Tidak sanggup

Dengan langkah gontai Tama meninggalkan ruangan dokter Louis. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi istrinya saat tahu dirinya terkena penyakit yang mematikan. Kali ini langkahnya terasa begitu berat, apalagi saat dirinya tiba di depan ruang rawat istrinya.

Tama menghela napasnya beberapa kali sebelum masuk ke ruang rawat tersebut. Dia juga memasukkan amplop berwarna putih yang berisi laporan hasil lab Kiara kedalam saku celananya. Setelah Tama merasa sedikit tenang dan sudah bisa mengendalikan perasaannya, Tama mulai memutar tuas yang ada di pintu. Tama pun memasang senyum lebar di bibirnya saat pintu itu mulai terbuka. Dia belum berani memberitahu Kiara akan penyakit yang diderita istrinya itu.

"Mas, apa yang Dokter Louis katakan? Kenapa kalian lama?"

"Bukan sesuatu yang penting. Dia hanya memarahiku karena tidak bisa menjagamu dengan baik," jawab Tama berbohong.

"Benarkah?" tanya Kiara.

"Iya, benar. Mentang-mentang dulu dia menyukaimu, dia menggunakan alasan ini untuk memarahiku. Benar-benar licik." Keluh Tama yang berpura-pura kesal.

"Benarkah?" selidik Kiara. Entah kenapa dia merasa ada yang suaminya itu sembunyikan darinya.

"Tentu saja benar," jawab Tama dengan memasang wajah cemberutnya. "Lain kali, aku tidak akan membawamu ke rumah sakit ini. Harusnya aku langsung membawamu ke rumah sakit milik keluarga Wijaya saja tadi. Aku yakin fasilitas di rumah sakit milik mommy pasti lebih bagus dari rumah sakit ini," gerutu Tama. Dia melirik ke arah istrinya dan berharap Kiara akan percaya dengan alasan yang dia buat.

"Rumah sakit ini bagus kok. Aku jauh lebih nyaman berada di rumah sakit ini."

"Kenapa? Apa kamu tidak suka kalau yang merawatmu itu mommy?" tanya Tama yang kembali berpura-pura kesal.

"Bukan begitu, Mas. Aku hanya tidak suka diperlakukan istimewa," jawab Kiara jujur.

Dia masih ingat ketika beberapa bulan yang lalu dirinya demam dan Tama membawanya ke rumah sakit milik mommynya. Mommynya mengerahkan dokter dan perawat terbaik untuk memeriksa keadaannya. Dan itu membuatnya merasa risih. Dan sejak saat itu, Kiara menolak untuk dibawa ke rumah sakit jika sakit yang dia rasakan ringan.

"Mas, tapi benerankan tidak ada yang kamu sembunyikan dariku?" tanya Kiara lagi. Dia bahakan menajamkan tatapannya.

Untuk sesaat Tama terdiam mendengar pertanyaan istri cantiknya. Namun, beberapa detik kemudian dia langsung tersenyum dan menjawab, "tentu saja. Tidak ada yang aku sembunyikan darimu."

"Sayang kenapa kamu belum makan makananmu?" tanya Tama saat melihat makanan di atas nakas masih utuh. "Mau aku belikan makanan di luar?"

"Tidak usah, Mas. Ini saja, tapi, aku maunya disuapin," jawab Kiara.

"Dasar manja." Tama tersenyum. Dia mengambil makanan tersebut kemudian mulai menyuapi istrinya.

"Kia, apa tidak sebaiknya kita memberitahu Bunda sama Mommy tentang keadaanmu di sini?"

"Tidak usah. Bukankah, barusan kamu bilang kalau tidak ada yang serius dengan penyakitku. Jadi, untuk apa memberitahu mereka," jawab Kiara.

"Tapi, Kia ...."

"Mas, aku tidak mau membuat mereka khawatir. Jadi, please, jangan beritahu mommy apalagi bunda!" pinta Kiara.

Rasanya Tama semakin tidak kuat untuk menyampaikan penyakit yang diderita istrinya itu. Dia meletakkan kembali makanan yang ada di tangannya di atas nakas.

"Aku ke kamar mandi sebentar," pamit Tama. Buru-buru dia masuk ke dalam kamar mandi, rasanya dia sudah tidak bisa menahan air matanya. Tama sengaja menyalakan kran air agar isakannya tidak terdengar oleh Kiara.

"Aku tidak kuat kalau harus memberitahu tentang penyakitmu, Kia. Aku tidak sanggup melihatmu sedih," batin Tama.

Setelah sedikit tenang, Tama membasuh wajahnya dengan air. Dia berharap air bisa menyamarkan air matanya dari pandangan Kiara. Dia tidak ingin istrinya tahu kalau dia baru saja menangis. Sebelum keluar, Tama memasang kembali senyum diwajahnya.

"Kia, kamu kenapa?" tanya Tama yang baru saja keluar dari kamar mandi. Dia kembali mengambil makanan yang tadi dia letakkan di atas nakas.

"Kenapa kamu membohongiku, Mas?" tanya Kiara dengan air mata yang jatuh dikedua pipinya.

"Apa maksudmu, sayang?" tanya Tama bingung.

"Ini." Tama membeliak melihat sesuatu yang ditunjukkan oleh istrinya.

Terpopuler

Comments

Ragil Saputri

Ragil Saputri

jujur adalah sikap yg paling baik yg hrs kamu lakukan skrng Tama, jgn menghindari masalah......itu Kiara tau dri mna ya, kn amplop nya Tama kantongi....apa terjatuh ya🤔🤔

2023-06-22

0

Tri

Tri

jujur aja tama sdh ketahuan juga. . sbar ya kia

2022-04-03

0

𝐀⃝🥀 𝐕⃝⃟🏴‍☠️𝐐ᵁᴱᴱᴺᴛʀɪ'𝗚🤎

𝐀⃝🥀 𝐕⃝⃟🏴‍☠️𝐐ᵁᴱᴱᴺᴛʀɪ'𝗚🤎

ikutan baper serius so sad....😭😭

2022-03-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!