, Maura meminum air mineral itu sampai tandas.
"Ahh segarnya.."
"Kok dihabisin sih?! Gue baru beli, njir.."
Maura menatap kesal.
"Air 5000 doang. Besok besok pabriknya gue beli sekalian."
"Mentang kaya lo. Ya wajar juga sih, anak satu satunya, cucu juga satu satunya."
"Lo pikir bahagia? Jadi anak tunggal kaya raya kurang kasih sayang itu udah kayak bencana."
"Gak bersyukur banget lo. Makanya kalau udah nikah sama Hans buat anak banyak banyak. Kalau perlu bisa bentuk pemain sepak bola tuh."
Maura tersenyum membayangkan kalau dia beneran menikah dengan Hans nanti. Punya anak banyak yang lucu lucu, ah.. kapan waktu itu datang?
"Udah, berhenti senyum senyum gak jelas lo. Serem gue liatnya. Bucin banget jadi cewek. Btw mana tuh pacar kesayangan? Perasaan belakangan ini jarang banget nempel sama lo."
Perlu diketahui Maura cuma memakai embel-embel lo-gue sama Friska saja. Karena bagi Maura, Friska adalah orang yang paling dekat dan mengerti dirinya. Kalau sama Hans? Masa iya dia pacaran tapi pake lo gue. Katanya gak etis. Gak romantis juga.
"Nah, makanya ini gue lari lari gak jelas dari tadi nyariin dia. Tapi gak ketemu, gue tanya temannya mereka bilang Hans udah gak di kelas sejak jam istirahat tadi."
"Lah? Kemana tuh orang?"
Maura menggeleng.
Lalu seorang siswa berkacamata menghampiri Maura dan Friska.
"Permisi kak. Kakak yang namanya, Maura?"
Maura mengangguk. Mungkin adik kelas, pikirnya.
"Ada apa?"
Tanya Friska datar.
"Kakak dipanggil Ibu Cleo. Disuruh ke ruangannya kak."
"Oh oke. Makasih ya."
Siswi itu mengangguk lalu pergi. Dia takut kalau harus berdekatan dengan seniornya. Ada aura yang mencekam menembus kulit. Padahal Maura dan Friska santai saja.
Apa aura senior begitu menakutkan?
"Ngapain lo dipanggil guru galak itu?"
Tanya Friska setelah adik kelas itu pergi.
"Biasa. Palingan Bu Cleo minta bantuan lagi. Secara gue ini murid kesayangannya dia."
"Aishh mentang jago fisika lo. Songong!!"
"Kalau gitu gue temuin dia dulu. Lo ikut gak?"
"Gak deh. Gue mau berduaan sama doi."
"Hmm..nanti kalau ketemu Hans kabarin gue ya."
"Siap boss"
Friska mengangkat satu tangannya, bergaya hormat.
Kemudian Maura pergi menemui Bu Cleo dan ternyata dia disuruh mengambil peralatannya yang ketinggalan di laboratorium. Kebetulan laboratorium Fisika ada di lantai bawah, letaknya paling ujung dan sangat jarang dilalui siswa. Ramainya cuma saat ada praktek.
"Kenapa laboratorium ruangannya harus di tempat yang terpencil gini, sih? Dari sebanyak ini ruangan di sekolah kenapa letaknya malah di ujung, bawah tanah pula."
Maura terus mengomel sepanjang jalan, tapi langkahnya tiba-tiba terhenti ketika mendengar des-- ah, gak mungkin, kan?
Seketika tubuh Maura merinding. Dia memang bukan gadis polos yang tidak tau suara apa yang baru saja dia dengar.
"Tapi masa iya? Apa mbak kunti sama om Uwo kali yang begituan. Mungkin mereka cinlok disini karena bosan, bisa aja, kan?"
Maura berkutat dengan pikirannya sendiri. Kenapa dia malah menganggap makhluk halus yang lagi 'main'?
"Gila. Gak mungkin ada yang ngena di sekolah, kan?"
Gumamnya saat sampai di depan pintu.
Karena penasaran, Maura berjalan perlahan.
Pintu masuknya tidak dikunci, jadi Maura bisa masuk tanpa susah payah.
"Kayaknya dari ruangan itu deh."
Tunjuknya pada sebuah ruangan kecil di dekat lemari.
"Lebih cepat sayang.. ahhh..."
Suara-suara penuh kenikmatan itu semakin jelas. Maura merinding sendiri dibuatnya.
Perlahan dia mulai mendekat, bersiap membuka pintu tapi pintunya di kunci dari dalam.
"Yah, dikunci. Padahal penasaran siapa yang mesum di sekolah." Gumamnya lagi sangat pelan.
Maura berusaha mendengar dengan cara menempelkan telinganya di pintu.
"Aku mau meledak sayang.."
Jleb.
Jantung Maura seolah berhenti seketika. Suara itu. Suara yang sangat jelas di pendengarannya.
Suara yang hampir setiap malam dia dengar saat telfonan dan selalu berakhir dengan kalimat I Love You. Suara yang membuatnya merasa jadi wanita paling bahagia di dunia.
"Kita keluar sama-sama sayang.."
"Ahhh.."
Maura lebih mendekatkan lagi telinganya. Matanya sudah panas dan dadanya sesak seperti kekurangan oksigen.
"Gue harus memastikan sendiri."
Berpikir keras, akhirnya Maura mendapat cara memastikan apakah dia orangnya atau bukan.
Ada kaca di atas lemari, yang bisa melihat langsung ke dalam ruangan kecil itu.
Dengan sekuat tenaga Maura memanjat dan saat dirinya sudah ada di atas lemari...
Matanya terpejam. Dia memegang dadanya yang semakin kekurangan oksigen, tubuh Maura lemas seperti kehilangan tulang tulangnya.
Apa yang baru saja dia lihat.. di depan matanya.. pria yang begitu dia cintai..
Bulir bening sukses lolos dari mata cantik Maura. Beginikah rasanya dikhianati? Kenapa rasanya sangat sakit?
"Hans.."
Lirih Maura ketir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Zahira
Hans kuvrettt thorrr😠😠 masa mantap mantap di sekolah😭😤 plis mau sedih apa bengek thor😂
2021-09-28
0
Ade Otonk
love it........next gludug
2021-08-20
1
Jiminshi
Gila mainnya di sekolah njirr😭
2021-08-18
5